Oleh :
Wina Nafullani
2015730132
Pembimbing :
dr. Dion Oscar Iskandar, Sp. M
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Refreshing pada Stase Ilmu
Anastesi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka putih mengenai ”Mata Tenang
Visus Turun Mendadak”. Refreshing ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
saya selama menjalani kepaniteraan klinik stase Ilmu Penyakit Mata.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. ANATOMI
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian
anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda.
Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang
bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam
bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor.
1. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di
limbus.
2. Sklera
Sklera merupakan bagian putih bola mata yang bersama – sama dengan
kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sclera
berhubungan erat dengan kornea dalam bentuk lingkaran yang disebut
limbus Sklera berjalan dari papil saraf optic sampai kornea.
Sclera anterior ditutupi oleh 3 lapisan jaringan ikat vascular. Sclera
mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran
tekanan bola mata. Walaupun sclera kaku dan tipisnya 1 mm namun ia
masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul. Kekakuan sclera dapat
meninggi pada pasien diabetes mellitus atau merendah pada eksoftalmus
goiter, miotika dan minum air banyak.
3. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan
dan terdiri atas lapis :
a) Epitel
Tebalnya 550 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal
dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin majun
ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan erat dengan
sel basal di sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui
desmosome dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.\
Sel basal menghasilkan membrane basal [yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
rekuren.
b) Membran Bowman
Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma
dan berasal dari bagaian depan stroma
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
c) Stroma
Menyusun 90% ketebalan kornea Pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini
bercabang.
d) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea.
e) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk
heksagonal, dan tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam
mempertahankan deturgesensi stroma kornea.
4. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)
pupil.
b) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri
atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang
merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar,
pars plana (4 mm).
c) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan
sklerayang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar,
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang
terletak di bawahnya.
5. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9
mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya
terdapat vitreous humor.
Kapsul lensa adalah suatu membran semiperrmiabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat
selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.
Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela konsentris yang panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril yang berasal
dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
6. Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan,
kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
7. Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous
humor normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa
posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput
nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang kuat
seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora
serrata.
Vitreous humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua
komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan
konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat banyak air.
8. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai
dari sisi luar yang berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina
dan terdiri atas lapisan :
a) Fotoreseptor Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel
kerucut.
b) Membran limitan eksterna
c) Lapisan nukleus luar Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus
sel kerucut dan sel batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan
mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
d) Lapisan pleksiform luar Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
e) Lapisan nukleus dalam Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
f) Lapisan pleksiform dalam Lapisan ini merupakan lapisan aselular
tempat sinaps sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
g) Lapisan sel ganglion Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari
neuron kedua.
h) Serabut saraf Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang
menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak
sebagian besar pembuluh darah retina
i) Membran limitan interna Membran limitan interna berupa membran
hialin antara retina dan vitreous humor.
9. Nervus Optikus
e) Penatalaksanaan
o Tatalaksana penyebabnya
Upaya harus dilakukan untuk mencari tahu dan mengobati
penyebab yang mendasarinya. Tidak ada pengobatan yang efektif
untuk idiopatik dan herediter neuritis optik dan yang terkait dengan
demielinasi
o Terapi kortikosteroid dapat mempersingkat periode kehilangan
penglihatan, tetapi tidak akan memengaruhi tingkat akhir
pemulihan visual pada pasien dengan neuritis optik. Kelompok
percobaan pengobatan neuritis optik (ONTT) telah membuat
rekomendasi berikut untuk penggunaankortikosteroid:
Terapi prednisolon oral dikontraindikasikan dalam pengobatan
neuritis optik akut, karena tidak dapat meningkatkan hasil
visual dan dikaitkan dengan peningkatan signifikan dalam
risiko serangan baru neuritis optik.
Metilprednisolon intravena
Pasien dengan neuritis optik akut harus dilakukan MRI otak.
Jika menunjukkan lesi multiple sclerosis (MS), terlepas dari
dari keparahan kehilangan penglihatan, setiap pasien harus
mendapat metilprednisolon intravena segera (1 gram setiap
hari) selama 3 hari diikuti dengan prednisolon oral (1 mg / kg /
hari) selama 11 hari. Kemudian prednisolone di tapering off
dalam 4 hari. Terapi ini akan menunda konversi menjadi klinis
MS dalam 2 tahun ke depan.
Indikasi untuk metilprednisolon intravena
Pada pasien neuritis optik akut dengan hasil MRI otak normal :
- Kehilangan penglihatan pada kedua mata secara bersamaan
atau dalam beberapa jam atau hari satu sama lain.
- Jika hanya satu mata yang baik terpengaruh.
- Ketika kehilangan visual progresif yang lambat terus
berlanjut.
o Interferon
Telah dilaporkan dapat mengurangi kekambuhan pada pasien
dengan multiple sclerosis. Namun, perawatannya sangat mahal dan
dengan
manfaat jangka panjang yang tidak diketahui.
o Pasien dengan riwayat Multiple sclerosis atau Neuritis optikus :
1. Observasi
2. Memeriksa pasien pada minggu ke 4-6 setelah muncul gejala
dan pemeriksaan ulang tiap 3-6 bulan kemudian
3. Pasien yang berisiko tinggi MS atau demielinisasi sistem saraf
pusat dari hasil MRI sebaiknya dirujuk ke spesialis neurologi
untuk evaluasi dan terapi lanjutan.
Diagnosis banding
Neuritis Optik Papiledema Neuropati Optik
Iskemik
Gejala Visus Visus sentral Visus tidak hilang; Defek akut lapang
hilang cepat, kegelapan yang pandang;
progresif, jarang transien ketajaman
ketajaman bervariasi – turun
dipelihara akut
Lain Bola mata pegal; Sakit kepala, Biasanya nihil;
sakit bila mual, muntah,
digerakkan; sakit tanda fokal
alis atau orbita neurologis lain
Sakit bergerak Ada Tidak ada Tidak ada
Bilateral Jarang pada orang Selalu bilateral Khas unilateral
dewasa; sering pada stadium akut
pada anak-anak
Gejala Pupil Tidak ada Tidak ada Tidak ada
isokoria; Reaksi isokoria; Reaksi isokoria; Reaksi
sinar menurun normal sinar menurun
pada sisi neuritis pada sisi infark
disk
Penglihatan Turun Normal
warna
Ketajaman visus Biasanya Normal Bervariasi
menurun
Lapang pandang Skotoma sentral Membesar; ada Skotoma sentral
blind spot
Sel badan kaca Ada Tidak ada Tidak ada
Funduskopi Retrobulbar : Derajat Biasanya edema
nomal. pembengkakkan disk
Papilitis : derajat disk bervariasi, segmntalpalid,
pembengkakkan hemoragi dengan sedikit
disk bervariasi hemoragi lidah
api
Prognosis visus Visus biasanya Baik dengan Prognosis buruk
kembali normal menghilangkan untuk kembali,
atau tingkat kausa tekanan mata kedua lama-
fungsional intra-kranial lama terlibat
dalam 1/3 kasus
idiopatik
Usia >55 kausa giant
cell arteritis 40 –
60 tahun
2. Ablasi Retina
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan
terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen
retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen
epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara
embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel
pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh
darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan
fungsi yang menetap.
Tanda dini retina mengancam untuk lepas adalah floater (benda
kecil berterbangan) didepan lapang penglihatan, disusul pijaran kilat
terang disertai turunnya penglihatan. Penyebab adalah penipisan retina dan
terjadinya trauma. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan oftalmoskopi
langsung atau tidak langsung, slitlamp ataupun USG bila media
penglihatan keruh.
Dikenal 3 bentuk ablasi retina, yaitu :
Vitrektomi
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat
diabetes, dan juga pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi
vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan
membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian
memasukkan instrumen pada ruang vitreous melalui pars plana.
Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk
menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos stands), membran, dan
perlengketan – perlengketan. Teknik dan instrumen yang
digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. Lebih dari 90%
lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik
bedah mata modern, meskipun kadang- kadang diperlukan lebih
dari satu kali operasi.
Indonesia, Edisi kelima, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2019. Hal 188 – 209.