Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MATA KULIAH KEP. DEWASA SISTEM PERSEPSI SENSORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas terselesaikannya makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Program Studi
Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Katarak.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini banyak memenuhi tantangan dan
hambatan, tetapi berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Hormat Kami

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
2.1 Katarak.............................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian............................................................................................. 3
2.1.2 Penyebab .............................................................................................. 3
2.1.3 Klasifikasi............................................................................................. 4
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................................... 6
2.1.5 Tanda Gejala......................................................................................... 7
2.1.6 Komplikasi............................................................................................ 8
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................ 8
2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 9
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Katarak................................................................ 9
1) Pengkajian ................................................................................................... 9
2) Diagnosa Keperawatan................................................................................. 10
3) Intervensi Keperawatan................................................................................ 3
4) Implementasi Keperawatan.......................................................................... 16

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 18


3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
  Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
  Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua
kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah
Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata
yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan
tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu,
penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami
kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih

1
dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang
berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini adalah
bagaimana Tahapan Asuhan Keperawatan pada Katarak ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
Asuhan Keperawatan pada Katarak ?

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dalam penulisaan Asuhan Keperawatan ini adalah untuk lahan belajar dan
menambah ilmu pengetahuan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
  Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan
tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :
-          Sclera
-          Kornea
2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :
-          Koroid
-          Badan (korpus) siliare
-          Iris
3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :
-          Retina
-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar
bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan
mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan
fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu

3
yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke
area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai
suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3   Etiologi Katarak


Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000) :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti :
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

2.1.4   Klasifikasi Katarak


Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative. ( berupa kekeruhan di
lensa bola mata sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai
kebutaan. Kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang
menyebabkan koagulasi protein lensa)
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM 
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katara
k komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat 
pada usia di bawah 1 tahun)

4
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 ta
hun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan. 
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat 
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berb
entuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringk
ali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung di
abaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan ber
tambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampai
kan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan 
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melal
ui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :


1.    Katarak traumatika
     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
dan benda asing.
2.    Katarak toksika
     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
3.    Katarak komplikata
     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

5
2.1.5 PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan metabolik(misalnya
bisa diturunkan.
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
Tidak mengenal kesekitar daerah lensa)
terpaparterhadap
sumber
informasi Hilangnya tranparansi informasi tentang
lensa
prosedur tindakan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa pembedahan

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

6
2.1.6 Tanda dan Gejala

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangg
uan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. 
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak 
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan 
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasiln
ya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,s
ehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

2.1.7 Komplikasi

         Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

7
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, le
nsa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdar
ahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM   
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
 Memeriksakan kondisi mata secara rutin.
 Melindungi mata dari paparan sinar UV
 Menjaga kesehatan tubuh.
 Mengonsumsi makanan bergizi.
 Menjaga berat badan ideal.
 Menghentikan kebiasaan merokok.
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol.

2. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik
yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior

8
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan :
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Katarak


1) Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
keterangan lain mengenai identitas pasien. 
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1ta
hun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, 
pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-
40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
A. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien d
engan katarak adalah penurunan ketajaman penglitatan.
B. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, p
embedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
C. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi 
yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
D. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jel
as, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, ke
sulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan bera
wan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, 
pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( k
atarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma b
erat dan peningkatan air mata )

9
E. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat men
etap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
F. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah 
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, ganggu
an vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diab
etes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin

2) Diagnosa Keperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017):
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penglihatan dan kondisi terkait penyakit katarak
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kekhawatiran mengalami
kegagalan dan ancaman status kesehatan
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan dan kondisi terkait
penyakit katarak.

10
No Diagnosa Definisi Penyebab Batasan Karakteristik Kondisi Klinis
(SDKI) Data minor Data Mayor Terkait
1 Gangguan Perubahan Persepsi Gangguan penglihatan Data minor yang dapat Data mayor yang a. Glauoma
Persepsi terhadap stimulus baik menunjang munculnya dapat menunjang b. Katarak
sensori internal maupun eksternal diagnosa Gg. Persepsi munculnya
( D.0085 ) Sensori antara lain : diagnosa nyeri
yang disertai dengan
1. Tekanan darah akut antara lain :
respon yang berkurang, meningkat 1. Klien
berlebihan atau terdistorsi 2. Penglihatan mengeluh sulit
Menurun melihat
2. Gelisah

2 Resiko Jatuh Berisiko mengalami Gangguan Penglihatan Data minor yang dapat Data mayor yang a. Glaukoma
( D.0143 ) kerusakan fisik dan menunjang munculnya dapat menunjang b. Katarak
( Katarak )
gangguan kesehatan akibat diagnosa Resiko Jatuh munculnya
terjatuh antara lain : diagnosa Resiko
1. Lingkungan Jatuh lain :
tidak aman 1) Klien jalan
sambal
meraba
2) Penglihatan
menurun
3) Lingkungan
kurang aman
3 Ansietas Kondisi emosi dan 1. Krisis situasional Data minor yang dapat Data mayor yang a. Penyakit akut
( D.0080 ) pengalaman subjektif menunjang munculnya dapat menunjang b. Hospitalisasi
2. Kebutuhan tidak
individu terhadap objek diagnosa Ansietas munculnya c. Rencana
yang tidak jelas dan terpenuhi antara lain : diagnosa Ansietas operasi
spesifikakibat antisipasi 1. Mengeluh lain :

11
bahaya yang 3. Krisis pusing 1. Merasa
memungkinkan individu 2. Anoreksia bingung
maturasional
melakukan tindakan untuk 3. Palpitasi 2. Merasa
menghadapi ancaman 4. Ancaman 4. Merasa tidak khawatir
berdaya dengan akibat
terhadap konsep
dari kondisi
diri yang dihadapi
3. Sulit
5. Ancaman
berkonsentras
terhadap kematian i
6. Kekhawatiran
mengalami
kegagalan
7. Disfungsi system
keluarga
8. Kurang terpapar
informasi

12
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). (PPNI, 2018) :
No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kreteria Hasil
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan asuhan Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
keperawatan selama Klien menyatakan
sensori penglihatan
Gg.Persepsi sensori membaik, ( L 1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan
berhubungan dengan 09083 )dengan kriteria hasil: (mis. nyeri, kelelahan)
2. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis.
gangguan penglihatan
a. Verbalisasi melihat meningkat Bising, terlalu terang)
dan kondisi terkait b. Respons sesuai stimulus membaik 3. Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
c. Distorsi sensori menurun 4. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
penyakit katarak
d. Konsentrasi membaik 5. Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai
e. Orientasi membaik kebutuhan
6. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi, membatasi kunjungan)
7. Kolaborasi dalam prosedur/tindakan
8. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi stimulus
persepsi

2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan Jatuh (I.14540)


keperawata selama diharapkan Tingkat jatuh
dengan krisis
menurun ( L 014138 ) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
situasional, 2. Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau
a. Jatuh saat berdiri menurun sesuai dengan kebijakan institusi
kekhawatiran
b. Jatuh saat duduk menurun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
mengalami kegagalan c. Jatuh saat berjalan menurun (misalnya lantai licin, penerangan kurang)
d. Jatuh saat dipindahkan menurun 4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (Misalnya Fall
dan ancaman status
e. Jatuh saat dikamar mandi menurun Morse Scale, Humpty Dumpty Scale) Jika perlu
kesehatan 5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur kek kursi

13
f. Jatuh saat membungkuk menurun roda dan sebaliknya
6. Orientasikan ruangan pada psien dan keluarga
7. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
keadaan terkunci
8. Pasang Handrail tempat tidur
9. Tempatkan pasien beresiko tinggi dekat dengan pantauan
perawat atau nuurse station
10. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
11. Gunakan alat bantu berjalan
12. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
13. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
14. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
15. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
16. Anjurkan melebarkan kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri

3 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Reduksi ansietas (I.09314)


berhubungan dengan keperawatan selama diharapkan Tingkat 2. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi,
gangguan penglihatan Ansietas menurun (L.09093) dapat teratasi, waktu, dan stressor.
dan kondisi terkait dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
penyakit katarak. 4. Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
a. Verbalisasi kebingungan dan khawatir 5. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
akibat kondisi yang dihadapi menurun kepercayaan
b. Perilaku gelisah dan tegang menurun 6. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
c. Palpitasi, tremor, dan pucat menurun memungkinkan
d. Konsentrasi dan pola tidur membaik 7. Pahami situasi yang membuat ansietas
e. Orientasi membaik 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
11. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang

14
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
13. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
14. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
15. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
19. Latih teknik relaksasi

15
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan,tindakan untuk memperbaiki kondisi,pendidikan
untuk klienkeluarga atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari (Supratti & Ashriady, 2018).
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual) kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan (Supratti & Ashriady, 2018).
Komponen yang terdapat pada implementasi adalah :
a. Tindakan observasi
Tindakan observasi yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan klien.
b. Tindakan terapeutik
Tindakan terapeutik adalah tindakan yang secara lansung dapat berefek memulihkan
status kesehatan klien atau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan klien.
c. Tindakan edukasi
Tindakan edukasi merupakan tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuam klien merawat dirinya dengan membantu klien memperoleh perilaku baru
yang dapat mengatasi masalah.
d. Tindakan kolaborasi
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan
perawat lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya seperti dokter, analis, ahli
gizi, farmasi

1. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu aktivitas tindakan perawat untuk mengetahui
efektivitas tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien evaluasi asuhan keperawatan
merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang di berikan
(Andi Parellangi 2017).

16
Terdapat dua jenis evaluasi menurut (Fitrianti, 2018):
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data
dan perencanaan.
1. S (subjektif) yaitu Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2. O (objektif) yaitu Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3. A (analisis) yaitu Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4. P (perencanaan) yaitu Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.
Pada saat melakukan asuhan keperawatan harus benar benar sesuai dengan SOP
mulai dari pengkajian data data pasien, keluhan pasien riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik dan penunnjang sehinnga bisa di dapata diagnose yang tepat pada pasien katarak
dan intervensi apa yang akan dilakukan sehingga pada saat Pelaksanaan atau
implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi
adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada
tahapan sebelumnya (PPNI, 2016). Pada pasien kataran di dapat 3 diagnosa yaitu
gangguan persepsi sensori, resiko jatuh dan ansietas, diagnose didapat dari SDKI
tahun 2017, Intervensi di dapat dari SIKI tahun 2018 sehinngga yang diberikan
kepada pasien sudah sesuai dengan panduan.

B. Saran

18
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi
untuk mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup
yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang
dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta
sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.
Penulisanini diharapkan dapat menjadi acuan untuk belajar lebih baik lagi, kami
juga mengharapkan kritgi dan saran yang membangun untuk perbaikan asuhan
keperawatan ini agar lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Betz&Sowden. 2012. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric Nursing


Reference). Edisi 3. Jakarta: EGC
Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. 2011. Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta. Carpenito,
Lynda J. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Editor.
Endah P. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta: Media Aesculapius.
Nanda. 2012.Panduan Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Jakarta: Prima Medika.
Ngastiyah. 2009.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing.
Suriadi., Yulaini, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi 1. Jakarta: CV Sagung
Seto.
Wong, Donna L. 2014. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta

PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

PPNI, 2019.  Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai