Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini
kami membahas KONSEP KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN. Dalam
menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan
kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat
menyajikan makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan orang orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah
ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah yang kami susun.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................


Daftar Isi ................................................................................................................................ 1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................................... 3
BAB II Tinjaun Teori
A. Pengertian Katarak ............................................................................................................... 5
B. Faktor dan Penyebab terjadinya Katarak .......................................................................... 5
C. Patofisiologi............................................................................................................................ 7
D. Tanda dan Gejala ................................................................................................................. 8
E. Pathway Katarak................................................................................................................... 9
F. Jenis dan Stadium Katarak .................................................................................................. 9
G. Cara Mencegah terjadinya Katarak .................................................................................... 11
H. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................................................................ 14
I. Diagnosa, Intervensi dan Kriteria Hasil Keperawatan ..................................................... 15
J. Evaluasi .................................................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada
tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar
48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di
dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama
yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada
lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada
yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak,
misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari katarak?


2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak?
4. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
5. Bagaimana pathway katarak?
6. Apa saja jenis dan stadium katarak?
7. Bagaimana cara mencegah katarak?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan katarak?
9. Bagaimana diagnosa, intervensi dan criteria hasil keperawatan?
10. Bagaimana evaluasi hasil nya?

C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011)
Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi
keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan
seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004)
biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata
sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani
Cataracta yang berarti Air terjun, hal ini disebabkan karena penderita katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas,
2003).(Nyoman et al. 2014).

2) FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK


Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit
diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari),
konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan (Tana dkk., 2009)
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara
berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal
ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan
sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis
(lebih dari 40 tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan
pada orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi
katarak sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada
usia di atas 75 tahun (Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada
perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114
orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang
(63,4%) penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana
sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi
tempat pelayanan kesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu
juga penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang
mengantar menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya
adalah katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi
sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-
kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah
merokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu,
pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel
dan serat-serat yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan
antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat
merusak mata (United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-
kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat
(OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2
kali dibandingkan dengan yang tidak merokok.

C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut
masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi
protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu
pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa
mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan
lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan
bentuk yang memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa
secara kimiawi pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta
protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan
air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut
menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di
berbagai bagian lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai
dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada
saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari.
Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.
Pemeriksaan silau ( test glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan
penglihatan yang disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang
pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada
lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa.
Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk.
Tipe katarak ini kadang kadang menyebabkan diplopia monokular atau polyopia.
Hal-hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih
menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif
tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk
mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang
bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras
dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan
Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan
oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya myopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik,
sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut
second sight. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan
tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010)

E. PATHWAY
F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK
Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan
mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak
intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada
ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak
yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan
mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai
dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
tersebut dinamakan katarak morgagni.(Masyarakat 2012)
G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:
1. Menjaga kadar gula darah selalu normal
Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi
makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan
seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran
hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan
E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang
dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab
katarak. (Masyarakat 2012).
2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan
pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada mata seperti
topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet.
3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol. Upaya
pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada usia dini.
H. PENATA LAKSANAAN MEDIS
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya
sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin,
agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9. Penatalaksanaan
definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun,
tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik
hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak
yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari
mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema. Pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini
yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa
permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti
lensa mata asli yang telah diangkat(Klinis & Protein 2010)

I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu. Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan
gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya
diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata pasien juga mengalami penurunan
(myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan
pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi
Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit dan pembedahan ini tidak akan
terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).

J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN


1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan kemampuan yang lebih
baik untuk rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria
hasil: Pasien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional; Kaji
ketajaman penglihatan; untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien.
Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk meningkatkan
kemampuan persepsi sensori. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan;
untuk meningkatkan kemampuan respons stimulus lingkungan. Cegah sinar yang
menyilaukan; untuk mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk menurunkkan
resiko cedera.
2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian
operasi (Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil: Pasien
mengungkapkan kecemasan berkurang Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat
kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien. Mendorong klien mengungkapkan
perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa cemas pada klien. Menjelaskan gambaran
yang terjadi pada saat pembedahan, peningkatan pemahaman tentang kejadian yang
mungkin terjadi dapat menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya,
dapat memerjelas pemahaman.
3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011). Tujuan: nyeri
berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang atau
terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien, untuk mengetahui derajat nyeri
klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi
yang nyaman, posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi
pemberian antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri.
Monitor kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan.
4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan,
sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata Tujuan: bebas dari infeksi.
Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase perawatan tidak muncul. Intervensi dan
Rasional; Anjurkan istirahat yang cukup meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan
nutrisi cukup, untuk meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk
mencegah infeksi. Monitor tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien.
Kolaborasi pemberian antibiotic, meningkatkan imun.
5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan: memahami cara
perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi kegiatan
perawatan rumah yang diperlukan. Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat pengetahuan
keluarga, untuk mengetahui pemahaman keluarga. Menjelaskan tentang proses
penyakit, memberikan gambaran dari penyakit yang diderita klien. Menjelaskan
tindakan yang diperbolehkan dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman
keluarga. Memberika kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan diskusi
pembahasan.(Anon 2012)

K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.
Faktor-faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status
sosial, nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak
Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak
sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang
merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2012. No Title.
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. , 1(5), pp.5864.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
senilis. , (December), pp.115.
Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KATARAK DEGENERATIF DI RSUD BUDHI ASIH TAHUN
2011 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA.
Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli
selatan tesis dokter spesialis mata.
Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.
Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien
katarak senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.14.

Anda mungkin juga menyukai