1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas terselesaikannya makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Program Studi
Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Katarak.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini banyak memenuhi tantangan dan
hambatan, tetapi berkat adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Hormat Kami
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
2.1 Katarak.............................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian............................................................................................. 3
2.1.2 Penyebab .............................................................................................. 3
2.1.3 Klasifikasi............................................................................................. 4
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................................... 6
2.1.5 Tanda Gejala......................................................................................... 7
2.1.6 Komplikasi............................................................................................ 8
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................ 8
2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 9
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Katarak................................................................ 9
1) Pengkajian ................................................................................................... 9
2) Diagnosa Keperawatan................................................................................. 10
3) Intervensi Keperawatan................................................................................ 3
4) Implementasi Keperawatan.......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua
kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah
Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata
yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan
tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu,
penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami
kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih
1
dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang
berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
3
yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke
area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai
suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
4
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 ta
hun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berb
entuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringk
ali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung di
abaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan ber
tambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampai
kan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melal
ui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
5
2.1.5 PATHWAY KATARAK
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa
KATARAK
Post op Nyeri
6
2.1.6 Tanda dan Gejala
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangg
uan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasiln
ya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,s
ehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
2.1.7 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
7
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, le
nsa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdar
ahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Memeriksakan kondisi mata secara rutin.
Melindungi mata dari paparan sinar UV
Menjaga kesehatan tubuh.
Mengonsumsi makanan bergizi.
Menjaga berat badan ideal.
Menghentikan kebiasaan merokok.
Membatasi konsumsi minuman beralkohol.
2. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik
yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior
8
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan :
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan.
9
E. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat men
etap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
F. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, ganggu
an vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diab
etes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
2) Diagnosa Keperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017):
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penglihatan dan kondisi terkait penyakit katarak
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kekhawatiran mengalami
kegagalan dan ancaman status kesehatan
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan dan kondisi terkait
penyakit katarak.
10
No Diagnosa Definisi Penyebab Batasan Karakteristik Kondisi Klinis
(SDKI) Data minor Data Mayor Terkait
1 Gangguan Perubahan Persepsi Gangguan penglihatan Data minor yang dapat Data mayor yang a. Glauoma
Persepsi terhadap stimulus baik menunjang munculnya dapat menunjang b. Katarak
sensori internal maupun eksternal diagnosa Gg. Persepsi munculnya
( D.0085 ) Sensori antara lain : diagnosa nyeri
yang disertai dengan
1. Tekanan darah akut antara lain :
respon yang berkurang, meningkat 1. Klien
berlebihan atau terdistorsi 2. Penglihatan mengeluh sulit
Menurun melihat
2. Gelisah
2 Resiko Jatuh Berisiko mengalami Gangguan Penglihatan Data minor yang dapat Data mayor yang a. Glaukoma
( D.0143 ) kerusakan fisik dan menunjang munculnya dapat menunjang b. Katarak
( Katarak )
gangguan kesehatan akibat diagnosa Resiko Jatuh munculnya
terjatuh antara lain : diagnosa Resiko
1. Lingkungan Jatuh lain :
tidak aman 1) Klien jalan
sambal
meraba
2) Penglihatan
menurun
3) Lingkungan
kurang aman
3 Ansietas Kondisi emosi dan 1. Krisis situasional Data minor yang dapat Data mayor yang a. Penyakit akut
( D.0080 ) pengalaman subjektif menunjang munculnya dapat menunjang b. Hospitalisasi
2. Kebutuhan tidak
individu terhadap objek diagnosa Ansietas munculnya c. Rencana
yang tidak jelas dan terpenuhi antara lain : diagnosa Ansietas operasi
spesifikakibat antisipasi 1. Mengeluh lain :
11
bahaya yang 3. Krisis pusing 1. Merasa
memungkinkan individu 2. Anoreksia bingung
maturasional
melakukan tindakan untuk 3. Palpitasi 2. Merasa
menghadapi ancaman 4. Ancaman 4. Merasa tidak khawatir
berdaya dengan akibat
terhadap konsep
dari kondisi
diri yang dihadapi
3. Sulit
5. Ancaman
berkonsentras
terhadap kematian i
6. Kekhawatiran
mengalami
kegagalan
7. Disfungsi system
keluarga
8. Kurang terpapar
informasi
12
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). (PPNI, 2018) :
No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kreteria Hasil
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan asuhan Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
keperawatan selama Klien menyatakan
sensori penglihatan
Gg.Persepsi sensori membaik, ( L 1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan
berhubungan dengan 09083 )dengan kriteria hasil: (mis. nyeri, kelelahan)
2. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis.
gangguan penglihatan
a. Verbalisasi melihat meningkat Bising, terlalu terang)
dan kondisi terkait b. Respons sesuai stimulus membaik 3. Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
c. Distorsi sensori menurun 4. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
penyakit katarak
d. Konsentrasi membaik 5. Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai
e. Orientasi membaik kebutuhan
6. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi, membatasi kunjungan)
7. Kolaborasi dalam prosedur/tindakan
8. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi stimulus
persepsi
13
f. Jatuh saat membungkuk menurun roda dan sebaliknya
6. Orientasikan ruangan pada psien dan keluarga
7. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
keadaan terkunci
8. Pasang Handrail tempat tidur
9. Tempatkan pasien beresiko tinggi dekat dengan pantauan
perawat atau nuurse station
10. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
11. Gunakan alat bantu berjalan
12. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
13. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
14. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
15. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
16. Anjurkan melebarkan kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
14
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
13. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
14. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
15. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
16. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
19. Latih teknik relaksasi
15
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan,tindakan untuk memperbaiki kondisi,pendidikan
untuk klienkeluarga atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari (Supratti & Ashriady, 2018).
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual) kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan (Supratti & Ashriady, 2018).
Komponen yang terdapat pada implementasi adalah :
a. Tindakan observasi
Tindakan observasi yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan klien.
b. Tindakan terapeutik
Tindakan terapeutik adalah tindakan yang secara lansung dapat berefek memulihkan
status kesehatan klien atau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan klien.
c. Tindakan edukasi
Tindakan edukasi merupakan tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuam klien merawat dirinya dengan membantu klien memperoleh perilaku baru
yang dapat mengatasi masalah.
d. Tindakan kolaborasi
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan
perawat lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya seperti dokter, analis, ahli
gizi, farmasi
1. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu aktivitas tindakan perawat untuk mengetahui
efektivitas tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien evaluasi asuhan keperawatan
merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang di berikan
(Andi Parellangi 2017).
16
Terdapat dua jenis evaluasi menurut (Fitrianti, 2018):
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data
dan perencanaan.
1. S (subjektif) yaitu Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2. O (objektif) yaitu Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3. A (analisis) yaitu Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4. P (perencanaan) yaitu Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.
Pada saat melakukan asuhan keperawatan harus benar benar sesuai dengan SOP
mulai dari pengkajian data data pasien, keluhan pasien riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik dan penunnjang sehinnga bisa di dapata diagnose yang tepat pada pasien katarak
dan intervensi apa yang akan dilakukan sehingga pada saat Pelaksanaan atau
implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi
adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada
tahapan sebelumnya (PPNI, 2016). Pada pasien kataran di dapat 3 diagnosa yaitu
gangguan persepsi sensori, resiko jatuh dan ansietas, diagnose didapat dari SDKI
tahun 2017, Intervensi di dapat dari SIKI tahun 2018 sehinngga yang diberikan
kepada pasien sudah sesuai dengan panduan.
B. Saran
18
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi
untuk mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup
yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang
dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta
sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.
Penulisanini diharapkan dapat menjadi acuan untuk belajar lebih baik lagi, kami
juga mengharapkan kritgi dan saran yang membangun untuk perbaikan asuhan
keperawatan ini agar lebih baik lagi.
19
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
20