Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GLAUKOMA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 6

Muhammad Sayuti : 20191440119024


Muhammad Mubarak : 20191440119025
Muhammad Soleh : 20191440119027
Rizky Amalia Setyowati : 20191440119039
Saipul Gani : 20191440119040
Samsul Wahab : 20191440119041
Shafa Alya Khansa : 20191440119042

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKOLAHAN TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2021

Page
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah.SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentu nya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami,semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari
sebelumnya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan InsyaAllah sesuai
dengan yang diharapkan.

Pada dasarnya makalah ini kami sajikan untuk membahas tentang


“GLAUKOMA”. Untuk lebih jelas saimak pembahasan dalam makalah ini. mudah-
mudahan makalah ini bisa memeberikan pengetahuan yang mendalam tentang
GLAUKOMA kepada kita semua.

Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu,kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman untuk memperbaiki makalah kami selanjutny. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan Terimakasi

Martapura, 01 November 2021

Penulis

Kelompok 6

Page
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia
terdapat sejumlah 0.40% penderita glaukoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan 0,26% penduduk. Prevalensi penyakit utama di
Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%,
konjungtiva 1,74%, parut kornea 0,43%, glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%.
Prevalensi dan peyebab buta kedua 0,16% kelaianan refraksi 0.11%, retina
0,09%, kornea 0.06% dan lain-lain 0.03%, prevalensi total 1,47%.
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita
glaucoma. Diantara mereka hampir setengah mengalami gangguan
pengelihatan dan 70 ribu benar-benar buta, bertambah setengah 5500
orang/tahun.
Glaukoma dapat menyerang semua usia namun lebih banyak sesuai
bertambahnya usia, mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun.
Resiko lainnya adalah diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang
mempunyai riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka yang pernah
mengalami trauma atau pembedahan mata, atau yang pernah mendapat
terapi kortikostreroid jangka panjang.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol
dengan obat. Kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional
(insisional). Tujuan penanganan adalah untuk menghentikan atau
memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan
yang baik sepanjang hidup dan dapat dilakukan dengan menurunkan TIO.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka kelompok tertarik untuk menyusun
makalah dengan judul “Asuhan Kepererawatan Pada Klien Dengan
glaukoma”.

Page
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan glaukoma.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis glaukoma.
b. Untuk mengetahui membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan glaukoma yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi literature, adapun
teknik yang digunakan yaitu studi pustaka dengan mempelajari buku-buku,
browsing internet dan sumber lain untuk mendapatkan data untuk
pembuatan makalah ini.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
sistematika penulisan, dan metode penulisan.
BAB II : Tinjauan teori, yang terdiri dari pengertian galukoma, klasifikasi
glaukoma, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan madik.
BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi,
dan implementasi.
BAB IV : Kasus fiktif, terdiri dari kasus dan pembahasan kasus.
BAB V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page
4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Anatomi
1. Struktur mata tambahan
Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan
kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi
kelopak mata (konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva
palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar
membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva. Walaupun
konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena
pantulan dari pembuluh – pembuluh darah yang ada didalamnya,
pembuluh – pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas
sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari
kekeringan. 
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata.
Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk
membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan
ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan
melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung.
2. Bola Mata
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina.
Lapisan terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada
yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil yang membantuk kornea.
Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh – pembuluh darah
yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen
suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai
bagian anterior mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri
dari sel batang dan sel kerucut. Reseptor cahaya melakukan synap
dengan saraf - saraf bipolar diretina dan kemudian dengan saraf – saraf
ganglion diteruskan keserabut saraf optikus. Sel kerucut lebih sedikit
dibanding sel batang. Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina
dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan

Page
5
penglihatan warna. Sel – sel batang ditemukan banyak pada daerah
perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan
malam. Sel – sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu protein
fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang. Regenerasi
rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata
memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap. Defisiensi
vitamin A mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari.
3. Ruangan pada mata.
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior.
Rongga anterior teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam
dua ruang ; ruang anterior ( antara kornea dan iris ) dan ruang posterior
( antara iris dan lensa). Rongga anterior berisi cairan bening yang
dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir
kedalam ruang posterior melewati pupil masuk keruang anterior dan
dikeluarkan melalui saluran schelmm yang menghubungkan iris dan
kornea (sudut ruang anterior).
4. Iris dan lensa.
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan (bundar) mengandung
dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil.
Pupil adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam
merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek (akomodasi) untuk
memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk
penglihatan dekat. Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk
bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam
ruang anterior dan posterior. Lensatersusun dari sel – sel epitel yang
dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah
menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar.
5. Otot-otot mata.
Otot – otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot – otot
intrinsi bersifat volunter (dibawah sadar), diluar bola mata yang
mengontrol pergerakan diluar mata. Otot – otot intrinsik bersifat involunter
( tidak disadari ) berada dalam badan ciliary yang mengontrol ketebalan
dan ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.

Page
6
6. Sudut filtrasi.
Sudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian
yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran
descemet dan membran bowman lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian
kedalam mengelilingi kanal schelmm dan trabekula sampai ke COA. Akhir
dari membran descemet disebut garis schwalbe. Limbus terdiri dari 2
lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea.
Didalam stromanya terdapat serat – serat saraf dan cabang akhir dari A.
siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut foltrasi adalah trabekula,
yang terdiri dari :
a. Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma
kornea dan menuju kebelakang, mengelilingi kanal schelmm untuk
berinsersi pada sklera.
b. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea,
menuju ke skleralspur ( insersi dari m. siliarir ) dan sebagian ke m.
siliaris meridional.
c. serabut berasal dari akhir membran descemet ( garis schwalbe ),
menuju kejaringan pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.
d. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris
menuju ke depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen,
jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya diliputi endotel.
Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga
bila ada darah dalam canal schelmm, dapat terlihat dari luar.
B. Fisiologi
1. Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea
dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor
vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di
retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
2. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa.
Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa
memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan
relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya
dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus dapat

Page
7
menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan)
dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti
jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dinbantu dengan
perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil
agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal.
3. Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi
aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di
optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari
masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls
diteruskan ke korteks visual.
4. Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP). Tekanan dalam
bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan
pengaliran dari humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh
bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring humor aquoeus
ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan meningkatnya tekanan
pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem. Sedikit
humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke
ruang suprakoroid. Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh
iris. Sistem pertahanan katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan
tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan
berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat meningkatkan
IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress
emosional. 

C. Pengertian
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
penglihatan dan kebutaan.
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala
kenaikan tekanan intra okuler, dimana dapat mengakibatkan pencekungan
pupil syaraf optic sehingga trejadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang
pandang.
Glaukoma berasal dari kata yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita

Page
8
glaucoma. Kelainan mata glaucoma yang ditandai dengan kenaikan tekanan
bola mata atropi saraf optikus dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma
dalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan .

D. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi yaitu:
1. Glaukoma primer
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup, (closed angle glaucoma, acute congestive
glaukoma).
b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple
glaucoma).
2. Glaukoma kongenital
a. Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,
hidroftalmos).
b. Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
3. Glaukoma skunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan:
a. Kelainan lensa
1) Luksasi
2) Pembengkakan (intumesen)
3) Fakoltik
b. Kelainan uvea
1) Uveitis
2) Tumor
c. Trauma
1) Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
2) Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma
adheren.
d. Pembedahan

Page
9
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan
katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lainnya.
1) Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral).
2) Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan.
4. Glaukoma Absolut
Keadaan  terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri.
Klasifikasi glukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intra
okuler yaitu:
1. Glaukoma sudut terbuka
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan
trabekulum sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang
trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang
sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan
bebas.
2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi
yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.

E. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada
umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa
meningkatkan tekanan intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009).
1. Umur
2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
3. Tekanan bola mata /kelainan lensa
4. Obat-obatan

Page
10
F. Patofisiologi

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/06/skema-patofisiologi-glaukoma.html

G. Manifestasi Klinis

Keluhan yang sering muncul adalah sering menabrak akibat pandangan


yang menjadi jelek atau kabur, lapang pandang menjadi lebih sempit hingga
kebutaan secara permanen.
Gejala lain adalah:
1. Mata merasa sakit tanpa kotoran.
2. Kornea suram.
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
5. Nyeri dimata dan sekitarnya.
6. Udema kornea.
7. Pupil lebar dan reflex berjurang sampai hilang.
8. Lensa keruh.
9. Pandangan kabur.
10. Visus menurun.
H. Komplikasi
Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
(Hanarwatiaj, 2008).
1. Oftalmoskopi
Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina , diskus optikus
macula dan pembuluh darah retina.

Page
11
2. Tonometri
Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi bila melebihi
25 mmHG.
3. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan
yang has pada glaucoma . secara sederhana , lapang pandang dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi
Adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi
dan struktur okuler.

J. Penatalaksanaan medis
Glaucoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaucoma dapat
dicegah untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan
rusaknya sraf penglihatan. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO
ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan,
penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi glaucoma dan respon
terhadap terapi (Harnawatiaj, 2008):
1. Terapi obat
a. Pengahambat adrenerjik beta
b. Apraklonidin
c. Inhibitor karbonat anhidrase
2. Terapi bedah laser
Penembakan laser untuk memperbaiki aliran humo aqueous dan
menurunkan TIO
3. Bedah drainase
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase
noral sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous dari kamera
anterior kejaringan sub konjungtifa, dapat dibuat dengan trabakulotomi
atau insersi selang drainase.
4. Irepdektomi perifer atau lateral
Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkkinkan aliran
humor aqueous dari kornea posterior ke anterior.

Page
12
BAB  III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat ocular
1) Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah,
pandangan kabur
2) Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan
b. Riwayat kesehatan
1) Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
cerebrovaskular, gangguan tiroid
2) Keluarga menderita glaukoma
3) Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau
sistemik
4) Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin
c. Psikososial
Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,
berkendaraan.
d. Pengkajian umum
1) Usia
2) Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
kardiovaskular , hipertiroid
3) Gejala gastrointestinal : mual muntah
e. Pengkajian khusus
1) Mata
2) Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)
3) Nyeri tumpul orbital
4) Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang
5) Kemerahan (hiperemia mata)
6) Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

Page
13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan prognosis.
3. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Penggunaan Mempertahankan Mandiri: Mandiri:
persepsi sensori penglihatan lapang ketajaman  Pastikan derajat  mempengaruhi
b/d gangguan yang optimal. penglihatan tanpa atau tipe harapan masa depan
penerimaan kehilangan lebih kehilangan pasien dan pilihan
sensori: lanjut. penglihatan. intervensi.
gangguan status  Dorong  Sementara intervensi
organ mengekspresikan  dini mencegah
perasaan tentang kebuutaan, pasien
kehilangan/ menghadapi
kemungkinan kemungkinan atau
kehilangan mengalami
penglihatan. pengalaman
kehilangan
penglihatan sebagian
atau total. Meskipun
kehilangan
penglihatan telah
terjadi tak dapat
diperbaiki (meskipun
dengan pengobatan),
kehilngan lanjut
dapat dicegah.

 Tunjukkan  Mengontrol TIO,


pemberian tetes mencegah
mata,contoh kehilangan
menghitung penglihatan lanjut.
tetesan, mengikuti
jadwal, tidak
salah dosis.

Kolaborasi: Kolaborasi:
Berikan obat sesuai
indikasi:

Page
14
 Pilokarpin  Obat miotik tropical
hidroklorida ini menyebabkan
(isoptocarpin, kontriksi pupil,
Ocusertpilo, memudahkan
pilopine HS Gel) keluarnya aqueous
humor.
 Asetazolamid  Menurunkan laju
(Dioamox). produksi aqueous
humor.
2. Ansietas b/d Cemas Menunjukan  Kaji tingkat  Faktor ini
penurunan hilang atau ketajaman ansietas, derajat mempengaruhi
penglihatan berkurang pemecahan pengalaman persepsi pasien
actual masalah. nyeri/ timbulnya terhadap ancaman
gejala tiba-tiba diri. Potensial siklus
dan pengetahuan ansietas, dan dapat
kondisi saat ini. mempengaruhi
upaya medic untuk
mengontrol TIO.
 Berikan informasi  Menurunkan ansietas
yang akurat dan sehubungan dengan
jujur. Diskusikan ketidak tahuan/
kemungkinan harapan yang akan
bahwa datang dan
pengawasan dan memberikan dasar
pengobatan fakta untuk membuat
dapat mencegah pilihan informasi
kehilangan tentang pengobatan.
penglihatan
tambahan.
 Dorong pasien  Memberikan
unttuk mengakui kesempatan untuk
masalah dan pasien menerima
mengekspresikan situasi nyata,
perasaan. mengklarifikasi salah
konsepsi dan
pemecahan masalah.
 Identifikasi  Memberikan
sumber/orang keyakinan bahwa
yang menolong. pasien tidak sendiri
dalam menghadapi
masalah.
3. Nyeri b/d Nyeri hilang Setelah dilakukan  Kaji tingkat nyeri  Mengetahui tingkat
peningkatan TIO atau perawatan 3x24 nyeri untuk
berkurang. jam pasien memudahkan
mengatakan intervensi selanjutnya
nyerinya  Pantau derajat  Untuk
berkurang. nyeri mata setiap mengidentifikasi
30 menit selama kemajuan atau

Page
15
fase akut. penyimpangan dari
hasil yang
diharapkan.
 Siapkan pasien  Setelah TIO
untuk terkontrol pada
pembedahan glaucoma sudut
sesuai peranan. terbuka,
pembedahan harus
dilakukan untuk
secara permanen
menghilangkan blok
pupil.
 Pertahankan tirah  Tekanan pada mata
baring ketat pada ditingkatkan bila
posisi semi fowler tubuh datar.
 Berikan  stress dan sinar
lingkungan gelap mienimbulkan TIO
dan terang. yang mecetuskan
nyeri.

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus

Page
16
Ny. D 64 thn datang ke poliklinik mata dengan keluhan bola mata terasa
nyeri, penglihatan kabur, melihat benda seperti ada bayangan, klien
mengeluh tidak bisa membaca dengan jelas, di depan mata seperti ada
bayangan huruf S, melihat benda terkadang silau, dari pemeriksaan fisik
mata terlihat ada putih seperti air terjun, ketajaman penglihatan. Menurun
hasil pemeriksaan fisus 4/6.    TIO (Tekanan Intraokular) OD (Oculus Dexter)
: 28 mmHg, TIO OS (Oculuc Sinister) : 24 mmHg, TD : 160/90 mmHg, N :
92x/menit, RR : 24x/menit, S : 37 C.

B. Pembahasan Kasus
1. Identitas
Nama : Ny. D
Usia : 65 tahun

2. Data Fokus
a. Data Subjektif :
- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri.
- Klien mengeluh penglihatannya kabur.
- Klien mengeluh tidak bisa membaca dengan jelas.
b. Data Objektif :
- TIO OD (Oculus Dexter) : 28 mmHg
- TIO OS (Oculuc Sinister) : 24 mmHg
- Melihat benda seperti ada bayangan
- Ketajaman penglihatan menurun hasil pemeriksaan fisus 4/6
- Tanda-tanda vital :
TD : 160/90 mmHg, N : 92x/menit, RR : 24x/menit, S : 37

3. Analisa Data
Hari/tanggal Data fokus Masalah Etiologi Paraf
(Data subjektif & Data Objektif)
DS :  Nyeri Peningkatan tekanan Kelompok 6
- Klien mengeluh bola mata intraokular
terasa nyeri.
DO :

Page
17
- TIO OD (Oculus Dexter) : 28
mmHg
- TIO OS (Oculuc Sinister) : 24
mmHg
- Tanda-tanda vital :
TD : 160/90 mmHg, N :
92x/menit, RR : 24x/menit, S :
37 C.
DS : Gangguan Penurunan tajam Kelompok 6
- Klien mengeluh persepsi penglihatan dan
penglihatannya kabur. sensori : kejelasan
- Klien mengeluh tidak bisa Penglihatan penglihatan.
membaja dengan jelas.
DO :
- Melihat benda seperti ada
bayangan.
- Ketajaman penglihatan
menurun hasil pemerikasaan
fisus 4/6.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.
b. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.

5. Intervensi Keperawatan

Tgl Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional Paraf


Keperawatan Hasil
Nyeri yang Setelah dilakukan 1. Observasi derajat 1. Mengidentifikasi Kelompok
berhubungan dengan tindakan nyeri mata. kemajuan / 6
peningkatan tekanan keperawatan penyimpangan

Page
18
intraokular selama 3x24 jam dari hasil yang
diharapkan nyeri diharapkan.
DS : hilang. 2. Stress mental
- Klien mengeluh Kriteria hasil : 2. Anjurkan istirahat /emosi
bola mata terasa - Klien di tempat tidur menyebab-kan
nyeri. mengatakan dalam ruangan peningkatan TIO.
DO : nyeri hilang. yang tenang membantu dalam
- TIO OD : 28 mmHg - TTV dalam stress mental penurunan
- TIO OS : 24 mmHg batas normal : /emosi persepsi / respon
- Tanda-tanda vital : TD : 120/80 menyebabkan nyeri.
TD : 160/90 mmHg mmHg peningkatan TIO. 3. Untuk
N : 92x/menit N : 80-100 3. Ajarkan pasien mengurangi
RR : 24x/menit x/menit teknik distraksi. nyeri.
S : 37 C. S : 36-37o C 4. Kolaborasi
RR : 20x/menit pemberian
analgetik sesuai
program.
Penurunan persepsi Setelah dilakukan 1. Kaji ketajaman 1. Mengidentifikasi Kelompok
sensori : Penglihatan tindakan penglihatan klien. kemampuan 6
yang berhubungan keperawatan, 2. Dekati klien dari visual klien.
dengan penurunan diharapkan klien sisi yang sehat 2. Memberikan
tajam penglihatan melaporkan rangsang
dan kejelasan kemampuan yang 3. Identifikasi sensori,
penglihatan. lebih untuk proses alternatif untuk mengurangi rasa
rangsang optimalisasi isolasi/terasing.
penglihatan dan sumber 3. Memberi
mengomunikasika rangsangan. keakuratan
n perubahan 4. Sesuaikan penglihatan dan
visual. lingkungan untuk perawatannya.
Kriteria hasil : optimalisasi 4. Meningkatkan
- Mengidentifikasi penglihatan : kemampuan
faktor-faktor yang  Orientasikan persepsi sensori.
mempengaruhi klien terhadap
fungsi ruang rawat.
penglihatan.  Letakkan alat
- Klien yang sering
mengindentifika digunakan di
si dan dekat klien atau
menunjukkan pada sisi mata
pola-pola yang lebih
alternatif untuk sehat.
meningkatkan  Berikan
penerimaan pencahayaan
rangsang cukup.
penglihatan.  Letakkan alat
ditempat yang
tetap.
 Hindari cahaya
menyilaukan.
5. Anjurkan 5. Meningkat-kan
penggunaan kemampuan
alternatif respons terhadap

Page
19
rangsang
lingkungan yang stimulus
dapat diterima : lingkungan.
auditorik, taktil.

6. Implementasi Keperawatan
TGL Pukul No. Dx Catatan Keperawatan Nama
08.00 1 - Mengobservasi derajat nyeri mata. Kelompok 6
Hasil : skala nyeri klien 5
10.00 1 - Mengobservasi tanda – tanda vital klien
Hasil :

Page
20
TD : 140/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 C
- Mengatur posisi fowler
11.00 2 Hasil : Klien mengatakan nyaman dengan
posisi fowler.
- Mengalihkan perhatian pada hal-hal yang
12.00 1 menyenangkan
Hasil : Klien merasa nyaman saat
mendengarkan musik.
- Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
13.30 1 sesuai program.
Hasil : Nyeri klien berkurang
- Mengorientasikan klien terhadap ruang
14.30 2 rawat.
Hasil : Klien mampu mengertahui letak ruang
rawatnya.
- Mengobservasi derajat nyeri mata.
9.00 1 Hasil : Skala nyeri klien 4 Kelompok 6
- Menganjurkan klien teknik distraksi.
10.30 1 Hasil : Klien mengatakan skala nyeri
berkurang.
- Mengobservasi tanda – tanda vital klien
11.00 1 Hasil :
TD : 120/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 C
- Memberikan pencahayaan cukup.
Hasil : Klien tetap merasa pandangannya
13.00 2 kabur
- Meletakkan alat yang sering digunakan di
dekat klien atau pada sisi mata yang lebih
14.00 2 sehat.
Hasil : klien mampu mengambil handphone
disamping tempat tidur klien.

7. Catatan Perkembangan

TGL Pukul No.Dx Catatan Paraf


09.00 1 S : Klien mengatakan nyeri berkurang. Penulis
O : skala nyeri klien 4
TD : 120/80 mmHg

Page
21
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 C

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi di lanjutkan
- Observasi skala nyeri
- Tingkatkan pengajaran tekhnik
manajemen nyeri
- Libatan keluarga dalam
pengobatan dan perawatan.
- Kolaborasi pemberian analgetik.
12.00 2 S : klien mengatakan Klien mengeluh penulis
penglihatannya kabur.
- Klien mengeluh tidak bisa
membaca dengan jelas.
O : Melihat benda seperti ada
bayangan.
- Ketajaman penglihatan
menurun hasil pemerikasaan
fisus 4/6.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Page
22
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana ditandai dengan peningkatan
tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga
mengakibatkan kebutaan.

Glaucoma diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan berdasarkan mekanisme


peningkatan tekanan intra okuler. Penyebab tergantung dari klasifikasi
glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aqueus
humor terhambat yang bisa meningkatkan TIO.

Tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri, lapang
pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan Glaukoma


terdiri dari: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Pada pengkajian dijabarkan mengenai riwayat kesehatan, psikososisal,
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik. Pada diagnosa terdapat beberapa
diagnosa antara lain, penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang
berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan
penglihatan, ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan prognosis, nyeri yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraokular. Lalu dilanjutkan dengan intervensi,
implementasi, dan evaluasi sesuai diagnosa dan pengkajian.

B. Saran
1. Untuk mahasiswa sebaiknya memperdalam ilmu dalam perawatan pasien
stroke agar dapat membantu klien untuk mencapai kesembuhan dan
pengobatan.
2. Untuk mahasiswa bisa lebih paham tentang pengertian, pencegahan,
pengobatan serta cara-cara untuk memberikan pendidikan kesehatan
terhadap pasien.
3. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah
buku-buku yang berkaitan dengan bidang keilmuan keperawatan seperti
buku keperawatan medikal bedah, asuhan keperawatan, kamus

Page
23
kedokteran dan lain-lain sebagai literatur dalam menambah ilmu bagi
mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Page
24
Dwindra, mayendru. 2009. Glaukoma, http://www.perdami.or.id/?
page=news.detail&=7. Diperoleh tanggal 25 Maret 2013 pada pukul
13.00 WIB

Hanawatiaj. 2008. Konjungtivis. http://.wordpress.com/2008/03/09/konjungtivis/


Diperoleh tanggal 25 Maret 2013 pada pukul 13.30 WIB

Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Ramdani. 2009. Glaukoma. Dalam http://www.jec-online.com. Diperoleh tanggal


25 Maret 2013 pada pukul 14.00 WIB

Smeltzer, Suzzanne C & Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC

Waluyo, Sunaryo joko. 2009. Askep Glaukoma. Dalam http://askep-


akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html. Diperoleh tanggal
25 Maret 2013 PUKUL 15.30 WIB

Page
25

Anda mungkin juga menyukai