Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

KATARAK

DISUSUN OLEH :

Nindya Ayu Rahmadhian

19710063

PEMBIMBING :

dr. Muhammad Tauhid Rafi’I, Sp.M

dr. Pinky EndrinaHeliasanty, Sp.M

dr. MiftakhurRochmah, Sp.M

dr. Shinta Arta W, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan

rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah Kepaniteraan Klinik

Ilmu Penyakit Mata mengenai Referat tentang Katarak.

Penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. dr. Moh. Tauhid Rafi'i, SpM sebagai pembimbing selama kepaniteraan klinik

Ilmu Penyakit Mata di RSUD Sidoarjo.

2. dr. Pinky Endriana, Sp.M sebagai pembimbing selama kepaniteraan klinik

Ilmu Penyakit Mata di RSUD Sidoarjo.

3. dr. Miftakhur Rochma, Sp.M sebagai pembimbing selama kepaniteraan klinik

Ilmu Penyakit Mata di RSUD Sidoarjo.

4. dr. Shinta Arta Wiguna, Sp.M sebagai pembimbing selama kepaniteraan

klinik Ilmu Penyakit Mata di RSUD Sidoarjo.

Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kata yang kurang

berkenan di hati para pembaca kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Kritik dan saran yang mendukung dari pembaca juga sangat dibutuhkan

guna penulisan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang. Demikian,

semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.

Sidoarjo,9 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................... iii

Bab I Pendahuluan........................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................... 3
2.1. Definisi Katarak...................................................... 3
2.2. Epidemiologi Katarak.............................................. 3
2.3. Anatomi dan Fisiologi……………………………. 4
2.4. Klasifikasi………………………………………… 9
2.5. Etiologi…………………………………………… 14
2.6. Manifestasi Klinik………………………………... 17
2.7. Diagnosis…………………………………………. 18

Bab III Kesimpulan .......................................................... 20

Daftar Pustaka .................................................................. 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang


sebenarnya dapat dicegah. Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang
ditandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya
cahaya ke mata (Cantor,2015). Katarak dapat disebabkan karena terganggunya
mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, karena denaturasi protein
lensa atau gabungan keduanya. Sekitar 90% kasus katarak berkaitan dengan usia;
penyebab lain adalah kongenital dan trauma (Suhardjo, 2012).

Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi


keruh/berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan menurun. Katatrak
merupakan terjadinya protein pada lensa yang secara normal transparan terurai
dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009).

Menurut WHO sendiri katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di


seluruh dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang
diseluruh dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang
pada tahun 2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita
katarak, atau Universitas Sumatera Utara 15 1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40
tahun menderita katarak (American Academy Ophthalmology, 2007).

Terapi katarak adalah tindakan bedah dengan mengangkat lensa yang


mengalami kekeruhan, karena terapi medikamentosa tidak ada yang terbukti dapat
menghilangkan katarak pada orang dewasa. Banyak metode yang dapat dilakukan
dengan tindakan bedah pada penderita katarak. Salah satunya dengan
fakoemulsifikasi yang merupakan tindakan bedah katarak dengan metode insisi
yang kecil. Pada teknik ini dibuat likuifikasi lensa dengan menggunakan probe
ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi di kornea atau sklera anterior
(Soekardi et al,2004).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Katarak

Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi


keruh/berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan menurun. Katatrak
merupakan terjadinya protein pada lensa yang secara normal transparan terurai
dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009).

Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya (Tamsuri, 2011).

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul yang mengubah


gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Springehouse Co), derajat distabilitas
yang ditimbulkan oleh katarak di pengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman
(Indriana N, 2012).

2.2. Epidemiologi Katarak

Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh


dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh
dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun
2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau
1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak (American
Academy Ophthalmology, 2007).

5
2.3. Anatomi Dan Fisiologi

a. Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, vaskular, tidak berwarna, dan


hampir transparan sempurna, lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun
inervasi syaraf, dan bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk
metabolisme. Lensa terletak dibelakang iris dan didepan korpus vitreus. Posisinya
oleh zonula zinni, terdiri dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris.
(American Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; Khurana Ak, 2007).

Diameter lensa adalah 9-10mm, dan tebalnya bervariasi sesuai dengan


umur, mulai dari 3,5mm pada saat lahir dan 5mm pada saat dewasa. Lensa dapat
membiaskan cahaya karena memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 disentral, dan
1,36 perifer. Dalam keadaan non akomodif, kekuatannya 15-20D. (American
Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; Khurana Ak, 2007).

Struktur lensa terdiri dari kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh
membran hyalin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior.
Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmen epitelium
pars plana pars plikata dari pada corpus siliaris. Zonular ini termasuk kedalam
lensa diregio equator. Nukleus pada bagian sentralnya terdiri dari serabut-serabut
tua. Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-serabut lensa yang muda.
Komposisi lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit mineral.
Kandungan kalium lebih tinggi dilensa dari pada jaringan lainnya. Asam askorbat
dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. (American
Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; Khurana Ak, 2007).

Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu yakni, kenyal atau lentur
karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung,
jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media refraksi penglihatan.
(American Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; Khurana Ak, 2007).

6
Seiring dengan bertambahnya usia pada lensa ada dua hal yang terjadi.
Pertama, penurunan fungsi dari mekanisme pompa transportasi aktif lensa yang
mengakibatkan rasio Na+ dan K+ terbalik. Hal ini menyebabkan hidrasi dari serat
lensa. Kedua, peningkatan reaksi oksidatif akibat bertambahnya umur
menyebabkan penurunan kadar asam amino sehingga sintesis protein didalam
lensa juga akan menurun. Kedua hal ini akan menyebabkan kekeruhan dari serat
lensa kortikal akibat denaturasi protein.(khurana AK,2007)

Gambar. 1. Anatomi lapisan lensa Dikutip dari khurana AK, 2007

2.4. Klasifikasi

a. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Katarak congenital

Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.


Sepertiga kasus katarak kongenital adalah diturunkan, sepertiga berkaitan
dengan penyakit sistemik, dan sisanya idiopatik.2 Separuh katarak
kongenital disertai anomali mata lainnya, seperti PHPV (Primary
Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, mikroftalmos, dan
buftalmos (pada glaukoma infantil).

2) Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3) Katarak senile

7
Katarak setelah usia 50 tahun. Seiring berjalannya usia, lensa
mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya akomodasi,
kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan 90% dari
semua jenis katarak. Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan lokasi
kekeruhannya, yaitu :

a. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau cokelat secara
progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai
menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi
bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna
mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan corak warna.
Katarak nuklearis secara khas lebih mengganggu gangguan
penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa
mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya
indeks refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan
penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus
mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second
sight.

b. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan
presipitasi protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini
biasanya bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika
melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan
bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp
berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi
hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan

8
menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior dengan
gambaran seperti embun.
c. Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan
posterior. Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat
ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks subkapsuler
posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan buruk pada
tempat terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu daripada
penglihatan jauh.

b. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1) Katarak traumatika

Katarak dapat terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena


trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak
pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain
karena radiasi sinar-X, radioaktif dan benda asing.

2) Katarak toksika

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan


bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini dapat juga terjadi arena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

3) Katarak komplikata

Katarak dapat terjadi gangguan sistemik seperti diabetes melitus,


hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glukoma, dan
miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

9
c. Berdasarkan stadium / maturitas , katarak senil dapat dibedakan
menjadi :

1) Katarak insipien

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih


berbentuk bercakbercak kekeruhan yang tidak teratur. Klien mengeluh
gangguan penglihatan seperti melihat ganda pada penglihatan satu mata.
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga bilik
mata depan memiliki kedalaman normal. Iris dalam posisi biasa disertai
kekeruhan ringan pada lensa. Belum terjadi gangguan tajam penglihatan.
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa
masih ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan
iris normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta
shadow test negatif.

2) Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,


menyebabkan terjadinya miopia dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal. Sudut bilik mata depan dapat tertutup
sehingga mungkin timbul glukoma sekunder. Pada tahap berikutnya,
opasitas lensa bertambah dan visus mulai menurun menjadi 5/60 sampai
1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik mata
depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test positif.

3) Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini tejadi


kekeruhan lensa. Tekanan cairan dalam lensa sudah dalam keadaan
seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan normal
kembali. Tajam penglihatan sudah menurun dan hanya tinggal proyeksi

10
sinar positif. Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya
dan visus menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat
lambaian tangan dalam jarak 1 meter. Pada pemeriksaan didapatkan
shadow test negative

4) Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks
lensa. Pada stadium ini, dapat juga terjadi degenerasi kapsul lensa
sehingga bahan lensa maupun korteks lensa yang cair dapat masuk ke
dalam bilik mata depan. Bahan lensa dapat menutup jalan keluar cairan
bilik mata depan sehingga timbul glaukoma fakolitik. (Anas tamsuri,
2011). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun
hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan
dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu.

Gambar 3. Klasifikasi Katarak Senil berdasar maturitas

11
Gambar 4. Katarak Immatur, matur, hipermatur

2.5. Etiologi

1. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga.


Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat lensa
dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati ataupun
terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat lensa paling tua
berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling muda berada tepat di
bawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan usia, lensa pun bertambah
berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus. Pengerasan nukleus lensa disebut
dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring dengan pertambahan usia, protein
lensa pun mengalami perubahan kimia. Fraksi protein lensa yang dahulunya larut
air menjadi tidak larut air dan beragregasi membentuk protein dengan berat
molekul yang besar. Hal ini menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga
lensa tidak lagi meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa
menjadi tidak tembus cahaya.

12
2. Radikal bebas

Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan (Murray, 2003). Radikal bebas dapat
merusak protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas
dapat dihasilkan oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen
dari oksigen yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom,
dan dari agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen
adalah anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil
(ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hidrogen
peroksida (H2O2). Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen
dari asam lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan
menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih
lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida (MDA).
MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein. Polimerisasi
Universitas Sumatera Utara 19 dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi
kristalin dan inaktivasi enzimenzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan
seperti katalase dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan
kekeruhan pada lensa.

3. Radiasi ultraviolet

Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa


karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki energi
foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari bentuk triplet
menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies oksigen reaktif.

4. Merokok

Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara merokok


dan penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998) menyatakan bahwa merokok
dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat berkompetisi

13
dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum. Kuprum penting untuk
aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa. Sehingga dengan adanya
kadmium menyebabkan fungsi superoksida dismutase sebagai antioksidan
terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif pada lensa dan
menimbulkan katarak. Disebutkan juga bahwa kadmium dapat mengendapkan
lensa sehingga timbul katarak. Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh
Sulochana, Puntham, dan Ramakrishnan (2002). Bedanya bahwa kadmium juga
dapat mengganggu homeostasis zincum dan mangan pada enzim superoksida
dismutase. Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)
menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO
bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk peroksinitrit
sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini dapat memicu
peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida. Malondyaldehida memiliki efek
inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti katalase dan glutation reduktase
sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk
katarak.

5. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten

Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi


menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat mencegah
terjadinya katarak.

6. Dehidrasi

Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada


lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa dapat
menyebabkan kekeruhan pada lensa.

7. Trauma

Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa


sehingga timbul katarak.

14
8. Infeksi Uveitis kronik sering menyebabkan katarak.

Pada uveitis sering dijumpai sinekia posterior yang menyebabkan


pengerasan pada kapsul anterior lensa.

9. Obat-obatan seperti kortikosteroid Penggunaan steroid jangka panjang dapat


meningkatkan resiko terjadinya katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna
kortikosteroid adalah katarak subkapsular.

10. Penyakit sistemik seperti diabetes

Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya


kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi sangat
terhidrasi dan timbul katarak.

11. Genetik

Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan


maturasi katarak.

12. Myopia Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan
penurunan kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan
pada lensa (American Academy of Ophtalmology, 2007).

2.6. Manifestasi Klinik

a. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, dan buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.

b. Kesulitan melihat ketika malam hari.

c. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.

d. Bayangan cahaya yang di tangkap seperti sebuah lingkaran.

15
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.

f. Sering mengganti kaca mata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak
nyaman.

g. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.

h. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.

2.7. Diagnosis

Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, dan pemeriksaan. Gejala yang


biasa dikeluhkan penderita katarak antara lain :

1. Silau Pasien katarak sering mengeluhkan silau, yang biasa bervariasi


keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang
terang hingga silau pada saat siang hari atau pada malam hari. Keluhan ini
khususnya dijumpai pada katarak posterior subkapsular.

2. Diplopia Perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus menyebabkan


daerah pembiasan multipel ditengah lensa. tipe katarak ini kadang-kadang
menyebabkan diplopia monokular. ladanya perubahan persepsi penglihatan warna.

3. Distorsi Pada stadium awal katarak, biasanya pasien mengeluhkan distorsi


penglihatan berupa garis lurus kelihatan bergelombang.

4. Penurunan penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif


tanpa rasa nyeri. Setiap tipe katarak biasanya mempunyai gejala gangguan
penglihatan yang berbeda-beda, tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat
myopia.

5. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan


lensa, yang umum menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya kekeruhan

16
pada katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya miopia akibat peningkataan kekuatan kekuatan refraktif nulear
sklerotik, sehingga pemakaian kacamata atau biofokal tidak diperlukan lagi.
(American Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; langston DP 2002 ;
Oliver j,Cassidy,L 2005)

Pada pemeriksaan mata dilakukan dengan pemeriksaan slit-lamp dapat


menjelaskan morfologi katarak dan menilai secara keseluruhan dari segmen
anterior mata. dan dapat membantu menentukan penyebab dan prognosis. Pada
Pemeriksaan segmen posterior B scan ultrasonography dapat membantu
mengevaluasi segmen posterior, walaupun gambaran retina,atau kelainan optic
nerve, tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan sampai pemeriksaan optic nerve
head, retina dan fovea dilakukan secara langsung.( American Academy
Ophtalmology, 6, 2010-2011 ; Jackson LT 2008). Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosa katarak adalah: 1. Pemeriksaan tajam
penglihatan 2. Illuminasi oblik 3. Test bayangan iris 4. Pemeriksaan dengan
menggunakan ophthalmoskop langsung.

17
KESIMPULAN

Katarak merupakan penyebab kebutaan yang mencakup kurang lebih

separuh dari seluruh kebutaan di dunia terutama di negara berkembang.

Mekanisme pembentukan katarak sangat multifaktorial. Hilangnya transparansi di

nukleus dan kortek lensa mata dapat terjadi akibat oksidasi membran lipid, protein

struktural atau enzimatik oleh peroksida atau radikal bebas yang disebabkan oleh

sinar UV. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan terbentuknya katarak adalah

proses degeneratif dan diabetes mellitus. Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa,

dan pemeriksaan. Gejala yang biasa dikeluhkan penderita katarak antara lain

merasakan silau pada siang maupun malam hari, Diplopia, Halo Hal, Distorsi

penglihatan, Penurunan penglihatan, Myopic Shift.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. (2007-2008). Basic and Clinical


Science Course. Anatomy in Lens and Cataract. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology.
2. Boyd K. Parts of the Eye. American Academy of Ophthalmology; 2016
3. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic
and clinical Science course. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2015
4. Corwin, EJ 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta
5. Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al.
Vision 2020 global initiative for the elimination of avoidable blindness:
Action plan 2006-2011. Geneva: World Health Organization, 2007.
6. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6th ed.
Edinburgh: Butterworth Heinemann/Elsevier; 2007.
7. Khan MT, Jan S, Hussain Z, Karim S, Khalid MK, Mohammad L. Visual
outcome and complications of manual sutureless small incision cataract
surgery. Pak J Ophthalmol. 2010;26(1):32-8.
8. Khurana AK, Diseases of The Lens. Comprehensive Ophthalmology
Fourth Edition. India : Newage International Publishers.2007
9. Pujiyanto TI. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
katarak senilis. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004.
10. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013
11. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada; 2012.
12. Tamsuri, A. 2011. Klien Gangguan Mata & Penglihatan. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai