Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.

Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga

menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada

titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa

yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat

pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau dibelakang makula. Bentuk kelainan refraksi

terebut diantaranya presbiopia.1

Presbopi adalah kehilangan akomodasi lensa yang berhubungan dengan usia sehingga

menyebabkan ketidakmampuan mata untuk fokus pada jarak dekat. Presbiopi adalah

perubahan fisiologis yang paling umum terjadi pada mata orang dewasa dan diperkirakan

menyebabkan gangguan penglihatan dekat pada usia lanjut. Seseorang dengan presbiopi akan

mengeluh sakit kepala dan ketegangan mata, dan mengarahkan benda-benda secara progresif

menjauh dari mata agar bisa memusatkan perhatian mereka. Penatalaksanaan yang paling

umum adalah sepasang kacamata baca. Kini semakin diakui bahwa presbiopia adalah aspek

kesalahan refraktif yang perlu diatasi. Penglihatan dekat yang baik itu penting, terutama di

kalangan penduduk yang menggunakannya dalam bekerja.2

Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada negara dengan jumlah populasi lanjut usia yang

lebih tinggi karena presbiopi sangat berhubungan dengan usia tua. Pada tahun 2005,

diperkirakan 1.04 juta orang didunia telah mengalami presbiopi. Dan 410 juta diantaranya

kehilangan penglihatan dekatnya karena kurangnya koreksi terhadap gangguan presbiopinya.

94 % penderita presbiopi yang kurang mendapatkan koreksi yang tepat berasal dari negara
berkembang. Usia rata-rata mulai munculnya symptom presbiopi ialah 42-44 tahun, dan

hilangnya akomodasi secara komplit biasanya mulai muncul pada usia 50-55 tahun.3,4

Masalah utama pada presbiopi ialah kaburnya penglihatan dekat, presbiopi

menyebabkan penderitanya untuk lebih berusaha dalam melihat dan membaca pada jarak

yang dekat, dan hal ini mengakibatkan kelehahan mata dan sakit kepala . Penglihatan dekat

yang tetap bagus sangat diperlukan pada populasi untuk menunjang pekerjaan. Presbiopi

merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena ia mempengaruhi independensi ekonomi

seseorang.5

1.2. Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang Presbiopi mulai dari definisi hingga tatalaksana dan

prognosis.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman

tentang Presbiopi.

1.4. Metode Penulisan

Makalah ini ditulias dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur.

1.5. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk informasi dan pengetahuan

tentang Presbiopi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya

bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola

mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan

dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia

dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak

melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.6

KORNEA

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian

depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam. Kornea (latin cornum = seperti

Tanduk) adalah selaput bening mata. Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian

lingkaran terdiri dari 5 lapis dengan indeks bias 1,375. Sifat kornea yang dapat ditembus

cahaya ini disebabkan oleh struktur kornea yang seragam, avaskuler dan diturgesens (keadaan

dehidrasi jaringan kornea relatif yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada

endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel).

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di

sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50

dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1 Kornea merupakan lapis

jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis.6

Epitel: Bentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bersifat larut dalam lemak. Ujung

saraf kornea berakhir di epitel oleh karena itu pada kelainan epitel akan menyebabkan
gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit dan mengganjal. Daya regenerasi cukup

Besar, perbaikan dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut. Tebalnya

0.05mm, terdiri atas sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu lapis

sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Membrana Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang

merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian

depan stroma. Ia mempertahankan bentuk kornea. Lapis ini tidak mempunyai daya

regenerasi.Kerusakan akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.

Stroma : Lapisan yang paling tebal dari kornea yaitu 90% dari total kornea . Bersifat

larut dalam air. Terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lamel, pada

permukaan terlihat anyaman yang teratur. Stroma bersifat higroskopis yang menarik

udara, kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel.

Gangguan dari susunan serat kornea terlihat keruh.Terbentuknya serat kolagen

memakan waktu lam. Kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel

stroma kornea

Membran Descemet : Lapisan yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan

bening terletak di bawah stroma dan pelindung atau penghalang infeksi.

Endotel : Satu lapis sel terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea,

mengatur cairan di dalam stroma kornea, tidak mempunyai daya regenerasi, pada

kerusakan bagian ini tidak akan lagi yang normal. Dapat rusak atau terganggu

fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intra okuler dan usia lanjut. Berasal dari

mesotalium, berlapis satu bentuk heksagonal besar 20-40um. Endotel melekat pada

membran descemet melalui hemi desmosom dan zonula okluden.


Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak

memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu

lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh

jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.

Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika

aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh,

karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan

menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata).7

Lensa

Lensa merupakan suatu struktur bikonveks avaskular tidak bewarna dan hampir

transparan yang berasal dari ektoderm permukaan serta dapat menebal dan menipis pada saat

terjadinya akomodasi. Pada lensa juga tidak terdapat serat nyeri, pembuluh darah atau saraf.

Tebal lensa sekitar 5 mm dengan diameter 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh

zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Pada bagian anterior lensa terdapat

aquous humor dan di posteriornya terdapat vitreus humor. Daya refraksi lensa ialah (+16)

(+20) dioptri dengan indeks bias 1,337.6,8


Gambar 2.1 Struktur dari lensa terdiri dari kapsul, epitel, korteks, epithelium dan nucleus

a. Kapsul

Lensa dikelilingi oleh membran basalis elastik yang disebut dengan kapsul lensa.

Kapsul bersifat semipermeabel sehingga mempermudah air dan elektrolit masuk. Kapsul

terbentuk dari zat kolagen serta terdiri dari kapsul anterior dan posterior. Di bagian kapsul

anterior terdapat satu lapis sel epitel (epitel subkapsuler) yang kearah ekuator menghasilkan

serabut (serat lamellae) lensa yang terus diproduksi sehingga lama kelamaan lensa menjadi

lebih besar dan kurang elastik. Serabut yang usianya tertua ditemukan di sentral dan

membentuk nukleus lensa sedangkan yang lebih muda terletak di perifer (di bagian luar

nukleus) membentuk korteks lensa.6,8

b. Epithelium

Epithelium merupakan lapisan tunggal dari sel epitel yang menutupi bagian anterior

lensa. Sel ini memiliki kapasitas metabolik maksimal dan berperan dalam regulasi air dan

keseimbangan ion pada seluruh bagian lensa.

c. Kortek dan Nukleus


Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut korteks anterior,

sedangkan yang terletak dibelakangnya disebut korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai

konsistensi yang lebih keras berbanding korteks lensa.

Lensa ditahan oleh sebuah ligamentum yaitu zonula zinni yang tersusun dari banyak

fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip kedalam equator lensa. 65% lensa terdiri

dari air dan sekitar 35% nya terdiri dari protein (kandungan protein yang tertinggi di antara

jaringan tubuh) dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi daripada di kebanyakan

jaringan lain.

Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel

transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam

hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang

menyintesis kolagen dan asam hialuronat.9 Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan

sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh

darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan

memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.1Vitreous humor penting

untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.7

Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata

seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea

(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)

bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai

ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.6


2.2 Fisiologi Penglihatan

Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya.

Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler mm.siliaris. Fungsi serat-serat sirkuler

adalah mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula yang berorigo di lembah-lembah di

antara prosesus siliaris. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa dapat

mempunyai berbagai focus baik untuk objek dekat maupun yang berjarak jauh dalam

lapangan pandang. Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain:7

a. Teori Helmholtz. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris

digerakkan ke depan bawah, sehingga zonulla Zinnii menjadi kendor, lensa menjadi

cembung.

b. Teori Schoen. Terjadi akibat mm.siliaris pada bola karet yang dipegang dengan kedua

tangan dengan jari akan mengakibatkan pencembungan bola di bagian tengah.

c. Teori dari Tichering. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris

digerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonulla Zinnii menjadi tegang, bagian

perifer lensa juga menjadi tegang, sedangkan bagian tengahnya didorong ke sentral

dan menjadi cembung.

Punctum remotum (R) adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata tanpa

akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tak terhingga. Punctum proksimum (P) adalah titik

terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal. Daerah akomodasi adalah daerah di

antara titik R dan titik P. Lebar akomodasi (A) adalah tenaga yang dibutuhkan untuk melihat

daerah akomodasi. Lebar akomodasi dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama dengan

kekuatan lensa konfeks yang harus diletakkan di depan mata yang menggantikan akomodasi

untuk punctum proksimum.1

A = 1/P1/R
Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur dan punctum

proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh karena berkurangnya elastisitas

dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot siliarnya.

Gambar 2.2 Akomodasi pada mata normal7

Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan

lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang

melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena perbedaan densitas pertemuan

udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang

mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan

kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat di sesuaikan

dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh. Struktur-

struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di retina agara

penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau

belum terfokus sebelum mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Untuk mata

tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan

dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat

untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.7
2.3 Definisi

Presbiopia adalah kondisi yang muncul akibat proses penuaan dimana terjadi

hilangnya daya akomodasi untuk jarak dekat pada pasien yang gangguan refraksi jauhnya

telah diperbaiki.10

2.4 Epidemiologi

Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada negara dengan jumlah populasi lanjut usia yang

lebih tinggi karena presbiopi sangat berhubungan dengan usia tua. Pada tahun 2005,

diperkirakan 1.04 juta orang didunia telah mengalami presbiopi. Dan 410 juta diantaranya

kehilangan penglihatan dekatnya karena kurangnya koreksi terhadap gangguan presbiopinya.

94 % penderita presbiopi yang kurang mendapatkan koreksi yang tepat berasal dari negara

berkembang. Usia rata-rata mulai munculnya symptom presbiopi ialah 42-44 tahun, dan

hilangnya akomodasi secara komplit biasanya mulai muncul pada usia 50-55 tahun.3,4

2.5 Etiologi dan Faktor Resiko

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:1

a. Kelemahan otot akomodasi

b. Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa

Meskipun usia merupakan faktor utama yang menyebabkan berkembangnya

presbiopi, timbulnya masalah pada akomodasi lebih awal juga dipengaruhi oleh penyakit

sistemik, medikasi, dan trauma, seseorang yang sering menggunakan penglihatan dekat juga

akan menyadari gejala presbiopi lebih awal daripada individu dengan usia yang sama.11
Tabel 2.1. Faktor Risiko Presbiopi

Usia Usia > 40 tahun

Hiperopia Additional accomodative demand

Pekerjaan Sering menggunakan penglihatan dekat

Gender Onset lebih dulu pada perempuan

(pendek, menopause)

Ocular disease atau trauma mata Mengubah lensa, zonula, otot siliaris

Penyakit sistemik Diabetes Melitus (lensa, refraktif efek),

multipel sklerosis (Impaired

innervation), insufisensi vascular

Iatrogenic Operasi intraokular

2.6 Patogenesis

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata

karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga

lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras

(sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian

kemampuan melihat dekat makin berkurang. 6

2.7 Manifestasi klinis

a. Penurunan tajam penglihatan pada jarak dekat terutama jika pencahayaan kurang1

b. Nyeri kepala dapat terjadi setelah pasien melakukan tindakan yang memerlukan

penglihatan dekat dalam jangka panjang.

c. Membutuhkan lebih banyak penerangan ketika beraktivitas.8

d. Pasien cenderung menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik

dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.


2.8 Diagnosis

Diagnosis presbiopia dapat ditegakkan dengan

1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi (mata lelah, berair, kesulitan pada

waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil, cenderung menegakkan

punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya agar lebih jelas membaca)1,2

2. Pemeriksaan Oftalmologi

a) Visus Pemeriksaan visus sangat penting untuk evaluasi presbiopia. Pemeriksaan

visus (tidak dikoreksi atau dengan koreksi saat ini) dan koreksi ketajaman

penglihatan dekat memberikan indikasi kesalahan refraktif atau penyakit mata dan

memungkinkan penilaian kemampuan pasien untuk berfungsi sehari-hari. Pasien

dengan miopia yang tidak dikoreksi atau kurang dikoreksi cenderung tidak

mengalami kesulitan dengan penglihatan di dekatnya, sementara orang dengan

hiperopia lebih mungkin mengalami kesulitan dengan penglihatan dekat.

b) Refraksi Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta

untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa

dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.

c) Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk pemeriksaan

duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas

akomodasi, dan steoreopsis

d) Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa

penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia.

e) Pemeriksaan reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan warna, tekanan

intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan


posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan dengan ophthalmoskopi

indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan posterior.2

2.9 Pemeriksaan

a. Alat

- Kartu Snellen

- Kartu baca dekat

- Seuah set lensa coba

- Bingkai percobaan3
a. Teknik

- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan kacamata

jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun astigmatismat)

- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)

- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat

- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca

huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan

- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.3

b. Nilai

Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan ukuran

lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.1,3

2.10 Penatalaksanaan

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40 tahun

(umur rata rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan

lagi sferis + 0.50.1,3


Tabel 2.2 Lensa positif yang dibutuhkan sesuai usia

Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan


40 +1.00 D
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3.00 D
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:

1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja.

2. Kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan penglihatan jauh dan

dekat. Bisa yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif

3. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan

sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah

4. Kacamata progresif mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi

dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.3,4

2.11 Komplikasi

2.12 Prognosis

Prognosis quo ad vitam dan sanationam adalah bonam, namun quo ad fungsionamnya

menjadi dubia ad malam karena kelainan ini adalah proses degenerasi.


BAB 3
KESIMPULAN

1. Presbiopia merupakan kelainan penglihatan yang diakibatkan makin berkurangnya

kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.

2. Presbiopia dapat dikoreksi dengan pemakaian kacamata.

3. Tidak ada terapi medikamentosa, termasuk diet dan latihan yang dapat

memperbaikinya ataupun menghambat perkembangannya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Ilesh Patel, Research Fellow and Sheila K West, El-Maghraby. Presbyopia:

prevalence, impact, and interventions of. Preventive Ophthalmology Community Eye

Health. Sep; 20(63): 4041; 2007

3. Gary L. Mancil. Optometric Clinical Practice Guideline Care of The Patient With

Presbyopia. American Optometric Association; 2011.

4. Holden BA, Fricke TR, Ho SM, Wong R, Schlenther G, Cronj S, Burnett A, Papas

E, Naidoo KS, Frick KD. Global vision impairment due to uncorrected presbyopia.

Arch Ophthalmol. Dec;126(12):1731-9.

5. CG Emerole, O NneliR, EE OsimPresbyopia: Prevalence, distribution and

determinants in Owerri, Nigeria. 13(1) 2014

6. Riordan, Paul, Whitcher, John P. 2000. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC. Hal: 401-402.
7. Sherwood, L. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta; EGC ; 2001.

8. Peter, Natalie Afshari, MD FACS. January 20, 2015. Presbyopia. American

Academy of Ophtalmolog. http://eyewiki.aao.org/Presbyopia#cite_note-four-4

9. Junqueira, Luiz Carlos. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC ; 2007.

10. Pambudy IM, Irawati Y. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat. FKUI: Jakarta;

2014.

11. Peter, Natalie Afshari, MD FACS. January 20, 2015. Presbyopia. American
Academy of Ophtalmolog. http://eyewiki.aao.org/Presbyopia#cite_note-four-4
12.

Anda mungkin juga menyukai