Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Keluarga


Pada Kasus Katarak

Dosen Pembimbing :
Nurhayati,S.Kep.,Ners,MNS

Diusulkan Oleh :

Haja Intan Soleha 1914201025


Kesah Nichan 1914201010
Putra Jaya 19142010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Asuhan Kebidanan dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.  Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Pengantar Asuhan
Kebidanan yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Bengkulu, 23 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................5
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................5
1.4 MANFAAT.........................................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................................6
2.1 Konsep Rhematoid atritis....................................................................................................6
2.1.1 Definisi..............................................................................................................................6
2.1.2 Etiologi..............................................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi.......................................................................................................................7
2.1.5 Manipertasi klinis..............................................................................................................9
2.1.6 Pemeriksaan penunjang.....................................................................................................9
2.1.7 Penatalaksanaan.................................................................................................................9
BAB 3 ASKEP KELUARGA................................................................................................11
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata katarak berasal dari bahasa Latin, cataracta, atau dalam
bahasa Yunani, kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini
dipakai orang Arab
sebab orang-orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang
seolah-olah terhalang oleh air terjun (American Academy
Ophtalmology, Lens and Cataract. Basic and clinical Science Course,
Section, 2006).
Katarak merupakan salah satu penyakit yang menyerang
mata yang merupakan salah satu jenis penyakit mata tenang visus
menurun perlahan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer dkk, 2008).
Katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti
penglihatan kabur, penglihatan bagian sentral hilang sampai
menjadi buta setelah 10-20 tahun dari mulai terjadinya kekeruhan
lensa (Kupler, 1984).
WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan
di dunia, dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Angka
kebutaan di Indonesia tertinggi bila dibandingkan dengan negara-
negara di Asia Tenggara (Depkes RI, 2003).
Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga – Survei Kesehatan
Nasional (SKRT – SUSENAS) tahun 2001, prevalensi katarak di
Indonesia sebesar 4,99%. Prevalensi katarak Jawa Bali sebesar
5,48% lebih tinggi dibandingkan dengan daerah Indonesia lainnya.
Prevalensi katarak di daerah perdesaan 6,29% lebih tinggi jika
dibandingkan daerah perkotaan 4,5%
(Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003, jumlah
katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk
usia lanjut yang pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4%
dari total penduduk). Jumlah ini cenderung akan bertambah besar
dengan meningkatnya penduduk Indonesia (pada tahun 2025 terjadi
peningkatan sebesar 41,4% dibandingkan dengan penduduk tahun
1990).
S urvei K es ehatan Indera P englihatan dan Pendengaran
tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa angka kebutaan sebesar 1,5%
5. Penyebab kebutaan adalah katarak sebesar 0,78%, glaucoma
0,2%, kelainan refraksi sebesar 0,14%, dan penyakit lain yang
berhubungan dengan lanjut usia sebesar 0,38%. Jumlah buta katarak di
Indonesia, terdapat 16% buta katarak pada usia produktif (40-54
tahun), pada hal sebagai penyakit degenerative buta katarak
umumnya terjadi pada usia lanjut (Depkes RI, 2003). Berdasarkan data
tersebut katarak merupakan salah satu hal yang menjadi
tantangan, perawat harus memiliki pemahaman dasar dan pengetahuan
asuhan keperawatan pada klien dengan katarak. Oleh karena itu
makalah ini akan membahas mengenai Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman :
Gangguan Penglihatan Akibat Katarak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar katarak dan
proses asuhan keperawatan gangguan rasa aman dan nyaman
karena gangguan penglihatan akibat katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan anatomi
fisiologi dari mata.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian
dari katarak.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi
dari katarak.
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
patofisiologi dari katarak.
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
manifestasi klinis dari katarak.
f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
komplikasi dari katarak.
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan
diagnostik dari katarak.
h. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi
dari katarak.
i. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
penatalaksanaan medis dari katarak.
j. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan rasa aman dan nyaman akibat katarak.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari mata ?
2. Apa pengertian katarak ?
3. Apa etiologi katarak ?
4. Bagaimana patofisiologi dari katarak ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari katarak ?
6. Apa saja komplikasi dari katarak ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk menunjang diagnosa katarak ?
8. Apa saja penatalaksanaan medis dari katarak ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan katarak ?
BAB II

KONSEP DASAR KATARAK

A. Anatomi Fisiologi Mata


Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang
dilakukan mata yang paling sederhana ta k la in ha ny a
m en ge ta hu i ap ak ah li ng ku ng an sekitarnya adalah terang atau
gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan
pengertian visual.

1. Lapisan Bola Mata


Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3
lapisan :
a. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau
sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera
merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih.
Daerah ini relatif lemah dan d a p a t m e n o n j o l k e d a l a m
b o l a m a t a o l e h perbesaran cavum subarachnoidea yang
mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular
meningkat, lamina fibrosa akan melalui oftalmoskop.Sklera
juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang
terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan
kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang
transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya
yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini
dari luar ke dalam sama dengan:
a) Epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung
dengan epitel konjungtiva.
b) Substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan.
c) Lamina limitans posterior.
d) Endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan
aqueous humour.
b. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan :
1. Choroidea (terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam
yang sangat vaskular).
2. Corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan
choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer
iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan
musculus ciliaris.
3. Iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil
dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang
diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan
pos terior, s erat-s erat otot iris bersifat involunter dan
terdiri atas serat- serat sirkuler dan radier.
c. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars
nervosa di dalamnya. permukaan luarnya melekat pada choroidea
dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum.
Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya.
Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di
tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina
bersifat non- reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen
dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior
retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang
iris. Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong
kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina untuk
penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut
fovea sentralis. Nervus opticus meninggalkan retina lebih
kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus nervus
optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu
tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus
ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka
terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada
pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak
berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di
sekitarnya

B. Pengertian Katarak
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang
biasanya jernih dan bening menjadi keruh (Sidarta 2004, h.125).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya (Anas 2011, h.54). Menurut Corwin (2001), katarak adalah
penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang.
Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara normal
transparan terurai dan mengalami koagulasi. Sedangkan menurut
Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif. Klasifikasi katarak dapat
dibedakan berdasarkan usia, penyebab, dan stadium. Berdasarkan
pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang
dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun.
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan
menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma b a i k k a r e n a
t r a u m a t u m p u l m a u p u n t a j a m . Rudapaksa ini dapat
mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).
2. Katarak toksika
Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes melitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis,
glaukoma, proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak senil dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipien
P ada s tadium ini, pros es degeneras i belum menyerap
cairan s ehingga bilik mata depan memiliki kedalaman proses.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta
bilik mata depan menjadi dangakal.
3. Katarak matur
Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam
didalam koteks lensa (Anas 2011,hh.56-58).
C. Etiologi Katarak
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini
disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan
penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak
komplikata. Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka
akan mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau
akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
3. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lens a juga
akan menurun dan mengakibatk an katarak.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang
penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan
mempengaruhi tahap p e r t u m b u h a n j a n i n . M i s a l i b u y a n g
s e d a n g mengandung menderita rubella.
5. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis
(Andra 2013, h.64).

D. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai
kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer adakorteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transportasi, perubahan pada searabut halus multiple (zunula)
yang memanjang dari badan selier ke sekitar daerah diluar lensa
misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti DM,
namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat
diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor
yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak
meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu
yang lama (Andra 2013, hh.64-65).

E. Manifestasi Klinik Katarak


1. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang
keruh.
2. Pengeliatan akan berkurang secara perlahan.
3. Pada pupil terdapat bercak putih.
4. Bertambah tebal nukleus dengan perkembangnya lapisan
korteks lensa.
5. Pengelihatan kabur.
6. Rasa nyeri pada mata (Andra 2013 h.65).

F. Pemeriksaan Diagnostik Katarak


1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
refraksi, penyakit sistem saraf / penglihatan ke retina / jalan optik.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh
cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).
4. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma,
dilatasi dan pemeriksaan berlahap-lampu memastikan diagnosis
katarak.
5. D a r a h l e n g k a p , l a j u s e d i m e n t a s i L E D : menunjukkan anemi
sistemik / infeksi.
6. EKG, kolesterol serum, lipid.
7. Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Andra 2013, h.66).

G. Komplikasi Katarak
1. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra
okuler didalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami
gangguan dan visus mata menurun.
2. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah bedah,
akibat ada robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan
mendorong retina atau terjadi penimbunan eksudat dibawah
retina sehingga terangkat.
3. Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya
perawatan yang tidak edekuat (Andra 2013, h. 67).

H. Penatalaksanaan Medik Katarak


Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil
dengan laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang
memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.
Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik
dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling
sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan
menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam teknik pembedahan
untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Intra catarax exstraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa
dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul
bagian posterior (Andra 2013, h.66).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA PASIEN KATARAK
1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Informasi dasar
1. Identitas keluarga
a. Kepala keluarga
Nama keluarga : Tn.A
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 78 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak berkerja
Agama : Islam
Alamat : JL. Hjiung Rt.06 / Rw.02 kelurahan
utan panjang.

b. Komposisi anggota keluarga


No Na Jenis Hubungan TTL / pendidika Perkerjaa Ket
ma kelam kk umur n n
inis in
ial
1 Ny. P Istri 74 SD IRT Diabetes
S pertama
2 Ny. P Istri kedua 76 SD IRT Tidak
B ada
3 Ny. P Anak 58 SMA Pegawai Tidak
I swasta ada
4 Tn. Anak 54 SMA Pegawai Hiperten
D L swasta si
5 Ny. P Anak 50 SMA Pegawai Tidak
S swasta ada
6 Tn. L Anak 45 SMA Serabuta Tidak
A n ada
7 Ny. P Anak 40 SMA Pegawai Tidak
S swasta ada
8 Ny. P Anak 51 SMA IRT Tidak
E ada
9 Ny. P Anak 50 SMA IRT Tidak
S ada
10 Tn. L Anak 52 SMA IRT Tidak
A ada
11 Ny. P Anak 56 SMA Karyawa Hiperten
Y n swasta si
12 Ny. P Anak 48 SMA Karyawa Tidak
I n swasta ada
13 Nn. P Anak 17 SMA Pelajar Tidak
I ada

c. Genogram

Keterangan :

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

BERCERAI

KLIEN

- - - - - - - - TINGGAL SERUMAH

MENIKAH

2) Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah keluarga besar (reconstituted
nuclear) Tn.A tinggal di dalam satu rumah dengan istri
keduanya yang memiliki 1 orang anak yaitu Nn.I Tn.A juga
tinggal dengan anak dari perkawinan pertamanya yang
berisikan 3 orang anak dan ke 3 orang anak tersebut telah
menikah dan memiliki anak.
3) Tipe Suku Bangsa
Tn.A berasal dari Betawi dan istri berasal dari Sunda.
Keluarga Tn.A lebih dominan menggunakan suku Betawi
dikarenakan keluarga mengikuti suku dari keluarga Tn.A
yaitu Betawi.
4) Agama
Keluarga Tn.A menganut agama islam keluarga selalu
menggerakan sholat secara berjamaah Tn.A dan istri selalu
menanamkan nilai moral dan nilai agama kepada
keluarganya.
5) Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn.A sebesar Rp.920.000 penghasilan
didapatan dari anak pertamanya yang berkerja untuk
memenuhi kebutuhan bulanan keluarga karena Tn.A sudah
lama tidak berkerja sejak adanya gangguan pada matanya
sehingga Tn.A lebih sering menghabiskan waktunya
dirumah bersama cucu dan anak-anaknya.
6) Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.A tidak pernah berlibur dikarenakan anak-
anak Tn. A sudah menikah dan memiliki kesibukan masing-
masing sehingga jarang menyempatkan waktu untuk
berlibur bersama sekeluarga.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. tahap perkembangan saat ini.
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah dewasa
akhir : teori tugas perkembangan keluarga yaitu
1) menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik. Ny.I sudah
membatasi pekerjaannya dikarenakan Ny.I sudah cepat
lelah ketika berkerja dalam waktu yang terlalu lama.
2) menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya penghasilan keluarga. Ny.I adalah anak
dari Tn.A yang selalu membantu perekonomian
keluarganya untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan
keluarganya, diusia yang tidak muda lagi membuat Ny.I
sudah mempersiapkan sebuah warung kecil untuk
memenuhi kebutuhan saat terjadinya pemutusan
ditempat kerjanya karena faktor usia.
3) menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
Ketika suatu saat nanti pasangannya meninggal Ny.I
sudah mempersiapkan diri menjadi ibu sekaligus ayah
untuk anakanaknya.
4) menjalin hubungan dengan orang – orang disekitarnya
komunikasi berjalan baik dan tidak menciptakan
permusuhan.
5) membentuk pengaturan kehidupan fisik yang
memuaskan
2. Tugas perkembangan keluarga saat ini yang belum
terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn.A sudah tepenuhi dan
berjalan sesuai dengan usia dan perannya masing-masing
3. riwayat keluarga inti
Tn. A menikah dengan Ny. S dan dikaruniai 10 anak Tn. A
dan Ny. S tinggal dan menetap di bogor hingga anak-
anaknya mulai beranjak dewasa pada umur 74 tahun Ny. S
meninggal karena terjatuh dari kamar mandi. Selang
kepergian Ny. S Tn. A memutuskan untuk merantau ke
jakarta agar dapat menghilangkan kesedihan karena telah
kehilangan istri tercintanya. Setelah Tn. A tinggal di jakarta
Tn.A bertemu dengan seorang wanita bernama Ny. B dan
mereka menikah dikaruniai 1 anak. Tn.A menderita
penyakit katarak dan Hipertensi sedangkan istri Tn.A
menderita penyakit gula.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. A mengatakan bahwa dalam keluarganya penyakit yang
diderita oleh orang tua dan saudaranya kebanyakan katarak
dan hipertensi. Orang tua Tn. A menderita katarak dan ayah
Tn.A juga menderita Hipertensi. Kebiasaan makan dalam
keluarga adalah sendiri-sendiri sesuai keinginan. Dari cara
penyajian makanan keluarga Tn.A mengelola makanan di
cuci dulu baru di potong. Makanan disajikan dalam keadaan
terbuka.

c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah

Rumah yang ditempati saat ini adalah rumah pribadi


rumah sepeninggalan orang tua Tn. A. rumah ini terdiri
dari 3 kamar tidur 1 kamar tidur diatas rumah dan 2 kamar
dibawah rumah terdapat 1 kamar mandi ruang tamu dan
teras. Keadaan rumah Tn.A bersih, perabotan rumah
tertata rapi kamar mandi agak licin, terdapat ventilasi di
rumah Tn.A. terdapat pembuangan sampah yang tertutup
sehingga tidak ada lalat yang berkerumun. Keluarga Tn.A
mandi dengan air sanyo dan menggunakan air matang atau
air isi ulang untuk memasak dan minum sekeluarga.
Penerangan rumah Tn.A cukup baik cahaya yang masuk
kedalam rumah juga baik keluarga tidak memiliki
pembuangan air kotor sehingga keluarga Tn.A membuang
sisa air mencuci ke got yang berada disamping dapur.
Setiap hari Tn.A selalu membuka pintu dan jendela
rumahnya agar sirkulasi rumahnya selalu baik. Tetapi
rumah Tn.A hanya mengandalkan 1 jendela saja yang ada
di ruang tamu.
2) Karakteristik tetangga dan RT-RW
Keluarga Tn.A tinggal di jl. Hjiung RT.06 RW.02 tidak
pernah ada masalah dengan tetangga disekitar rumahnya.
Komunikasi antara keluarga Tn.A dan tetanggan selalu baik
saling tolong menolong. Mayoritas yang tinggal
dilingkungan rumah Tn.A adalah betawi.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi masyarakat
Keluarga Tn.A mengetahui tempat untuk memeriksakan
kesehatannya yaitu dengan memanfaatkan fasilitas
kesehatan salah satunya poswindu yang ada di kelurahan
utan panjang setiap sebulan sekali dan Tn.A juga
menggunakan puskesmas untuk memeriksakan
kesehatannya.
4) Mobilitas geografis keluarga
Sebelum istri pertama Tn.A meninggal sekeluarga tinggal
di bogor tetapi setelah istri Tn.A meninggal anak-anak dan
Tn.A merantau kejakarta dan menempati rumah
peninggalan orang tuanya setelah Tn.A menikah dengan
Ny.B keluarga memutuskan tinggal dan menetap di
kelurahan utan panjang.
5) sistem pendukung keluarga
Tn.A selalu memberikan dukungan kepada anggota
keluarganya yang berhasil dan begitupun anak-anak dan
istrinya selalu memberikan dukungan kepada Tn.A dalam
memeriksakan kesehatannya salah satunya dengan
mengantarkan Tn.A ke puskesmas terdekat. keluarga Tn.A
saling memberikan dukungan baik dukungan moral dan
materi.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga Tn. A tidak menentu karena
seluruh anggota keluarga memiliki aktivitas yang berbeda
dengan kegiatannya masing-masing. Biasanya mereka
berinteraksi saat malam hari seperti sedang menonton tv
atau hanya duduk diruang tamu sehingga dapat berinteraksi
satu sama lain. Interaksi antar keluarga adalah secara
terbuka. Sehingga ketika ada masalah pada salah satu
anggota keluarga dapat terselesaikan secara musyawarah.
Biasanya keluarga berdiskusi tentang perkerjaan dan
kondisi Tn. A. Tidak ada konflik antar keluarga saling
menghargai satu sama lain.
2) struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn A saat berbicara selalu bertatap mata karena
bagi Tn. A ketika berbicara dengan lawan bicara akan lebih
sopan jika bertatap mata lansung. Sifat komunikasi
keluarga Tn.A adalah terbuka tidak ada yang di tutupi satu
sama lain. Bahasa yang sering keluarga Tn.A gunakan
adalah bahasa indonesia.
3) struktur peran
Ny.B berperan sebagai ibu bagi anak-anaknya. Tn.A
berperan sebagai kepala keluarga Ketika ada masalah
keluarga Tn. A menyelesaikannya secara musyawarah dan
yang menggambil keputusan tetaplah Tn. A karena Tn. A
adalah kepala keluarga. Tetapi Tn. A kadang membutuhkan
bantuan orang lain dalam memecahkan masalah
kesehatannya seperti meminta bantuan dengan anak
perempuan pertamanya untuk mengantarkannya ke
puskesmas untuk berkonsultasi masalah kesehatannya. Dan
Tn. A mempercayakan anak perempuan pertamanya untuk
merawat kesehatannya dirumah.
e. Fungsi Keluarga
1) fungsi afektif.
Keluarga Tn.A selalu bersyukur dan bangga jika salah satu
dari anggota keluarganya berhasil Tn. A akan sangat sedih
jika anggota keluarganya gagal sakit meninggal. Tn.A
saling menyayangi antara satu sama lain dan selalu menjaga
anakanaknya agar tidak terpengaruh dalam hal yang kurang
baik.
2) fungsi sosial
Keluarga Tn.A memperbolehkan anak-anaknya bergaul
tetapi Tn.A tetap membatasi agar anaknya tidak
berpengaruh dalam pergaulan yang kurang baik. Hubungan
Tn.A dengan anaknya selalu baik-baik saja. Komunikasi
baik dan tidak ada masalah.

f. Stres Dan Koping Keluarga


1) stressor jangka pendek
Tn.A mengatakan saat ini ingin cepat sembuh tetapi Tn.A
tidak mau dioperasi karena merasa takut. Keluarga
khususnya Tn.A selalu memikirkan tentang penyakitnya
dan dampak apabila Tn.A tetap tidak mau dioperasi.
2) kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Jika keluarga ada masalah keluarga menyelesaikan secara
musyawarah dan berdiskusi serta menyelesaikan masalah
secara terbuka.
3) strategi koping yang digunakan
Tn.A rutin memeriksakan matanya ke puskesmas terdekat
Tn.A rajin makan sayur dan buah yang mengandung
vitamin E dan C untuk kesehatan matanya.
4) strategi adaptasi disfungsional
Setiap ada masalah keluarga menerima dengan lapang dada
keluarga selalu menyelesaikan masalahnya secara
bermusyawarah dan terbuka satu sama lain.

g. Pemeriksaan Kesehatan
pemeriksaan fisik : HEAD TO TOE secara inspeksi palpasi
auskultasi dan perkusi dan tanda-tanda vital termasuk TB dan
BB.
h. Harapan Keluarga
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar
meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah Tn. A
dengan memberi edukasi dan bimbingan tentang perawatan
pasien rematik agar Tn. A dapat sembuh dan menjalankan
kegiatan seperti biasanya.

2. Analisa Data
No Data Masalah
1 DS: Gangguan
“Tn.A mengatakan katarak adalah penyakit mata persepsi sensori
tua yang disebabkan oleh faktor umur”. b.d
“Tn.A mengatakan tanda dan gejala katarak ketidakmampuan
adalah penglihatan menjadi tidak fokus pada suatu keluarga merawat
benda yang ada di hadapannya.” anggota keluarga
“Tn.A mengatakan jika sakit masih dapat yang sakit
ditangani Tn.A tidak pergi ke puskesmas tetapi
jika sakitnya tidak dapat ditangani dirumah maka
Tn.A meminta diantarkan ke puskesmas untuk
memeriksakan matanya”.
DO:
-Tn.A nampak harus mendekat dan berhadapan
jika diajak berbicara dengan lawan bicaranya”.
-kesadaran : composmentis.
a) TD :200/100 mmhg
b) Pernapasan : 20x/menit.
c) Nadi : 83x/menit
d) Suhu : 36 .0 C

3. Skoring Masalah
Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan penglihatan d.d katarak
NO KRITERIA BOBOT PERHIT PEMBENARAN
UNGAN
1 Sifat masalah 1 3/3X1 = Masalah sudah terjadi
Skala: 3 karena sudah ada tanda dan
Potensial : 1 gejala yang terlihat dari
Resiko : 2 Tn.A “Tn.A mengatakan
Aktual : 3 penglihatannya kurang,
seperti berbayang pada
matanya, mata seperti ada
yang menghalangi, seperti
ada benda di depan mata”.
2 Kemungkinan 2 1/2X2=1 Tn.A mengatakan sudah
masalah untuk mengurangi rokok”
diubah “Tn.A mulai mengkonsumsi
Mudah : 2 makanan yang bervitamin C
Sebagian : 1 dan E.
Tidak dapat: 0
3 Potensial masalah 1 2/3X1=2 Tn.A mengatakan sakit
untuk dicegah /3 katarak kurang lebih 1 tahun
Tinggi: 3 “
Cukup : 2 Tn.A mengatakan sekarang
Rendah : 1 sudah mampu mengatur
kebiasaan sehari-hari.
Dengan mengurangi rokok
dan banyak makan yang
bergizi dan mengandung
vitamin C.
4 Potensial masalah 1 1/2X1=1 “Tn.A mengatakan katarak
untuk dicegah /2 itu suatu masalah yang dapat
Skala : mengganggu saat
Tinggi: 3 beraktifitas”
Cukup: 2 “Tn.A mengatakan katarak
Rendah :1 membuat penglihatannya
tergangg
TOTAL 2 3/5
4. Diagnosa Keperawatan
No Tanggal DIAGNOSA KEPERAWATAN Tanggal TT
Muncul Teratasi
1 21 April 2022 Gangguan persepsi sensori b.d 22 April
ketidakmampuan keluarga 2022
merawat anggota keluarga yang
sakit

5. Intervensi
No SDKI SLKI (Luaran) SIKI (Intervensi)
(Diagnosa)
1 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen halusinasi
persepsi sensori intervensi 1X24 Observasi
b.d jam,maka didapatkan - monitor perilaku yang
mengindikasi halusinasi
ketidakmampuan kriteria hasil
- monitor dan sesuaikan
keluarga Verbalisasi tingkat aktivitas dan
merawat anggota mendengar bisikan stimulasi lingkungan
keluarga yang sedang - monitor isi halusinasi
sakit Distori halusinasi Terapeutik
membaik - pertahankan lingkungan
Melamun cukup yang aman
- lakukan tindakan
menurun
keselamatan ketika tidak
dapat mengontrol perilaku
- diskusikan perasaan dan
respons terhadap halusinasi
- hindari perdebatan tentang
validitas halusinasi
Edukasi
- anjurkan memonitor
sendiri situasi terjadinya
halusinasi
- anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan dan
umpan balik korektif
terhadap halusinasi
- ajarkan melakukan
distraksi
- ajarkan pasien dan
keluarga mengontrol
halusinasi
6. Implementasi
No Hari/Tanggal Implementasi

1 21 April 2022 - memonitor perilaku yang mengindikasi halusinasi


-memonitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan
stimulasi lingkungan
- memonitor isi halusinasi
- mempertahankan lingkungan yang aman
- memlakukan tindakan keselamatan ketika tidak
dapat mengontrol perilaku
- mendiskusikan perasaan dan respons terhadap
halusinasi
-menghindari perdebatan tentang validitas halusinasi
- menganjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
halusinasi
- menganjurkan bicara pada orang yang dipercaya
untuk memberi dukungan dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
- mengajarkan melakukan distraksi
- megajarkan pasien dan keluarga mengontrol
halusinasi

7. Evaluasi
No Tanggal/Hari Diagnosa Evaluasi

21 April 2022 Gangguan S : Keluarga Tn.A mengatakan


persepsi sensori pengertian Katarak . Penyebab
b.d katarak karena usia dan
ketidakmampuan kebiasaan sehari-hari seperti
keluarga merawat merokok. Tanda gejalanya
anggota keluarga seperti matanya rabun jauh ,
yang sakit sulit melihat cahaya /bendabenda
sekitar jarak dekat dan berair
mata.
O : Keluarga kurang kooperatif
dan aktif saat dijelaskan dan
terlihat bingung
A : Keluarga menyebutkan
pengertian, penyebab dan tanda
gejala katarak
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
Katarak adalah suatu penyakit degeneratif yang menyerang indra
pengelihatan (mata). Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat
diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Gejala yang umum
dirasakan penderita katarak, antara lain rasa silau karena terjadi pembiasan
tidak teratur oleh lensa yang keruh, pengeliatan akan berkurang secara
perlahan, pengelihatan kabur, serta rasa nyeri pada mata. Penyebab katarak
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor fisik, kimia, virus, dan
usia, namun penderita yang paling banyak sering dikarenakan oleh faktor
usia lanjut. Pemeriksaan yang menunjang untuk memastikan penyakit
katarak salah satunya adalah Oftalmoskopi. Penderita katarak yang tidak
ditangani dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi yaitu glaukoma
dan berakibat lanjut kebutaan. Orang dengan penyakit katarak perlu
memperoleh pengobatan dan peraw atan s edini mungkin untuk
menghindari kemungkinan terjadinya cidera. Pengkajian pada klien katarak
dengan gangguan rasa aman dan nyaman salah satunya adalah
nyeri/ketidaknyamanan. Gejala pada klien katarak yaitu
ketidaknyamanan ringan atau mata berair. Nyeri tiba-tiba atau berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala. Diagnosa
keperawatan yang perlu ditegakan pada klien dengan katarak pre dan post
operasi mencakup perubahan persepsi sensori, nyeri, ansietas, kurang
pengetahuan, dan resiko cedera. Intervensi yang harus dilakukan selama pre
operasi adalah memberi informasi untuk menurunkan kecemasan klien,
dan menghindari resiko cedera pada klien. Intervensi yang dilakukan post
operasi yaitu memberikan penyuluhan setelah operasi, menghindari
klien dari risiko cedera, mengatasi nyeri luka operasi, mengkaji
perubahan sensori persepsi klien post operasi. Dengan demikian
diharapkan klien dapat memperlihatkan tanda-tanda bahwa penglihatan
telah stabil atau membaik, tidak terjadi cidera, nyeri teratasi dan defisit
pengetahuan teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

B l a c k , J . M . & H a w k s , J . H . ( 2 0 0 9 ) . Medical Surgical


Nursing :Clinical Management for Possitive Outcomes, Eight
Edition, Volume 3. USA : Saunders Elsevier.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.
Gissler. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nanda.(2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan
dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Sidrata, I.(2004). Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Smeltzer.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan :
Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.

Wijaya, Saferi A. (2013). Keperawatan Medikal Bedah keperawatan


dewasa teori dan contoh askep cetakan pertama. Jakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai