S
DENGAN KATARAK
Disusun Oleh :
Zenita Indra Ramadhita
I4051231049
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir
Gerontik yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. S Dengan Katarak
Stase Keperawatan Gerontik”.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Pengertian Lansia......................................................................................3
2.2 Pengertian Katarak....................................................................................3
2.3 Etiologi......................................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala.......................................................................................5
2.5 Patofisiologi...............................................................................................5
2.6 Pathway.....................................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................8
2.8 Penatalaksanaan.........................................................................................8
2.9 Komplikasi................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................10
3.1 Pengkajian...............................................................................................10
3.2 Analisa Data............................................................................................18
3.3 Rencana Keperawatan.............................................................................19
3.4 Implementasi dan Evaluasi......................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................30
4.1 Hasil dan Pembahasan.............................................................................30
4.2 Hambatan.................................................................................................31
BAB V PENUTUP................................................................................................32
5.1 Kesimpulan..............................................................................................32
5.2 Saran........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada lansia dengan diagnosa
medis katarak di UPT Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia Mulia
Dharma Provinsi Kalimantan Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia binaan dengan
masalah katarak dengan pendekatan evidence based practice.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil laporan akhir ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktik
keperawatan gerontik terutama tentang intervensi keperawatan pada
klien lansia dengan katarak.
1.3.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah
asuhan keperawatan klien lansia dengan katarak. Selanjutnya hasil
penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penyusunan program
pemberian asuhan keperawatan pada lansia dengan katarak di panti
rehabilitasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
menyebabkan cahaya yang masuk ke dalam mata dapat terpencar dan
mengakibatkan penglihatan kabur.
2.3 Etiologi
Menurut Tamsuri (2016) etiologi katarak adalah:
a. Trauma Mata
Trauma mata mengakibatkan terjadinya erosi epitel pada lensa, pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa mencembung dan
mengeruh.
b. Umur
Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh,
umumnya terjadi pada umur diatas 50 tahun.
c. Genetika
Kelainan kromosom mampu memengaruhi kualitas lensa mata sehingga
dapat memicu katarak.
d. Diabetes Melitus
Diabetes melitus menyebabkan kadar sorbitol berlebih (gula yang
terbentuk dari glukosa) yang menumpuk dalam lensa dan akhirnya
membentuk kekeruhan lensa.
e. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan konformasi struktur perubahan protein dalam
kapsul lensa sehingga dapat menyebabkan katarak.
f. Merokok
Merokok dapat mengubah sel-sel lensa melalui oksidasi dan
menyebabkan akumulasi logam berat seperti cadmium dalam lensa
sehingga dapat memicu katarak.
g. Alkohol
Alkohol dapat mengganggu homeostasis kalsium dalam lensa sehingga
menyebabkan kerusakan membran dan dapat memicu katarak.
h. Radiasi Ultraviolet
Sinar ultraviolet mampu merusak jaringan mata, saraf pusat penglihatan,
dan dapat merusak bagian kornea dan lensa sehingga dapat menyebabkan
katarak.
4
2.4 Tanda dan Gejala
Menurut Kemenkes (2019) tanda dan gejala katarak adalah:
a. Penglihatan akan suatu benda atau cahaya menjadi kabur dan buram.
b. Bayangan benda terlihat seperti bayangan semu atau seperti asap.
c. Kesulitan melihat ketika malam hari.
d. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
f. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak
nyaman menggunakannya.
g. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat,
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
h. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya
terlihat ganda.
2.5 Patofisiologi
Katarak dapat disebabkan oleh trauma mata, usia (penuaan), genetik,
diabetes melitus, hipertensi, merokok, dan alkohol. Trauma mata dapat
menyebabkan lensa secara bertahap kehilangan air sehingga metabolit larut
air masuk ke sel pada nukleus lensa. Korteks lensa lebih banyak terhidrasi
daripada nukleus lensa sehingga lensa keruh. Sudut bilik mata depan menjadi
sempit dan aliran Chamber Oculi Anterior tidak lancar membuat tekanan
intraokular meningkat sehingga terjadi glaukoma dan kebutaan. Usia
(penuaan) dapat menyebabkan korteks memproduksi serat lensa baru yang
akan ditekan menuju sentral sehingga lensa melebar, hilang transparasi, dan
terjadi kekeruhan lensa. Sinar yang masuk tidak sampai ke retina sehingga
bayangan menjadi kurang jelas pada malam hari (Tamsuri, 2017).
Genetik dapat menyebabkan kelainan kromosom sehingga
mempengaruhi kualitas serat lensa. Serat lensa mengalami denaturasi dan
koagulasi sehingga menyebabkan kekeruhan pada lensa dan terjadi katarak.
Diabetes melitus dapat menyebabkan sorbitol menumpuk di dalam lensa dan
5
menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan lensa membuat sinar yang masuk
ke kornea menjadi semu. Otak mempresentasikan sebagai bayangan berkabut
sehingga pandangan menjadi berkabut (Kemenkes, 2019).
Hipertensi dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme protein
lensa. Protein lensa mengalami denaturasi dan terkoagulasi sehingga terjadi
kekeruhan lensa. Protein lensa akan terputus disertai influx air ke lensa
sehingga menghambat jalan cahaya ke retina dan pandangan menjadi kabur.
Merokok dan alkohol dapat menyebabkan selsel lensa mengalami oksidasi
sehingga cadmium dan kalsium menumpuk pada lensa dan terjadi kekeruhan
lensa (Tamsuri, 2017).
6
2.6 Pathway
7
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan lapang
pandang, misalnya dengan melihat huruf pada jarak 6 meter yang biasanya
memberikan hasil terdapatnya penurunan ketajaman penglihatan. Selain itu
terdapat pemeriksaan dengan menggunakan senter yang diarahkan pada
samping mata, yang akan memperlihatkan kekeruhan pada lensa mata yang
berbentuk seperti bulan sabit (shadow test positive). Pemeriksaan tambahan
lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan alat slit lamp hingga
pemeriksaan oftalmoskopi pada daerah retina. Hal ini dilakukan bila dicurigai
adanya kelainan tambahan di berbagai organ lain dalam mata (Istiqomah,
2017).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak yaitu dengan teknik pembedahan. Pembedahan
dapat dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan
penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Ada beberapa jenis operasi yang dapat
dilakukan. Menurut Jannah (2014) jenis operasi yang dapat dilakukan yaitu:
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) yaitu pengangkatan lensa dari
mata secara keseluruhan, termasuk kapsul lensa dikeluarkan secara utuh.
Operasi ini dapat dilakukan pada zonula zin yang telah rapuh atau telah
terjadi degenerasi serta mudah diputus, hanya digunakan pada katarak
matur atau luksasio lentis. Ekstraksi katarak intrakapsular ini tidak boleh
dilakukan pada klien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamentum kialoidea kapsuler.
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK) yaitu tindakan pembedahan
pada lensa katarak, dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa atau
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Teknik ini bisa
dilakukan pada semua stadium katarak kecuali pada luksasio lentis.
8
Pembedahan ini memungkinkan diberi intra okuler lensa (IOL) untuk
pemulihan visus.
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS) yaitu upaya untuk mengeluarkan
nukleus lensa dengan panjang sayatan sekitar 5-6 mm, dengan inovasi
peralatan yang lebih sederhana, seperti anterior chamber maintainer
(ACM), irigating vectis, nucleus cracer, dan lainlain.
d. Fakoemulsifikasi yaitu teknik operasi yang tidak berbeda jauh dengan
cara ekstraksi katarak intrakapsular, tetapi nukleus lensa diambil dengan
alat khusus yaitu emulsifier. Dibanding ekstraksi katarak intrakapsular,
irisan luka operasi ini lebih kecil sehingga setelah diberi intra okuler
lensa (IOL) rehabilitasi virus lebih cepat.
2.9 Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma
dan uveitis. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola
mata meningkat sehingga terjadi kerusakan pada saraf mata dan
menyebabkan turunnya fungsi penglihtan. Jika tidak diobati, glaukoma bisa
mengakibatkan kebutaan yang tetap. Uveitis adalah peradangan pada jaringan
uvea akibat infeksi, trauma, neoplasia, atau proses autoimun (Ilyas, 2016).
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Riwayat Klien/ Data Biologis
Nama :
Alamat :
Telp. :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku :
Agama :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
Orang yang paling muah dihubungi :
2. Status Kesehatan Saat ini :
a. Status Kesehatan umum selama 1 tahun yang lalu :
P:
Q:
R:
S:
T:
10
a. Penyakit yang pernah diderita :
b. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) :
c. Riwayat kecelakaan :
d. Riwayat pernah dirawat di RS :
e. Riwayat pemakaian obat :
4. Riwayat kesehatan keluarga :
5. Tinjauan Sistem
Jelaskan tentang kondisi system-sistem dibawah ini yang terdapat pada klien
a. Keadaan Umum
b. Sistem Pernafasan
c. Sistem Kardiovaskuler
d. Sistem Gastrointestinal
e. Sistem Perkemihan
g. Sistem Muskuloskeletal
11
i. Sistem Endokrin
j. Sistem Integumen
PERTANYAAN TAHAP 2
5) Keluhan dirasakan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
6) Ada masalah atau banyak pikiran?
7) Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain?
8) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter?
9) Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “YA” MASALAH EMOSIONAL
POSITIF
b. Spiritual
12
7. Pengkajian status Fungsional
KATZ Indeks
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri :
Tergantung :
2 Berpakaian
Mandiri :
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Tergantung :
Mandiri :
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
13
5 Kontinen
Mandiri :
Tergantung :
Mandiri:
Bergantung :
Keterangan :
Analisis Hasil :
14
8. Pengkajian status mental Lansia
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental
Status Quesioner (SPMSQ)
No Item Pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang ?
Jawab
2 Tahun berapa sekarang ?
Bapak/Ibu?
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu ?
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?
Jawab :
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?
Jawab
JUMLAH
Interpretasi hasil :
15
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 ---
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), 5 ---
(lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 3 ---
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk
tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. 5 ---
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “
WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 ---
BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, arloji) 2 ---
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau tetapi 1 ---
”
8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan 3 ---
kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah tangan kiri 1 ---
anda”
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 ---
11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1 ---
16
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Keterangan:
Tingkat resiko Skor morse Tindakan
Resiko rendah 0-24 Tidak ada tindakan
Resiko sedang 25-44 Pencegahan jatuh standar
Resiko tinggi ≥ 45 Pencegahan jatuh resiko
tinggi
17
3.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1
18
3.3 Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
19
20
21
3.4 Implementasi dan Evaluasi
TGL DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
22
23
24
25
26
27
28
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
verbal, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
memonitor skala nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, dan memberikan obat antasida dengan sesuai dengan
hasil kolaborasi, serta evidance bace yaitu relaksasi napas dalam..
Teknik relaksasi napas dalam adalah salah satu cara teknik non
farmakologi yang dapat dipakai untuk menghilangkan nyeri pada lansia
(Tomy Nur Ulinnuha, 2017). Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang
dapat menurunkan tingkat nyeri. Relaksasi nafas dalam mampu menenangkan
pikiran dan tubuh dan melepaskan ketegangan otot-otot sehingga
menghilangkan nyeri tanpa menggunakan obat pereda nyeri lebih banyak lagi
(Sandy Kurnijati, 2018).
Pada diagnosa keperawatan ke dua yaitu gangguan pola tidur dimana
penulis melakukan dukungan tidur. Diagnosa keperawatan ke tiga yaitu
resiko jatuh dimana penulis melakukan pencegahan jatuh yaitu
mengidentifikasi faktor resiko jatuh, mengidentifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh, menghitung resiko jatuh dengan menggunakan
skala fall morse scale, memonitor kemampuan berpindah, anjurkan
menggunakan alat bantu jalan, anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
licin, dan anjurkan memanggil perawat atau teman jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah.
Evaluasi pada Tn. S dilakukan menggunakan metode SOAP.
Berdasarkan semua implementasi yang dilakukan, evaluasi yang didapatkan
adalah pasien tampak tenang dan kooperatif, pasien mengatakan tidak pernah
terjatuh dan selalu menggunakan walker untuk melakukan aktivitas dan
menggunakan alas kaki yang tidak licin, maka masalah resiko jatuh tidak
terjadi dan intervensi dihentikan, nyeri yang dirasakan sudah berkurang, skala
nyeri 3, pasien tidak meringis, dan dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya.
4.2 Hambatan
Hambatan atau keterbatasan dari pasien yakni kurangnya komunikasi
karena diusia pasien yang telah mencapai 106 tahun membuat fungsi
pendengaran dan penglihatan pasien mengalami penurunan, sehingga perawat
31
harus sabar dan mengulang kembali perkataan agar informasi yang diterima
oleh pasien selama pemberian asuhan keperawatan dapat diterima dengan
baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada hasil pengkajian pada Tn. S terdapat tiga masalah keperawatan
yang di temukan yaitu Nyeri Akut, Gangguan Pola Tidur dan Resiko Jatuh.
Nyeri akut dan Resiko Jatuh merupakan masalah utama pada Tn.S. Pada saat
melakukan implementasi klien cukup kooperatif sehingga asuhan
keperawatan dapat berjalan maksimal.
Berdasarkan semua implementasi yang dilakukan, evaluasi yang
didapatkan adalah pasien tampak tenang, pasien sudah tidak tampak meringis,
Skala nyeri ringan, pasien dapat meredakan nyeri secara mandiri dan
mengerti bagaimana cara mengontrol nyeri, sehingga bisa beraktivitas. Hasil
akhir yang didapatkan pada pasien yaitu pasien menunjukkan perubahan yang
positif terhadap nyerinya dan resiko jatuh tidak terjadi.
5.2 Saran
Diharapkan pihak panti rehabilitasi lansia dapat meningkatkan
pelayanan asuhan pada lansia meliputi bio, psiko, maupun spiritual agar
kesejahteraa lansia dapat tercapai. Dengan meningkatnya kesejahteraan lasia,
diharapkan terdapat peningkatan derajat kesehatan lansia.
32
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Blindness and Vision Impairment Collaborators & Vision Loss Expert Group of
the Global Burden of Disease Study (2021) ‘Causes of blindness and vision
impairment in 2020 and trends over 30 years, and prevalence of avoidable
blindness in relation to VISION 2020: the Right to Sight: an analysis for the
Global Burden of Disease Study.’, The Lancet. Global health, 9(2), pp.
e144–e160. doi: 10.1016/S2214-109X(20)30489-7.
Ilyas, S., Yulianti, S.R., 2017. Ilmu Penyakit Mata, 5 ed. Badan Penerbit FKUI,
Jakarta.
Istiqomah, I.N. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:
EGC.
Jannah, R. (2014). Gangguan Kesehatan Mata. Jakarta: Guepedia.
Kemenkes RI (2018) Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Kemenkes Republik Indonesia. (2019). Modul Deteksi Dini Katarak. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Rumah Sakit Mata Bali Mandara (2021) Rekam Medis. Denpasar.
Tamsuri, A. (2016). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Wibowo, D. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap
KeluargaTentang Perawatan Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di Desa
Pamalayan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan
Farmasi, 17(2), 339. https://doi.org/10.36465/jkbth.v17i2.261
33
World Health Organization (2022) Blindness and Vision Impairment. Available
at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/blindness-and-
visualimpairment (Accessed: 08 January 2023).
34