Anda di halaman 1dari 26

REFRESHING

KATARAK

Disusun oleh:
Nada Septiana
2016730074

Dokter Pembimbing:
Dr. M. Iqbal Sofyan, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah - NYA kepada kita sekalian, terutama kepada penulis sehingga laporan
refreshingini dapat terselesaikan. Dalam laporan ini penulis mengangkat judul
“Katarak” yang sekaligus merupakan tugas kepaniteraan dibagian Stase Ilmu Penyakit
Mata untuk proses belajar di RSIJ Cempaka Putih.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan juga banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena
masih terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki, namun berkat adanya
bimbingan, bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak maka, penulis dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu dengan
terselesaikannya penyusunan laporan kasus ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini terutama kepada yang terhormat dr. M. Iqbal
Sofyan, Sp.M selaku tutor pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan,
serta pengarahan.
Semakin penulis mempelajari kasus dan literatur mengenai masalah ini,
semakin penulis sadar bahwa banyak sekali yang belum penulis ketahui. oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan
laporan ini.

Jakarta, April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5
BAB III PENUTUP....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyakit yang sering menyebabkan kebutaan, umumnya


terjadi pada usia lanjut akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyulit
penyakit mata lokal menahun. Katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti
Katarrahakies, bahasa Inggris Cataract, dan bahasa latin Cataracta yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi, denaturasi protein
atau keduanya.1
Katarak merupakan penyakit yang sering menyebabkan kebutaan, umumnya
terjadi pada usia lanjut akan tetapi dapat K Katarak Juvenil 38 INSPIRASI, No.XIV
Edisi Oktober 2011 juga akibat kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata lokal
menahun.1
Katarak (77%) juga merupakan penyebab terbanyak gangguan penglihatan
berat (tajam penglihatan 3/60 – 6/60) di Indonesia, diikuti oleh kelainan refraksi
(10,5%). Gangguan penglihatan sedang (tajam penglihatan 6/18 – 6/60) di Indonesia
diakibatkan oleh katarak (51,2%), dan diikuti oleh kelainan refraksi (36,8%). Survei
yang dilakukan tahun 2014 - 2016 di 15 provinsi pada penduduk di atas usia 50 tahun
ini juga menunjukkan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan prevalensi
kebutaan terbesar di Indonesia (3%).2

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lensa
1. Anatomi dan Histologi Lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi memfokuskan cahaya
masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu
permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung daripada
permukaan anterior. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang
memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki serabut saraf,
pembuluh darah, dan jaringan ikat.3
Secara histologis, lensa memiliki empat komponen utama, yaitu kapsul lensa,
epitelial subkapsular, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa terdiri dari kapsul anterior dan
kapsul posterior. Kapsul ini merupakan suatu membran basalis dan terutama
terdiri atas kolagen tipe IV, beberapa serat kolagen lain dan komponen matriks
ekstraselular seperti glikosaminoglikan, laminin, fibronektin, dan proteoglikan.3
Epitelial subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa. Epitelial subkapsular yang berbentuk kuboid akan berubah
menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan membentuk serat
lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat
lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa.3
Nukleus merupakan serat massa lensa yang terbentuk sejak lahir sedangkan
korteks merupakan serat yang terbentuk setelah lahir. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteks. Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dan gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari
sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan menjadi
sangat panjang. Sesuai dengan bertambahnya umur, lensa lama-kelamaan menjadi
lebih besar dan kurang elastis. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut
kristalin. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang panjang. Lensa

5
ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial yang disebut zonula,
yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya pada badan siliar.3

Gambar 2.1 Anatomi Lensa.

2. Fisiologi Lensa
Epitelial merupakan bagian lensa dengan tingkat metabolisme paling tinggi.
Pada epitelial lensa terjadinya aktivitas metabolisme dan transport aktif yang
membawa keluar seluruh hasil aktivitas sel normal termasuk deoxyribonucleic acid
(DNA), ribonucleic acid (RNA), protein, sintesis lipid, dan ATP. ATP dibutuhkan
untuk transportasi nutrisi, memelihara pertumbuhan sel, dan transparansi lensa. Lensa
bersifat avaskular, sehingga humor akuos berfungsi sebagai sumber nutrisi dan
mengeluarkan produk sisa metabolik lensa.
Aspek fisiologi yang terpenting dalam menjaga ketransparanan lensa adalah
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ketransparanan lensa sangat
bergantung pada komponen struktural, makromolekular dan hidrasi lensa Lensa
mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi dibandingkan humor akuos dan
korpus vitreus tetapi memiliki kadar natrium dan klorida yang lebih rendah
dibandingkan sekitarnya. Keseimbangan elektrolit diatur oleh permeabilitas membran
dan pompa natrium dan enzim Na-K-ATPase. Pompa ini berfungsi memompa natrium
keluar dan memompa kalium untuk masuk. Kalium dan asam amino ditransportasikan
ke dalam lensa secara aktif ke anterior lensa melalui epitelial. Lalu kalium dan asam
amino akan berdifusi melalui bagian posterior lensa sedangkan natrium masuk ke

6
dalam lensa di bagian posterior lensa secara difusi dan keluar melalui bagian anterior
lensa secara aktif.
Kadar natrium di dalam lensa sekitar 20 mM dan kadar kalium sekitar 120 mM.
Kadar natrium dan kalium di sekitar humor akuos dan korpus vitreus sedikit berbeda.
Natrium lebih tinggi sekitar 150 mM sedangkan kalium sekitar 5 mM. Pompa natrium
berfungsi memompa ion natrium keluar sedangkan ion kalium masuk. Mekanisme
pompa natrium bergantung pada pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na-K-ATPase.
Adanya hambatan pada enzim Na-K-ATPase menyebabkan kehilangan keseimbangan
kation dan peningkatan air di dalam lensa.

2.2 Katarak
1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1
2. Etiologi
Penyebab katarak sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga
multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik/herediter
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa
- Faktor imunologik
- Penyakit – penyakit intraokular: glaukoma, uveitis, ablasi retina, retinitis
pigmentosa
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi sinar UV/cahaya matahari.
- Gangguan metabolisme umum, seperti Diabetes Mellitus

7
- Trauma
- Pemakaian obat obatan jangka panjang (kortikosteroid)
- Faktor diet (defisiensi protein dan asam amino tertentu, vitamin (riboflavin,
vitamin E, vitamin C)
- Merokok (menyebabkan akumulasi molekul berpigmen 3
hydroxykynurinine dan chromophores yang dapat menyebabkan perubahan
menjadi warna kuning; sianat dalam rokok menyebabkan karbamilasi dan
denaturasi protein).1
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan Morfologi
a) Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak ini lokasinya pada
bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras
(sklerosis), berubah menjadi kuning sampai coklat kehitaman disebut “Katarak
Brunesen atau Katarak Nigra”. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan
bentuk yang paling banyak terjadi. Biasanya timbul pada usia > 65 tahun yang
belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik (miopisasi). Uji bayangan iris/Shadow Test (+). 4

b) Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa
serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Biasanya di korteks dan
kekeruhan mulai dari tepi lensa dan berjalan ke tengah dengan mengganggu
penglihatan. Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau
korteks. Terjadi penyerapan air oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan
mengalami miopisasi. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.4

8
c) Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, tepat pada
jalur jalan sinar masuk dan biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat
terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada
malam hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan subcapsularis
anterior. Pada subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM, Myotonic
Dystrophy dan penggunaan steroid. Sedangkan pada subcapsularis anterior
biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut, toksisitas amiodaron, miotic,
dan Wilson disease.4

d) Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Anterior Capsular
 Congenital: Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat lepas pada
waktu lahir.
 Acquired: Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine, yang disertai
dengan sinekia posterior.
- Posterior Capsular
 Congenital: Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan kapsul
posterior dengan retina yang seharusnya menghilang sejak lahir.4

(a)

9
(b)

Gambar 3. Klasifikasi katarak berdasarkan morfologi. (a) gambaran


visual;
(b) gambaran klinis.
b. Berdasarkan Usia
a) Katarak Kongenital
Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, bahkan saat lahir.
Katarak kongenital terjadi akibat adanya gangguan perkembangan lensa pada
fase embrionik maupun fetus. Merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti/karena penanganan yang kurang tepat.
Etiologi:
- Keturunan (atosomal dominan)
- Infeksi kongenital (rubella)
- Penyakit metabolisme (Galaktosemia)
- Pemakaian obat selama hamil

Golongan:
- Kapsulolentikular (katarak kapsular & polaris)
- Katarak Lentikular (mengenai korteks/nukleus lensa saja)

Pada katarak kongenital total, penyulit yang dapat terjadi adalah makula
lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula ini tidak akan berkembang
sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya
tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (amblyopia ex
anopsia).

10
Katarak infantile unilateral yang padat, sentral, dan berdiameter >2 mm
dapat menyebabkan amblyopia permanen apabila tidak ditangani dalam 2 bulan
pertama kehidupan.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
- Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak
- Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dilakukan pada usia 2 bulan atau
lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio
lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi.
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada:
- Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya
segera setelah katarak terlihat
- Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau
segera sebelum terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi
ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera
- Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis buruk, karena
mudah sekali terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan
pembedahan secepat mungkin dan diberikan kacamata segera
- Katarak bilateral parsial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga
sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika.1
b) Katarak Juvenile
Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. Pada anak dan remaja, nucleus
masih bersifat lembek seperti bubur dan masih terjadi perkembangan serat-serat
lensa. Katarak dapat terjadi apabila ada gangguan ketika proses perkembangan
serat-serat lensa tersebut. Merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.1

c) Katarak Senilis
Katarak setelah usia 50 tahun. Bertambah tuanya seseorang membuat lensa
mata menjadi kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat

11
berkurang, lensa mulai mengeruh, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah
beratnya katarak.
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:
- Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati.
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan.
- Terori ”A free radical”
- Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.
- Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.
- Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E.
- Teori “A Cross-link”.
o Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi.1
Perubahan lensa pada usia lanjut menurut Ilyas (2005):
- Kapsul
 Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
 Mulai presbiopia
 Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
 Terlihat bahan granular
- Epitel → makin tipis
 Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
 Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
- Serat lensa:
 Lebih iregular
 Pada korteks jelas kerusakan serat sel
 Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang

12
warna coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan
dibanding normal.
 Korteks tidak berwarna karena: Kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi dan Sinar tidak banyak mengubah protein pada
serat muda.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.1
c. Berdasarkan Stadium Kematangan Perkembangan
a) Katarak Insipien
Terdapat dua jenis katarak insipien, yaitu kuneiformis, dan kupularis.
- Katarak senil kuneiformis
Memiliki kekeruhan yang dimulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior. Gangguan penglihatan pada katarak senil
kuneiformis timbul lebih lambat karena kekeruhannya dimulai dari tepi.
- Katarak senil kupularis
Kekeruhannya dimulai dari tepi kapsul di bagian korteks posterior (katarak
subkapsular posterior). Gangguan penglihatan pada katarak senil kupularis
timbul lebih dini. Kekeruhan yang tidak teratur menyebabkan indeks refraksi
yang tidak sama pada setiap bagian lensa sehingga menimbulkan keluhan
poliopia. Pada katarak insipien, uji bayangan iris akan positif.1,4

Gambar 4. Katarak Insipien


b) Katarak Imatur
Kekeruhan lensa yang belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif
sehingga lensa mulai menyerap cairan mata sehingga menjadi lebih cembung,
kondisi ini disebut “Katarak Intumesen”. Pada Katarak Intumesen masuknya air

13
ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan
lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma sekunder. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa. Pada katarak imatur, uji bayangan iris
akan positif. 1,4

Gambar 5. Katarak Imatur


c) Katarak Matur
Kekeruhan pada seluruh masa lensa, menjadi berwarna putih keabu-abuan.
Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi
ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan
lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Pada katarak matur lensa mengeluarkan air lagi sehingga ukuran kembali
normal dan kedalaman bilik mata depan juga menjadi normal, namun lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran karena adanya deposit kalium. Bilik mata
depan akan berukuran normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh sehingga, uji bayangan iris pada katarak matur akan terlihat
negatif. Katarak matur disebut juga katarak matang.1,4

14
Gambar 6. Katarak Matur
d) Katarak Hipermatur
Lensa mengalami proses degenerasi lebih lanjut sehingga dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Lensa akan mengkerut dan berwarna kuning,
kemudian nucleus lensa tenggelam kearah bawah akibat pengeriputan dan
pencairan korteks. Pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonulla
zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang
menebal, korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga korteks
memberikan gambaran bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat yang disebut “Katarak
Morgagni”.
Uji bayangan iris pada katarak hipermatur dapat menjadi
pseudopositif karena bilik mata dalam. Bahan lensa atau korteks yang mencair
keluar dapat menutupi jalan keluar aqueous humor sehingga menyebabkan
glaukoma fakolitik (merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka dengan tanda
– tanda dan gejala klinik glaukoma akut, sudut bilik mata terbuka lebar dan lensa
dengan katarak hipermatur).

Gambar 7. Katarak Hipermatur

15
Gambar 8. Katarak Morgagni
e) Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti
radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,
glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos
akibat suatu terauma pasca bedah. Katarak komplikata juga dapat disebabkan oleh
penyakit sistemik endokrin (Diabetes, hipoparatiroid, galaktosemia, dan miotonia
distrofi), dan keracunan obat (tiotepa intravena, steroisd local lama, streroid
sistemik, oral kontra septik dan miotika antikolinesterase). Katarak komplikata
memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul
atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus ataupun linear. Dapat berbentuk
rosete, reticulum, dan biasanya terlihat vakuol.1
Dikenal dua bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus
posterior mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada
polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina,
kontusio retina, dan myopia tinggi, yang mengakibatkan kelainan badan kaca.
Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam
nucleus, sehingga, sering terlihat nucleus tetap jernih. Katark akibat myopia tinggi
dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan
kornea berat, iridoksklitis, kelainan neoplasma dan glaucoma. Pada iridosklitis
akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Padakatarak akibat galukoma
akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).
Katarak komplikata selamanya mulai didaerah korteks atau dibawah kapsul
yang menuju didaerah korteks atau di bawah kapsul yangmenuju ke daerah sentral.

16
Katarak kompikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infanti,
hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-
waktu menjadi katarak lametar.1
Pada pemeriksaan adarah terlihat kadar kalsium turun.

f) Katarak Sekunder
Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa
mutiara Elsching dan cincin Soemmering. Katarak sekunder merupakan fibrin
sesudah suatu operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah suatu trauma yang
memecah kensa.
Cincin Soemmaring mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat didalamnya. Cincin Soemmaring terjadi akibat
kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsula
posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah, dan membentuk gambaran
cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang berproliferasi.
Mutiara Elschnig ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh
karena pecah dindingnya.
Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, memberanektomi, atau mengeluarkan seluruh membrane
keruh.1

4. Patofisiologi

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru
dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini
dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada
lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-

17
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami
fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan
penurunan pandangan. Modifiksi kimia dari protein nukleus lensa juga
menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi
keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan
konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan
kalsium.
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa.
Sel epitelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan
berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari
sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang
akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada
epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-
molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa
menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti
vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses
pembentukan katarak.4

5. Manifestasi Klinis
a. Gejala
- Kehilangan penglihatan/penurunan visus (tidak nyeri dan berkembang
secara bertahap), pasien dapat melihat dalam kondisi cahaya redup dan
malam (day blindness). Kadang-kadang pasien dapat menjadi melihat dekat
tanpa kacamata presbyopia (second sight). Merupakan keluhan yang paling
sering dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.
- Silau (gejala paling awal). Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari
penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau
pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
- Uniocular polypia (benda menjadi ganda) (gejala awal akibat refraksi yang
irregular)

18
- Halo berwarna (akibat adanya tetes air di lensa)
- Bintik hitam di depan mata
- Keburaman gambar, distorsi gambar, dan penglihatan berkabut 1,4

6. Penatalaksanaan
- Terapi bedah
Indikasi operasi:
1. Meningkatkan penglihatan
Merupakan indikasi yang paling umum. Operasi dilakukan
sesuai keinginan pasien yang mengharapkan perbaikan kemampuan
penglihatannya.
2. Medis
Beberapa kondisi medis yang menjadi indikasi operasi katarak
antara lain glaukoma fakolitik, endophthalmitis fakoanafilaktik, dan
gangguan pada retina seperti retinopati diabetikum, ablasio retina, serta
pengobatan yang terganggu akibat adanya opasitas lensa.
3. Kosmetik
Operasi juga dapat dilakukan apabila pasien ingin memiliki
pupil yang hitam kembali.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat
2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik yaitu
Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Disebut juga Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK).
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK.
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar
dibandingkan dengan teknik EKEK. Seluruh lensa dibekukan di dalam
kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi

19
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi
katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea
kapsular. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/
berdegenerasi/ mudah diputus.1,4
a. Keuntungan:
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian:
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan:
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Disebut juga Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK).
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan.
Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan predisposisi
untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan

20
sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada
saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang
sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi.
Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana teknologi
fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang
lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa
dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk
menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan
untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla
zinii yang rapuh. 1,4
a. Keuntungan:
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
2. Karena kapsul posterior utuh maka:
- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi
- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan
vitreus dengan iris dan kornea
- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul
antara aqueous dan vitreus
- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
b. Kerugian:
Dapat timbul katarak sekunder.
- Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan
yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa

21
Intra Okular yang dapat dilipat (foldable intra ocular lens) dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga mempermudah
penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan juga
lebih baik. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis
padat.1
Keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama,
biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa lebih serius.
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah,
proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini
membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan
aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga
meminimalkan risiko prolaps vitreus.
- Small Incision Cataract Surgery SICS
Lensa dikeluarkan melalui insisi kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih murah dan proses penyembuhannya lebih
cepat.
Persiapan operasi:
1. Status oftalmologik
 Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
 TIO normal
 Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
 Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
 Tidak dijumpai batuk produktif
 Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.

22
Perawatan pasca operasi:
1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata
yang baru dioperasi, dan mengejan keras.
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi
(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk
melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk
melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D. 5

7. Komplikasi
- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.
- Komplikasi dini pasca operatif
 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi 4
- Komplikasi lambat pasca operatif
 Ablasio retina

23
 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
 Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.4
8. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.4

24
BAB III
PENUTUP

Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin


“Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak secara umum
diklasifikasikan berdasarkan morfologi, maturitas dan usia. Gejala katarak dapat
berupa kehilangan penglihatan/penurunan visus (tidak nyeri dan berkembang secara
bertahap), silau (gejala paling awal), uniocular polypia (benda menjadi ganda), halo
berwarna (akibat adanya tetes air di lensa), bintik hitam di depan mata, keburaman
gambar, distorsi gambar, dan penglihatan berkabut.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidartha, dkk., 2015. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah.
dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 5, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
3. American Academy of Ophthalmology Staff. Lens and Cataract. United State
of America: American Academy of Ophthalmology,2014-2015: 5-74
4. "Cataract In The Adult Eye PPP - 2011". American Academy of
Ophthalmology. N.p., 2011

26

Anda mungkin juga menyukai