KATARAK
DISUSUN OLEH :
19710063
PEMBIMBING :
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
1. dr. Moh. Tauhid Rafi'i, SpM sebagai pembimbing selama kepaniteraan klinik
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan atau kata yang kurang
Kritik dan saran yang mendukung dari pembaca juga sangat dibutuhkan
guna penulisan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang. Demikian,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................... iii
Bab I Pendahuluan........................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................... 3
2.1. Definisi Katarak...................................................... 3
2.2. Epidemiologi Katarak.............................................. 3
2.3. Anatomi dan Fisiologi……………………………. 4
2.4. Klasifikasi………………………………………… 9
2.5. Etiologi…………………………………………… 14
2.6. Manifestasi Klinik………………………………... 17
2.7. Diagnosis…………………………………………. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya (Tamsuri, 2011).
5
2.3. Anatomi Dan Fisiologi
a. Lensa
Struktur lensa terdiri dari kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh
membran hyalin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior.
Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmen epitelium
pars plana pars plikata dari pada corpus siliaris. Zonular ini termasuk kedalam
lensa diregio equator. Nukleus pada bagian sentralnya terdiri dari serabut-serabut
tua. Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-serabut lensa yang muda.
Komposisi lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit mineral.
Kandungan kalium lebih tinggi dilensa dari pada jaringan lainnya. Asam askorbat
dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. (American
Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; Khurana Ak, 2007).
Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu yakni, kenyal atau lentur
karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung,
jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media refraksi penglihatan.
(American Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; Khurana Ak, 2007).
6
Seiring dengan bertambahnya usia pada lensa ada dua hal yang terjadi.
Pertama, penurunan fungsi dari mekanisme pompa transportasi aktif lensa yang
mengakibatkan rasio Na+ dan K+ terbalik. Hal ini menyebabkan hidrasi dari serat
lensa. Kedua, peningkatan reaksi oksidatif akibat bertambahnya umur
menyebabkan penurunan kadar asam amino sehingga sintesis protein didalam
lensa juga akan menurun. Kedua hal ini akan menyebabkan kekeruhan dari serat
lensa kortikal akibat denaturasi protein.(khurana AK,2007)
2.4. Klasifikasi
1) Katarak congenital
3) Katarak senile
7
Katarak setelah usia 50 tahun. Seiring berjalannya usia, lensa
mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya akomodasi,
kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan 90% dari
semua jenis katarak. Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan lokasi
kekeruhannya, yaitu :
a. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau cokelat secara
progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai
menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi
bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna
mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan corak warna.
Katarak nuklearis secara khas lebih mengganggu gangguan
penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa
mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya
indeks refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan
penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus
mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second
sight.
b. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan
presipitasi protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini
biasanya bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika
melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan
bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp
berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi
hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan
8
menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior dengan
gambaran seperti embun.
c. Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan
posterior. Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat
ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks subkapsuler
posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan buruk pada
tempat terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu daripada
penglihatan jauh.
1) Katarak traumatika
2) Katarak toksika
3) Katarak komplikata
9
c. Berdasarkan stadium / maturitas , katarak senil dapat dibedakan
menjadi :
1) Katarak insipien
2) Katarak imatur
3) Katarak matur
10
sinar positif. Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya
dan visus menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat
lambaian tangan dalam jarak 1 meter. Pada pemeriksaan didapatkan
shadow test negative
4) Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks
lensa. Pada stadium ini, dapat juga terjadi degenerasi kapsul lensa
sehingga bahan lensa maupun korteks lensa yang cair dapat masuk ke
dalam bilik mata depan. Bahan lensa dapat menutup jalan keluar cairan
bilik mata depan sehingga timbul glaukoma fakolitik. (Anas tamsuri,
2011). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun
hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan
dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu.
11
Gambar 4. Katarak Immatur, matur, hipermatur
2.5. Etiologi
1. Usia
12
2. Radikal bebas
Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan (Murray, 2003). Radikal bebas dapat
merusak protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas
dapat dihasilkan oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen
dari oksigen yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom,
dan dari agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen
adalah anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil
(ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hidrogen
peroksida (H2O2). Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen
dari asam lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan
menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih
lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida (MDA).
MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein. Polimerisasi
Universitas Sumatera Utara 19 dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi
kristalin dan inaktivasi enzimenzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan
seperti katalase dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan
kekeruhan pada lensa.
3. Radiasi ultraviolet
4. Merokok
13
dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum. Kuprum penting untuk
aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa. Sehingga dengan adanya
kadmium menyebabkan fungsi superoksida dismutase sebagai antioksidan
terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif pada lensa dan
menimbulkan katarak. Disebutkan juga bahwa kadmium dapat mengendapkan
lensa sehingga timbul katarak. Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh
Sulochana, Puntham, dan Ramakrishnan (2002). Bedanya bahwa kadmium juga
dapat mengganggu homeostasis zincum dan mangan pada enzim superoksida
dismutase. Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)
menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO
bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk peroksinitrit
sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini dapat memicu
peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida. Malondyaldehida memiliki efek
inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti katalase dan glutation reduktase
sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk
katarak.
6. Dehidrasi
7. Trauma
14
8. Infeksi Uveitis kronik sering menyebabkan katarak.
11. Genetik
12. Myopia Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan
penurunan kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan
pada lensa (American Academy of Ophtalmology, 2007).
a. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, dan buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
15
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
f. Sering mengganti kaca mata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak
nyaman.
g. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
h. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.
2.7. Diagnosis
16
pada katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya miopia akibat peningkataan kekuatan kekuatan refraktif nulear
sklerotik, sehingga pemakaian kacamata atau biofokal tidak diperlukan lagi.
(American Academy Of Ophthalmology 11 2011-2012 ; langston DP 2002 ;
Oliver j,Cassidy,L 2005)
17
KESIMPULAN
nukleus dan kortek lensa mata dapat terjadi akibat oksidasi membran lipid, protein
struktural atau enzimatik oleh peroksida atau radikal bebas yang disebabkan oleh
sinar UV. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan terbentuknya katarak adalah
dan pemeriksaan. Gejala yang biasa dikeluhkan penderita katarak antara lain
merasakan silau pada siang maupun malam hari, Diplopia, Halo Hal, Distorsi
18
DAFTAR PUSTAKA
19