Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KATARAK TRAUMA MATA

Dosen Pengampu: Siti Khoiriyah S. Kep,. M. Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

1. HERI MUSTOFA (2020200059)


2. LUTFATUL ILMIAH (2020200052)

PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL- QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ’’Katarak’’ ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Siti Khoiriyah,S.Kep.,M.Kep. pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Siti Khoiriyah,S.Kep.,M.Kep. yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Namun dalam
penyusunan makalah ini kami berusaha agar makalah ini menjadi baik dan dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran

\Wonosobo,21 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................
A. Anatomi Fisiologi Mata...........................................................................................
B. Pengertian katarak...................................................................................................
C. Etiologi Penyakit katarak.........................................................................................
D. Manifestasi Klinis Penyakit katarak........................................................................
E. Patofisiologi Penyakit katarak.................................................................................
F. Pathway Penyakit katarak........................................................................................
G. Komplikasi Penyakit katarak...................................................................................
H. Penatalaksanaan Medis Penyakit katarak................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................
A. Pengkajian...............................................................................................................
B. Diagnosa..................................................................................................................
C. Perencanaan/Intervensi............................................................................................
D. Implementasi...........................................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
LAMPIRAN........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN MAKALAH.
a) Tujuan Umum.

Mahasiswa dapat memahami materi tentang penyakit katarak dan mampu memberikan asuhan
keperawatan secara benar dan tepat.

b) Tujuan Khusus.

1. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi mata


2. Mahasiswa mampu memahami katarak
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi katarak
4. Mahasiswa mampu memahami manisfestasi klinis katarak
5. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala katarak
6. Mahasiswa mampu memahami patofisologi katarak
7. Mahasiswa mampu memahami pathway katarak
8. Mahasiswa mampu memahami komplikasi katarak
9. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan katarak
10. Mahasiswa mampu mengkaji masalah penyakit katarak
11. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan katarak
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak bewarna, dan hampir transparan
sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula dibelakang iris;
zonula menghubungkannya dengan korpus siliar.Disebelah anterior lensa terdapat aqueous humor; disebelah
posteriornya, terdapat badan vitreus.Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih
permeable daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan lektrolit masuk. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, seratserat lamelar subepitel terus diproduksi
sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentrasi yang panjang.Garis-garis persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan
tepi-tepi serat lamellar.

B. DEFINISI

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua- duanya yang disebabkan oleh berbagai
keadaan. (Sidarta Ilyas) Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan ,
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa, atau denaturasi protein lensa.

C. ETIOLOGI

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak

antara lain (Corwin).

1. Usia lanjut dan proses penuaan

2. Congenital atau bisa diturunkan.

3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok

atau bahan beracun lainnya.


4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:


penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.

3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.


4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:


1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

3. Gejala objektif biasanya meliputi:

a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak


akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam

menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan


menjadi kabur atau redup.

b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.


Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Gangguan penglihatan bisa berupa:


3. Peka terhadap sinar atau cahaya.

4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca

Gejala lainya adalah :

1. Sering berganti kaca mata

2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

E. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan. Pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
a. Glaucoma
b. Uveitis
c. Kerusakan endotel kornea
d. Sumbatan pupil
e. Edema macula sistosoid
f. Endoftalmitis
g. Fistula luka operasi
h. Pelepasan koroid
i. Bleeding

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.

b. Lapang Penglihatan: penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.


c. Pengukuran Tonografi: TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi: membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif: menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
g. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

h. EKG, kolesterol serum, lipid

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C. vit
B2, vit A dan vit E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara
berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
b. Penatalaksanaan medis Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak:

1) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler


Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar
nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan
alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh.
Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu
fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang
lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.

2) Ekstraksi katarak intrakapsuler


Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada
kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara
lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
c. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang
baik, namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan
dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam
memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih
dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. Memerlukan
waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat
mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi
aman dengan medan pandang yang terbatas.
d. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata
apakia. Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir
sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang,
melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia,
perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia
mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan
kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Biodata
Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Keluhan Utama
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus
menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata
dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang
jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau
infeksi mata? penyakit apa yang terakhir diderita pasien?
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak? apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh? apakah ada keluhan
dalam membaca atau menonton televisi? bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek
nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak
terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular.
Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior.
Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,
antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya
atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005)
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut Doenges (2000) adalah
sebagai berikut:
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
b. Makanan/ cairan
Gejala: Mual/ muntah.
c. Neurosensori
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap. Perubahan
kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, hipersekresi air mata.
d. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Ketidaknyamanan ringan/ mata berair.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A-scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung
sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2002).

2. Diagnosa Keperawatan
1.Ansietas b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan
2. Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital
3. Nyeri akut b.d proses pembedahan
4.Gangguan sensori persepsi visual b.d gangguan penerimaan sensori/status organ
indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

3. Intervensi
1. Ansietas b.d kehilangan padangan komplet, jadwl pembedahan, atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan
Tujuan: Ansietas menurun
Kriteria Hasi:
 Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai
pembedahan yang akan dijalani.
 Memungkinknan pemahaman tindakan rutin preoperasi dan perawatan.
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang daan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latuh penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antianietas

2. Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital


Tujuan: tingkat cedera menurun
Kriteria Hasil:
 Kejadian cedera menurun
 Luka atau lecet menurun
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik, fungsi kognitif dan
Riwayat perilaku)
- Monitor perubahan status keselamatan lingkunagn
Terapeutik
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. Fisik, biologi, dan kimia),
jika memungkinkan
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungna
- Gunakan perangkat pelindung
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining bahay lingkungan
Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan

3.Nyeri b.d prosedur invasi

Tujuan: tingkat nyeri menurun

Kriteria Hasil:

 Klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif dan nyeri terkontrol


setelah intervensi
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan tentang nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyanina tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik
- Berikan teknin nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara tepata
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi bemberian analgetic
4.Gangguan sensori persepsi visual b.d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
Tujuan: gangguan persepsi sensori teratasi
Kriteria Hasil:
 Klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin
 Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negative
 Mengidentifikasi kebiasaan lingkungna
Intervensi:
- Orientasikan klien terhadap lingkungan aktivitas
- Observasi tanda disorientasi dengan teteap berada disisi klien
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton tv,
radio, dll
- Anjurkan klien menggunakan kacamata katarak cegah lapang pandang
perifer dan catat terjadinya bitnik buta. Posisi pintu harus tertutup tapi
terbuka, jauhkan rintangan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan
di dalam mata seperti melihat air terjun. Menjadi kabur atau redup, mata
silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dansusah melihat
katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Emuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya
faktor usia. Jadi untuk mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat
dilakukan dengan pola hidup yang sehat seperti tidak mengkonsumsi
alcohol dan minum minuman keras yang dapat memicu timbulnya
katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih
banyak untuk menjaga kesehatan mata.

B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari
kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Rahmawati Rodiah. 2013. Katarak Traumatik. Universitas Sumatera Utara

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indiaktor Diagnostik. DPP PPNI Jakarta Selatan

Persatuan Perawat Nasional Indonesai. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. DPP PPNI Jakarta Selatan

Persatuan Perawat Nasional Indonesai. 2019. Standar Luaran Keperawatan


Indonesai: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI Jakarta Selatan

https://www.academia.edu/45626895/LAPORAN-PENDAHULUAN-
KATARAK. Diakses 12 April 2022.

https://www.academia.edu/5013862/Laporan-Pendahuluan-Katarak. Diakses 12
April 2022.

http://ari-gunawan1996.blogspot.com/2016/09/askep-katarak-pada-lansia.html.
Diakses 13 April 2022.

https://www.academia.edu/11587342/Makalah-Askep-Katarak. Diakses 14 April


2022.

Anda mungkin juga menyukai