Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS KATARAK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Komprehensif Gerontik Semester VI Tahun Akademik 2023/2024

Disusun oleh kelompok 2 :

Glang Rambu Anarqi KHGA20057

Wisnu Suhandi KHGA20080

Witriani Fahrunnisa KHGA20081

Salsa Widiantari A KHGA20088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar nikmat tersebut
itulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik
Dengan Kasus Katarak“ tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami dalam kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini sehingga kami mempresentasikannya.
Khususnya kepada dosen mata kuliah keperawatan gerontik, Ibu Susan Susyanti, S.Kp.,
M.Kep yang telah memberikan berbagai arahan dan pelajaran dalam arti penting
mengaktualisasikan diri yang merupakan cikal bakal terbentuknya makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari dosen, rekan
mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Garut,14 Februari 2023

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................2
BAB 2...................................................................................................................................................3
2.1 Konsep Teori........................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Penyakit Katarak...........................................................................................3
2.1.2 Etiologi..........................................................................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinis........................................................................................................3
2.1.4 Patofisiologi..................................................................................................................3
2.1.5 Penatalaksanaan..........................................................................................................5
2.1.6 Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul......................................................................5
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................................................5
2.2.1 Identitas klien...............................................................................................................6
2.2.2 Hasil Pengkajian Data Fokus......................................................................................6
2.2.3 Hasil Pengkajian Data Khusus Pada Lansia..............................................................6
2.2.4 Hasil Analisa Data Untuk Merumuskan Kemungkinan Masalah Keperawatan
Yang Muncul..............................................................................................................................11
2.2.5 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................12
2.2.6 Rencana Intervensi....................................................................................................14
BAB 3..................................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Nugroho, 2012). Proses menua adalah suatu proses alami yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomi fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menua atau menjadi
tua bukanlah suatau penyakit tetapi merupakan suatu peroses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam atau luar tubuh yang masih
dikatagorikan sebagai hal alamiah (Aspiani, 2014).
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan
kondisi stres fisiologis nya. Berdasarkan karakteristik sosial masarakat yang
mengangap bahwa orang telah tua jika menujukan ciri fisik seperti rambut beruban,
kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak biasa lagi
melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam
kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah
tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam
masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika dia berfungsi sebagai
kepala dari garis keturunan keluarganya (Azizah, 2014).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan.(Menurut WHO, 2013) katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat
katarak. Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di Wilayah Asia Tenggara. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang
besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000
orang per tahun. Kondisi ini mengakibatkan jumlah katarak yang cukup tinggi
(Depkes, 2015).
Banyaknya khasus bahaya dan dampak yang ditimbulkan akibat dari katarak
peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap lanjut usia yang mengalami
katarak diantaranya aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabililatif. Aspek
promotif pada keperawatan dalah dengan memberikan penyuluhann kesehatan tentang
katarak pada lanjut usia, aspek preventif yaitu upaya pencegahan terjadinya resiko
jatuh karena penglihatan yang tidak jelas karena terdapat kabut yang menghalangi
objek dan kebutaan, aspek kuratif yaitu upaya untuk pengobatan dan oprasi terhadap
katarak, aspek rehabilitative yaitu upaya untuk memulihkan fungsi mata setelah
tinakaan pembedahan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari katarak?
2. Apa etilogi dari katarak?
3. Apa manifestasi klinis katarak?
4. Bagaimana patofisiologi katarak?
5. Bagaimana penatalaksanaan katarak?
6. Bagaimana proses asuhan keperawatan gerontik dengan kasus katarak?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian katarak?
2. Mengetahui etiologi katarak?
3. Mengetahui manifestasi klinis katarak?
4. Mengetahui patofisiologi katarak?
5. Mengetahui penatalaksanaan katarak?
6. Mengetahui proses asuhan keperawatan gerontik dengan kasus katarak?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Penyakit Katarak
Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggeris cataract, dan
latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya (utama, 2015).
2.1.2 Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,
peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak
congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus
dapat menyebabkan katarak komplikata.
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Kimia: Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia
atau akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
2. Usia: Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga
akan menurun dan mengakibatkan katarak.
3. Penyakit: Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin: Jika ibu pada saat mengandung
terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus
tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang
sedang mengandung menderita rubella.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis katarak antara lain :
1. Penglihatan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti
asap
2. Kesulitan melihat ketika malam hari
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang di tangkap seperti sebuah lingkaran
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup yang terang untuk
membaca atau beraktivitas lainnya
6. Warnah cahaya memudar dan cenderung berubah warnah saat melihat,
misalnya cahaya putih yang di tangkap menjadi cahaya kuning.
2.1.4 Patofisiologi
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan

3
4

kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak
dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan
mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa
yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat
lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang
tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak
diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan
metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada
didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan
dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini
sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram.
Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya
otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak
yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning,
bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam
membedakan warna ( Istiqomah, 2012).

Pathway
5

2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak adalah dengan tindakan operasi mengeluarkan
lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa tanam intraokular. Berikut
beberapa jenis operasi katarak:
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE): Tindakan
pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE): Tindakan
pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan.
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS): Teknik operasi Small
Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan operasi
katarak manual dengan luka insisi yang lebih kecil dibandingkan
ECCE. Berbeda dengan ECCE, luka insisi pada SICS dibuat
lebih ke arah sklera dan dengan membuat terowongan (tunnel)
dari sklera ke kornea untuk kemudian menembus bilik mata
depan.
4. Fakoemulsifikasi: Operasi katarak dengan menggunakan mesin
fakoemulsifikasi (Phacoemulsification). Operasi
fakoemulsifikasi adalah tindakan menghancurkan lensa mata
menjadi bentuk yang lebih lunak, sehingga mudah dikeluarkan
melalui luka yang lebih kecil (2-3 mm). Operasi katarak dengan
teknik sayatan kecil menggunakan mesin fakoemulsifikasi
merupakan teknik operasi yang paling banyak digunakan di
berbagai negara.
2.1.6 Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017). Diagnosa yang akan muncul pada kasus katarak dengan
menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:
1. Ansietas (D. 0080)
2. Defisit Pengetahuan (D. 0111)
3. Resiko Cidera (D. 0136)
4. Resiko Jatuh (D. 0143)
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Ilustrasi Kasus
6

Nama Tn. A bertempat tinggal di kampong Dukuh, Pananjung, Garut.


Pasien dari suku sunda, berjenis kelamin laki-laki, berusia 80 tahun dan
beragam Islam. Pasien sudah menikah. Pendidikan terakhir sekolah dasar.
Pasien tidak mempunyai pendapatan tetap, hanya memiliki uang dari anak-
anak nya. Tn.A masuk RS pada tanggal 14 februari 2023 untuk diakukan
tindakan operasi katarak pada mata kanan nya.
Keluhan Utama Tn.A mengatakan mengeluh tidak jelas saat melihat
karena penyakit katarak nya ini, pada saat melihat klien mengatakan seperti
ada kabut putih yang menghalangi sehingga mengganggu aktivitas klien.
klien di jadwalkan operasi katarak pada hari rabu 15 februari 2023.
Klien tampak kebingungan karena ini kali pertama dirinya melakukan operasi.
Klien sering menanyakan tentang kondisi nya saat ini dan menanyakan
mengenai operasi katarak nya. Klien tampak gelisah.
2.2.1 Identitas klien
- Nama : Tn. A
- Umur : 80 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Kampung Dukuh, Pananjung, Garut
- Status : Menikah
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Tidak bekerja
- Pendidikan : SD
2.2.2 Hasil Pengkajian Data Fokus
1. Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia
Tn. A dengan resiko tinggi jatuh
2. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan Tn. A dengan teman sekamar kurang mampu
bekerja sama. Hubungan dengan Tn. K orang lain hanya sebatas kenal
saja. Kebiasaan Tn. A terbatas berinteraksi dengan orang disekitarnya
karena Tn. A tidak mampu melihat dengan jelas sehingga membuat
dirinya membatasi diri.
2.2.3 Hasil Pengkajian Data Khusus Pada Lansia
1. KATZ indeks
7

Hasil interpretasi Tn.A adalah KATZ indeks B yaitu mampu/mandiri


dalam hal makan, kontinensia (BAB/BAK), berpindah, berpakaian dan mandi
hanya saja Tn.A perlu diawasi saat akan pergi ke toilet.
2. Barthel indeks
8

Interpretasi Barthel Indeks pada Tn.A didapatkan interpretasi “95” atau


ketergantungan ringan.

3. Pengkajian status mental (SPMSQ)

Interpretasi pengkajian status mental (SPMSQ) Pada Tn.A didapatkan


bahwa dari 10 pertanyaan pasien salah menjawab 5 pertanyaan, yang artinya
Tn.A masih memiliki fungsi kerusakan intelektual ringan.

4. Pengkajian status mental (MMSE)


9
10

Interpretasi pengkajian status mental (MMSE) Pada Tn.A didapatkan


bahwa pasien mampu menjawab 15 pertanyaan dari 30 pertanyaan dan
11

perintah dengan baik sehingga didapatkan hasil ada gangguan kognitif


sedang dan resiko cedera.
12

5. Pengkajian emosional

Pada Tn.A didapatkan bahwa pasien tidak memiliki masalah emosional dan
cenderung memiliki emosi yang stabil.

6. Pengkajian Risiko Jatuh: Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan


Postural Hypotensi

Reach Test (FR test) Hasil


Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
posisi yaitu: posisi pada Tn. A sebagai berikut:
a. Tidur a. Tidur : 130/70 mmHg
b. Duduk b. Duduk : 140/90 mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : 140/90 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran
kurang lebih 5 – 10 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Tn. A diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka dapat
dikatakan bahwa Tn. A memiliki resiko jatuh mengingat usia Tn.A juga sudah
semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang di
derita.

2.2.4 Hasil Analisa Data Untuk Merumuskan Kemungkinan Masalah


Keperawatan Yang Muncul

Data Etiologi Problem

DS: Penyakit katarak Resiko Jatuh


 Pasien mengatakan
13

tidak jelas saat gangguan penglihatan


melihat
pasien beresiko terjatuh

Resiko jatuh
DO:

 Pasien tampak
menggunakan alat
bantu jalan
(tongkat)
 Hasil pengkajian
resiko jatuh
didapatkan bahwa
pasien beresiko
jatuh.

DS Krisis situasional Ansietas


 Pasien mengatakan (rencana operasi)
khawatir terhadap
keadaannya dan
sering bertanya Kurang informasi
mengenai operasi
katarak nya Ansietas
 Pasien mengatakan
bingung terhadap
kondisinya

DO:

 Pasien tampak
gelisah
 Pasien tampak
tegang
 RR 26 x/menit
 TD 150/90 mmHg
 Pasien rencana
operasi hari rabu 15
feb 2023

2.2.5 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Jatuh d.d gangguan penglihatan (katarak).
2. Ansietas b.d krisis situasional d.d
DS
 Pasien mengatakan khawatir terhadap keadaannya dan sering
bertanya mengenai operasi katarak nya
14

 Pasien mengatakan bingung terhadap kondisinya

DO:

 Pasien tampak gelisah


 Pasien tampak tegang
 RR 26 x/menit
 TD 150/90 mmHg
 Pasien rencana operasi hari rabu 15 feb 2023
15

2.2.6 Rencana Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

1. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat Pencegahan Jatuh (I. 14540)
Resiko Jatuh d.d gangguan jatuh menurun dengan kriteria hasil Observasi
penglihatan (katarak) 1. Identifikasi faktor
resiko jatuh (usia >65
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
tahun, deficit koognitif,
menurun meningkat
gangguan penglihatan)
Jatuh dari 1 2 3 4 5 2. Identifikasi faktor
tempat lingkungan yang
tidur meningkatkan resiko
jatuh
Jatuh saat 1 2 3 4 5 3. Hitung resiko jatuh
berdiri dengan menggunakan
skala
Jatuh saat 1 2 3 4 5
duduk Terapeutik

Jatuh saat 1 2 3 4 5 1. Orientasikan ruangan


berjalan pada pasien dan
keluarga
2. Pastikan roda tempat
tidur terkunci
3. Pasang handrall tempat
tidur
4. Dekatkan bel
pemanggil pada
16

jangkauan pasien

Edukasi

1. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
2. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak
licin
3. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan
tubuh

2. Ansietas b.d
krisis Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat Reduksi ansietas (I. 09314)
situasional d.d ansietas menurun dengan kriteria hasil Observasi
1. Identifikasi saat tingkat
DS: Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun ansietas berubah
t meningkat g menurun 2. Monitor tanda-tanda
 Pasien mengatakan
khawatir terhadap Verbalisasi kebingungan ansietas
keadaannya dan Terapeutik
sering bertanya 1 2 3 4 5
mengenai operasi 1. Ciptakan suasana
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
katarak nya terapeutik untuk
 Pasien mengatakan 1 2 3 4 5 menumbuhkan
bingung terhadap kepercayaan
kondisinya Perilaku tegang 2. Temani pasien untuk
17

DO: mengurangi kecemasan


3. Pahami situasi yang
 Pasien tampak 1 2 3 4 5 membuat ansietas
gelisah 4. Dengarkan dengan
 Pasien tampak penuh perhatian
tegang
 RR 26 x/menit Edukasi
 TD 150/90 mmHg
 Pasien rencana 1. Jelaskan prosedur
operasi hari rabu 15 2. Informasikan secara
feb 2023 factual tentang
diagnose, pengobatan
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien
4. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu

2.2.7 Kriteria Evaluasi Untuk Menyelesaikan Masalah Yang Muncul

No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Resiko Jatuh 14 Februari 2023 jam 08.00 14 Februari 2023 jam 13.45
Pencegahan Jatuh
S: Pasien mengatakan merasa aman dan
18

Observasi tidak terjadi cedera/jatuh


O:
1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh - tidak ada laporan kejadian jatuh
pada pasien pada pasien
“Pasien mengatakan tidak jelas saat - hitungan skor resiko jatuh pada
melihat sesuatu/objek karena seperti ada pasien menunjukan angka
yang menghalangi seperti kabut putih” 20mmHg (Pasien beresiko
jatuh)
2. Menghitung resiko jatuh dengan A: Masalah teratasi sebagian
menggunakan skala P: Lanjutkan intervensi
1. hitung skala resiko jatuh pasien
“Dari hasil skoring pada Tn. A diperoleh
secara berkala
hasil skoring total = 20 mmHg maka dapat
2. anjurkan memanggil perawat
dikatakan bahwa Tn. A memiliki resiko
jika butuh bantuan
jatuh”

Terapeutik
Tertanda
3. Mengorientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga

“pasiendan keluarga sudah mengetahui


mengenai lingkungan sekitar kamar pasien” pera
wat D
4. Memastikan roda tempat tidur
terkunci dan pasang handrall tempat
tidur

“pasien mengatakan merasa aman dan


nyaman”
19

Edukasi

1. Menganjurkan memanggil perawat


jika membutuhkan bantuan

“pasien mengerti terhadap anjuran


perawat”

2. Menganjurkan memakai sandal anti


selip

“Pasien mengatakan mengerti dan akan


memakai sandal anti selip”

2 Ansietas 14 Februari 2023 jam 08.40 14 Februari 2023 jam 13.45


. S: Pasien mengatakan masih sedikit
Reduksi Ansietas tenang
Observasi O:
1. Memonitor tanda-tanda ansietas - Pasien tampak sudah sedikit
tenang
“pasien tampak tegang, TD 150/90 mmHg,
- TD 140/80 mmHg
N 110x/menit, klien sering bertanya
- N 98x/menit
mengenai operasi kataraknya"

Terapeutik A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
1. Meniptakan suasana terapeutik 1. Monitor tanda perubahan
untuk menumbuhkan kepercayaan ansietas
2. Menemani pasien untuk 2. Menciptakan suasana terapeutik
mengurangi kecemasan 3. Latih teknik relaksasi
20

“pasien merasa nyaman ketika bersama


perawat”

Edukasi
Tertanda
1. Informasikan secara factual tentang Perawat D
diagnose, pengobatan dan prognosis
2. Anjurkan keluarga tetap bersama
pasien
3. Latih teknik relaksasi

“pasien mengerti setelah di beri penjelasan


oleh perawat dan keluarga akan selalu
mendampingi pasien”

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat anti


ansietas
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggeris cataract, dan latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
terjadi akibat kedua-duanya (utama, 2015).
Penyebab utama terjadinya katarak adalah proses penuaan, dimana pada kasus Tn. A
itu juga merupakan dari faktor penuaan atau proses degenerative. Fungsi penglihatan
menurun seiring bertambahnya usia dan pada kasus diatas Tn. A akan melakukan
tindakan operasi katarak.

3.2 Saran
Diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien katarak dan selalu inovatif untuk mengembangkan tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan evidence based.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asia-Pacific Association of Cataract and Refractive Surgeons. Principles abd Preferred


Practice in Cataract Surgery. APACRS Secretariat, 2017.

Kementerian Kesehatan RI. Situasi gangguan penglihatan dan kebutaan. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2014.

Padila, Haikhi. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha medika.

Standar Profesi & Sertifikasi Dokter Spesialis Mata dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Mata.
PERDAMI. Available at: http://perdami.or.id/

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

World Health Organization. Rapid assessment of cataract surgical services / developed and
programmed by Hans Limburg. Geneva, Switzerland; December 2001. Available at:
http://apps.who.int/iris/handle/10665/67847 Accessed on: March, 2017.

22

Anda mungkin juga menyukai