Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang sering
dikeluhkan oleh kebanyakan orang. Urtikaria adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan peninggian kulit yang timbul mendadak dan/atau disertai angiodema;
ukurannya bervariasi, biasanya dikelilingi eritema, terasa gatal atau sensasi terbakar,
umumnya menghilang dalam 1-24 jam. 1,2
Prevalensi urtikaria di dunia berkisar antara 0,3-11,3%. Peningkatan
hospitalisasi akibat urtikaria paling sering dijumpai pada usia 5-34 tahun, sedangkan
hospitalisasi akibat angioedema tinggi pada usia >65 tahun.8
Urtikaria lebih sering ditemukan pada wanita usia 35-60 tahun (usia rata-rata 40
tahun). Di Indonesia, prevalensi urtikaria belum diketahui pasti. Sebanyak 8-20%
populasi diperkirakan pernah atau akan menderita urtikaria dalam perjalanan hidupnya
dan sebanyak 0,1% akan berkembang menjadi urtikaria kronis spontan. Prevalensi
urtikaria kronis lebih kecil dibandingkan urtikaria akut, yaitu 1,8% pada dewasa dan
berkisar antara 0,1-0,3% pada anak. Prevalensi urtikaria kronis pada dewasa
berdasarkan durasinya adalah: 6-12 minggu (52,8%), 3-6 bulan (18,5%), 7-12 bulan
(9,4%), 1-5 tahun (8,7%), >5 tahun (11,3%). Perbandingan urtikaria kronis
perempuan:laki-laki adalah 2:1. 7,8
Pada orang dewasa, 40% urtikaria diikuti oleh angioedema. Sekitar 50% pasien
urtikaria kronis akan sembuh dalam waktu 1 tahun, 65% sembuh dalam waktu 3 tahun,
dan 85% akan sembuh dalam waktu 5 tahun. 8

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Urtikaria adalah reaksi vascular pada kulit, ditandai dengan adanya
edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna
pucat atau kemerahan, umumnya di kelilingi halo kemerahan (flare) dan
disertai rasa gatal yang berat, rasa tersengat, atau tertusuk. 1,2
Angioedema adalah reaksi yang menyerupai urtikaria, namun terjadi
pada lapisan kulit yang lebih dalam, dan secara klinis ditandai dengan
pembengkakan jaringan. Rasa gatal tidak lazim terdapat pada angioedema,
lebih sering disertai rasa terbakar. Angioedema dapat terjadi di bagian tubuh
manapun, namun lebih sering ditemukan di daerah perioral, periorbital, lidah,
genitalia, dan ekstremitas. 1,2

2.2 Epidemiologi
Urtikaria dan angioedema merupakan gangguan yang sering dijumpai.
Urtikaria atau angioedema digolongkan sebagai akut apabila berlangsung
kurang dari 6 minggu, dan dianggap kronis bila lebih dari 6 minggu. Sebagian
besar anak-anak (85%) yang mengalami urtikaria, tidak disertai angioedema.
Sedangkan 40% dewasa yang mengalami urtikaria, juga mengalami
angioedema. Sekitar 50% pasien urtikaria akan sembuh dalam waktu 1 tahun.
65 % sembuh dalam waktu 3 tahun, dan 85% akan sembuh dalam waktu 5
tahun. Pada kurang dari 5% pasien, lesi akan menetap lebih dari 10 tahun. 8

2.3 Etiopatogenesis
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang
meningkat akibat pelepasan histamin dari sel mast dan basofil. Sel mast adalah
sel efektor utama pada urtikaria dan mediator lain yang turut berperan adalah
serotonin, leukotriene, prostaglandin, protease, dan kinin. Berbagai mekanisme
dapat menyebabkan aktivasi sel mast digolongkan menjadi: 4,6,9
1. Faktor imunologi yang terdiri atas

2
 Hipersensitivitas tipe cepat yang diperantarai IgE contohnya alergi
obat.
 Aktivasi komplemen jalur klasik maupun alternatif menghasilkan
anafilatoksin C3a, C4a, C5a yang menyebabkan pelepasan mediator sel
mast.
2. Faktor non imunologik yang mengakibatkan aktivasi langsung sel mast oleh
penyebab, misalnya bahan kimia, Pelepas mediator (morfin, kodein, media
radio-kontras, aspirin, obat anti inflamasi non steroid, benzoate), faktor fisik
(suhu, mekanik, sinar X, ultraviolet, efek kolinergik) 5
Penyebab urtikaria sangat beragam diantaranya, obat, makanan, dan
food additive, infeksi, proses inflamasi, penyakit sistemik, dan keganasan,
proses autoimun, dan rangsangan fisik. 5
Obat merupakan penyebab tersering urtikaria akut dan dapat
menimbulkan urtikaria secara imunologik maupun non imunologik. Jenis obat
yang sering menimbulkan urtikaria adalah penisilin dan derivatnya,
sulfonamide, analgesic, aspirin, dan obat anti inflamasi steroid lain, ACE
inhibitor, narkotik dan alcohol. 5
Makanan juga merupakan penyebab urtikaria akut dan jenis makanan
yang dihubungkan dengan urtikaria adalah coklat, makanan laut, telur, susu,
kacang-kacangan, tomat, stroberi, keju, dan bawang. 5
Urtikaria akut dapat timbul akibat infeksi saluran nafas atas terutama
infeksi Steptococcus. Infeksi virus dan infeksi jamur pada kulit dan kuku juga
termasuk keadaan yang menyebabkan urtikaria. 5

2.4 Gambaran klinis


Rasa gatal yang hebat hampir selalu merupakan keluhan subyektif
urtikaria, dapat juga timbul rasa terabakar atau terasa tertusuk. Secara klinis
tampak lesi urtika (eritema dan edema setempat yang berbatas tegas) dengan
berbagai bentuk dan ukuran. Kadang-kadang bagian tengah lesi tampak lebih
pucat. Bila terlihat urtika dengan bentuk popular, patut dicurigai adanya gigitan
serangga atau sinar ultraviolet sebagai penyebab. 9,10

3
Bila lesi melibatkan jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan
subkutis atau submucosa, akan terlihat edema dengan batas yang difus dan
disebut angioedema. Rasa gatal umumnya tidak dijumpai pada angioedema,
namun terdapat rasa terbakar. Angioedema sering dijumpai di kelopak mata
dan bibir. Bila angioedema terjadi di mukosa saluran napas dapat terjadi sesak
napas, serak, rinitis. Angioedema di saluran cerana bermanifestasi sebagai rasa
mual, muntah, kolik abdomen dan diare. 9,10
Urtikaria akibat tekanan mekanis dapat dijumpai pada tempat-tempat
yang tertekan pakaian misalnya di sekitar pinggang, bentuknya sesuai dengan
tekanan yang menjadi penyebab. Pada pasien ini, uji dermografisme
menimbulkan lesi urtika yang linier pada kulit setelah digores dengan benda
tumpul. 2,5,3
Urtikaria kolinergik memberikan gambaran klinis yang khas, yaitu
urtika dengan ukuran kecil2-3 mm, folikular, dan dipicu oleh peningkatan suhu
tubuh akibat latihan fisik, suhu lingkungan yang sangat panas dan emosi.
Urtikaria kolinergik terutama dialami oleh remaja dan dewasa muda. 2,5
Bentuk klinis dari urtikaria terdiri atas :
 Angioedema (Giant Urticaria) bila urtikaria besar-besar
disertai edema yang lebih dalam, misalnya samapai lapisan
subkutan pada palpebra, genitalia, bibir.
 Urtikaria kolinergik bila urtikaria berbentuk kecil-kecil tersebar
dan sangat gatal.
 Urtikaria demografik (urtikaria fisik) bila timbul akibat tekanan
berbentuk linier sesuai dengan bagian tekanan/ garukan/
goresan. Tes demografisme positif.
 Urtikaria dingin timbul beberapa menit sampai beberapa jam
setelah terapapar hawa/ air dingin.
 Urtikaria solar timbul setelah terpapar dengan sinar matahari.
 Urtikaria alergika, bila karena alergi makanan, obat.
 Urtikaria idiopatik, bila tidak diketahui penyebabnya.
 Urtikaria kronis, bila tiap hari terkenan urtikaria selama 6
minggu berturut-turut.

4
2.5 Klasifikasi Urtikaria dan Pemeriksaan Penunjang11

2.6 Diagnosis dan diagnosis banding


Dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksan klinis yang cermat, umumnya
diagnosis urtikaria dan angioedema dapat ditegakkan dengan mudah.
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menyokong diagnosis dan mencari
penyebab. Perlu pula dipertimbangkan beberapa penyakit sebagai diagnosis
banding karena memiliki gejala urtika atau yang mirip urtika dalam perjalanan
penyakitnya, yaitu: 10
 Vaskulitis
 Pemfigoid bulosa
 Pityriasis rosea tipe popular
 Lupus eritematous kutan

5
 Anafilaktoid purpura (Henoch-Schonlein Purpura)
 Morbus Hansen
Untuk menyingkirkan diagnosis banding ini, perlu dilakukan pemeriksaan
hitopatologis kulit.
2.7 Tatalaksana
Tatalaksana urtikaria menurut EEACI (European Academy of Allergy and
Clinical Immunology)/GA2LEN (Global Allergy and Asthma European
Network)/EDF (European Dermatology Forum)/WAO (World Allergy
Organization) yang diadopsi oleh AADV (Asian Academy of Dermatology and
Venereology), baik akut maupun kronis terdiri dari 2 hal utama, yaitu:2, 11,12
1. Identifikasi dan eliminasi faktor penyebab atau pencetus.
Identifikasi faktor penyebab membutuhkan diagnostik yang menyeluruh
dan tepat. Jika didapatkan perbaikan setelah eliminasi faktor diduga
penyebab, faktor ini baru bisa disimpulkan sebagai penyebab jika terjadi
kekambuhan setelah tes provokasi.
2. Terapi simptomatis
Tujuan utama terapi adalah menghilangkan keluhan.
Pemberian terapi farmakologis dengan: 2, 11
 Antihistamin (AH-1)
Antihistamin-H1 non-sedatif/ generasi kedua (azelastine, bilastine,
cetirizine, desloratadine, ebastine, fexofenadine, levocetirizine,
loratadine, mizolastine, dan rupatadine) memiliki efikasi sangat baik,
keamanan tinggi, dan dapat ditoleransi dengan baik, sehingga saat ini
digunakan sebagai terapi lini pertama.
Apabila keluhan menetap dengan pemberian antihistamin-H1 non-
sedatif selama 2 minggu, dosis antihistamin-H1 nonsedatif dapat
ditingkatkan sampai 4 kali lipat dosis awal yang diberikan. Antihistamin
generasi pertama sudah jarang digunakan, hanya direkomendasikan
sebagai terapi tambahan urtikaria kronis yang tidak terkontrol dengan
antihistamin generasi kedua. Antihistamin generasi pertama sebaiknya
diberikan dosis tunggal malam hari karena mempunyai efek sedatif.
 Antagonis H2

6
Antagonis H2 (cimetidine) diberikan dalam kombinasi dengan antagonis
H1 pada urtikaria kronis. Meskipun efikasinya rendah, beberapa ahli
berpendapat bisa diberikan sebelum terapi lini kedua.
 Antagonis reseptor leukotriene
Bukti efektivitas terapi ini masih terbatas, dan tingkat rekomendasinya
rendah. Dari beberapa penelitian, disimpulkan bahwa terapi ini hanya
bermanfaat pada urtikaria kronis spontan yang berhubungan dengan
aspirin atau food additives, tetapi tidak bermanfaat pada urtikaria kronis
lain. Terapi ini dapat dicoba pada pasien yang tidak merespons
pengobatan antihistamin.
 Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan hanya pada urtikaria akut atau eksaserbasi akut
urtikaria kronis. Belum ada konsensus yang mengatur pemberian
kortikosteroid, disarankan dalam dosis terendah yang memberikan efek
dalam periode singkat. Salah satu kortikosteroid yang disarankan adalah
prednison 15 mg/hari, diturunkan 1 mg setiap minggu.
 Agen anti-inflamasi
Meskipun bukti efikasinya masih terbatas, terapi ini dapat
dipertimbangkan karena harganya terjangkau dan efek sampingnya
minimal, antara lain menggunakan dapson, sulfasalazine,
hidroksiklorokuin, dan kolkisin.
 Imunosupresan
Imunosupresan yang saat ini digunakan adalah inhibitor kalsineurin
(siklosporin). Imunosupresan lain (azatioprin, metotreksat,
siklofosfamid, dan mikofenolat mofetil) dapat dipertimbangkan untuk
urtikaria kronis yang tidak merespons antihistamin generasi pertama.
 Agen biologis
Obat baru yang sekarang mulai digunakan adalah omalizumab.
Omalizumab dianggap bisa menjadi obat pilihan beberapa tahun lagi,
tetapi mahal dan efek samping jangka panjang masih belum diketahui.
Konseling dan Edukasi pasien dengan keluarga mengenai:
1. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab urtikaria.

7
2. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
3. Pasien dapat sembuh sempurna.

8
Manajemen Urtikaria menurut Guideline EEACI/GA2LEN/EDF/WAO
2.9 Komplikasi
Urtikaria yang sering menyebar ke seluruh tubuh dan terasa sangat gatal akan
mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya dan bahkan berujung pada berbagai
komplikasi, antara lain: 3,10
1. Angioedema
Penderita urtikaria kronis atau akut bisa mengalami angioedema, yaitu
lapisan dalam kulit yang bengkak karena penumpukan cairan. Bagian yang
biasanya terpengaruh oleh angioedema adalah kelopak mata, bibir, tangan,
kaki, dan sekitar alat kelamin.Gangguan ini dapat bertahan lebih lama
dibanding urtikaria, meski gejala bengkak pada kulit biasanya berkurang
dalam waktu 24 jam. Salah satu penyebab kondisi ini adalah penggunaan

9
obat-obat, seperti obat antihipertensi (penghambat ACE), obat antihistamin
non-steroid dan pereda nyeri (codeine).
2. Anafilaksis
Anafilaksis adalah reaksi alergi langka yang parah dan terjadi secara tiba-tiba.
Kondisi ini dapat berakibat fatal karena gejalanya yang ekstrem seperti
menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.
2.10 Prognosis
Prognosis urtikaria akut umumnya baik, bisa hilang dalam 24 jam. Urtikaria
akut hampir tidak pernah menimbulkan kematian, kecuali bila disertai
angioedema saluran napas bagian atas. Pada anak-anak, 20-30% urtikaria akut
akan berkembang menjadi urtikaria kronis dan angka hospitalisasi meningkat
3 kali lipat pada usia 0-4 tahun. Prognosis urtikaria kronis lebih bervariasi.
Sebanyak 30-50% remisi spontan, 20% dalam 5 tahun, dan 20% akan menetap
setelah 5 tahun. 2,7,9,10

10
BAB III
KESIMPULAN

Urtikaria adalah kelainan kulit yang ditandai dengan peninggian kulit yang timbul
mendadak dan/atau disertai angiodema; ukurannya bervariasi, biasanya dikelilingi
eritema, terasa gatal atau sensasi terbakar, umumnya menghilang dalam 1-24 jam.
Angioedema terjadi akibat edema lapisan dermis bagian bawah dan jaringan subkutan,
biasanya lebih dirasakan sebagai sensasi nyeri, dan menghilang setelah 72 jam.
Urtikaria berdasarkan waktu dibedakan menjadi urtikaria akut (<6 minggu) dan
urtikaria kronis (>6 minggu). Berdasarkan ada/tidaknya faktor pencetus, dibedakan
menjadi urtikaria spontan, urtikaria yang disebabkan agen fisik, dan urtikaria tipe lain.
Diagnostik meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, tes diagnostik rutin, dan tes
diagnostik lanjutan apabila diperlukan. Tatalaksana meliputi identifikasi serta
eliminasi faktor penyebab dan terapi simptomatis. Panduan terapi menurut
EEACI/GA2LEN/EDF/WAO yaitu dapat menggunakan antihistamin (AH-1),
antagonis H2, antagonis reseptor leukotrien, kortikosteroid, agen anti-inflamasi,
imunosupresan, agen biologis. Konseling dan Edukasi pasien dengan keluarga
mengenai prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab
urtikaria, penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga, pasien
dapat sembuh sempurna. Urtikaria yang sering menyebar ke seluruh tubuh dan terasa
sangat gatal akan mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya dan bahkan berujung
pada berbagai komplikasi, antara lain angioedema dan anafilaksis. Prognosis urtikaria
akut umumnya baik, bisa hilang dalam 24 jam. Urtikaria akut hampir tidak pernah
menimbulkan kematian, kecuali bila disertai angioedema saluran napas bagian atas.
Pada anak-anak, 20-30% urtikaria akut akan berkembang menjadi urtikaria kronis dan
angka hospitalisasi meningkat 3 kali lipat pada usia 0-4 tahun. Prognosis urtikaria
kronis lebih bervariasi. Sebanyak 30-50% remisi spontan, 20% dalam 5 tahun, dan
20% akan menetap setelah 5 tahun.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Chowdhury M, et al. Dermatology at a Glance. First edition. Wiley Blackwell;


United Kingdom. 2013. P. 68.
2. Goldsmith LA, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th Ed. USA:
The McGraw-Hill Companies; 2012. P. 414-430.
3. Greenberger PA. Chronic urticaria: New management options. WAO Journal.
2014; 7: 31.
4. James WD, et al. Andrew’s diseases of the skin; Clinical dermatology. 12th ed.
Elsevier; Philadelphia; 2016. P. 146-152.
5. Jones RM. ABC dermatology. Sixth edition. John Wiley; United Kingdom. 2014.
P. 38-42.
6. Kaplan AP. Urticaria and angioedema: Synopsis. World Allergy Organization.
2014.
7. Menaldi SL, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ketujuh; Cetakan keempat.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017. Hal. 311-314.
8. Tjekyan S. Prevalensi urtikaria di kota palembang tahun 2007 (the prevalence of
urticaria in palembang 2007). Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
2012; 20(1):1-6.
9. Widaty S, dkk. Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di
Indonesia (PERDOSKI). 2017. Hal. 241-245.
10. Wong HK, et al. Medscape; Urticaria. Department of Dermatology, University of
Arkansas for Medical Sciences College of Medicine. 2018.
11. Zuberbier T, et al. The EAACI/GA2LEN/EDF/WAO guideline for the definition,
classification, diagnosis, and management of urticaria. European Journal of Allergy
and Clinical Immunology. 2014; 64: 1417-1426.
12. AADV Asian Consensus Guidelines for Management of Chronic Urticaria, 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai