Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KATARAK

Dosen pengampu: Wasis Nugroho, S.Kep,Ns.,M.Kep

Disusun oleh

Kelompok 17:

1. Alda Ningsih Wardani (21144010004)


2. Widya Astuti Djunaid (21144010054)

PRODI D III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sholawat serta
salam tak pula kami haturkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad
SAW, yang telah memperjuangkan agama islam sampai saat ini.
Adapun tujuan utama penulisan makala ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul: “Asuhan keperawatan
pada klien dengan katarak”
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat di harapkan.

Ternate, 14 Januari 2023

Kelompok 17

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Tinjauan Teori....................................................................................................3
a. Definisi............................................................................................................3
b. Etiologi............................................................................................................5
c. Patofisiologi....................................................................................................6
d. Manifestasi klinis............................................................................................7
e. Komplikasi......................................................................................................7
f. Pengobatan......................................................................................................8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..................................................................8
a. Pengkajian.......................................................................................................8
b. Diagnosa.......................................................................................................10
c. Intervensi.......................................................................................................10
d. Implementasi.................................................................................................15
e. Evaluasi.........................................................................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia banyak kita jumpai berbagai masalah kesehatan, masalah
tersebut yang kita hadapi sekarang ini adalah masalah penglihatan. Mata
adalah salah satu organ panca indra yang sangat penting didalam tubuh
manusia yang berfungsi untuk melihat. Berbagai macam masalah penglihatan
di Indonesia yang menyerang pada manusia, salah satunya adalah katarak.
Katarak menyerang organ lensa mata pada manusia. Katarak adalah
kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata,
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan atau gangguan
persepsi sensori pada manusia.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang
dapat dicegah. Katarak adalah penyakit yang ditandai dengan kekeruhan Iensa
pada mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak.
matur merupakan salah satu jenis katarak yang ditandai dengan kondisi
penglihatan pasien menurun drastis menjadi I/300. atau hanyaa dapat me1ihat
Iambaiant tangan dalam jarak satu meter sehingga akan mengganggu aktivitas
penderitanya (Aini & Santik, 2018)
Kebutaan di dunia mencapai Iebih dari 39 juta kasus, I9 juta kasus di
antaranya dikarenakan oIeh katarak bilateral yang terkait usia. PrevaIensi
kebutaan. di lndonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu.I,5%
dengan 52,0% dari angka tersebut (0,8%) diakibatkan oIeh katarak. Kebutaan
dan gangguan peng1ihatan merupakan penyebab terbesar pada penduduk
umur di atas 50 tahun di lndonesia akibat katarak yang tidak dioperasi.
sebanyak 77,7%. Salah satu yang mengakibatkan kebutaan pada kasus katarak
baik pada Iaki – Iaki (71,7%) maupun perempuan (8I,0%). Di daerah jawa
tengah terdapat 41,3% yang belum melakukan operasi katarak yang disbabkan

1
karena tidak tahu katarak bisa disembuhkan dan belum mengetahui jikam
menderita katarak (Puspita, et al., 2019).
Adapun peran perawat adalah sebagai pendidik perawat memberikan
pengetahuan kepada klien dalam rangka meningkatkan kesehatan. tentang
tindakan keperawatan dan tindakan medik yang diterima. Sehingga klien atau
keluarga dapat bertanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Berdasarkan permasalahan diatas yang telah diuraikan penulis
ditugaskan untuk membuat makalah yang berjudul “asuhan keperawatan pada
pasien dengan katarak”
B. Rumusan masalah
Bagaimana tinjauan teori dari penyakit katarak dan bagaimana konsep
asuhan keperawatan yang terdiri dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi .
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami tinjauan teori dari penyakit katarak
yang terdiri dari definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi dan pengobatan.
2. Dapat menyusun konsep asuhan keperawatan pada pasien katarak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat
kelahiran (katarak kongenital). menurut airlangga (2019) katarak adalah
penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak
terjadi apabila protein- protein lensa yang secara normal transparan
terurai dan mengalami koagulasi. katarak terjadi karena keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak merupakan suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh
dan berawan. Pada umumnya, katarak berkembang perlahan dan
awalnya tidak terasa mengganggu. Namun, lama-kelamaan, katarak
akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa seperti
melihat jendela berkabut, sulit menyetir, membaca, serta melakukan
aktivitas sehari-hari. Penyakit mata ini merupakan penyebab kebutaan
utama di dunia yang dapat obati.

Menurut Ilyas dan Yulianti (2019) klasifikasi katarak


berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
a) Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang dialami oleh bayi
baru lahir dan bayi yang berumur kurang dari satu tahun (Ilyas
dan Yulianti, 2019).Penanganan yang kurang tepat pada katarak
kongenital dapat menyebabkan kebutaan bagi bayi. Pemeriksaan

3
riwayat prenatal, pemakaian obat-obat selama kehamilan serta
pemeriksaan adanya infeksi pada kandungan perlu dilakukan
guna mengetahui penyebab katarak kongenital. Ibu hamil yang
menderita penyakit diabetes melitus, homosisteinuri,
toxoplasmosis, galaktosemia, rubela, inklus sitomegalik
merupakan penyebab seringnya ditemukan katarak kongenital
pada bayi (Ilyas danYulianti, 2019).
b) Katarak juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang mulai terjadi pada
usia kurang dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan (Ilyas
dan Yulianti, 2019).
c) Katarak Senil
Katarak senil adalah katarak yang mulai terjadi pada usia
lanjut yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab dari katarak senil
adalah idiopatik (Ilyas dan Yulianti, 2019).

Menurut (Tamsuri, 2018) klasifikasi katarak berdasarkan


penyebabnya adalah sebagai berikut :

a) Katarak Komplikata
Katarak komplikata adalah katarak yang diakibatkan oleh
penyakit lain seperti ablasi retina, iskemia okular, nekrosis
anterior segmen, bulfalmos, glaukoma, tumor intra okular,
galaktosemia, hipoparatiroid dan uveitis (Tamsuri, 2018).
b) Katarak Traumatik
Katarak traumatik adalah katarak yang disebabkan akibat
trauma tumpul maupun tajam yang dapat menimbulkan cidera
pada mata (National Eye Institute, 2016). Trauma ini
menyebabkan terjadinya katarak pada satu mata atau biasa

4
disebut katarak monokular. Penyebabnya yaitu radiasi sinar X,
radioaktif dan benda asing (Tamsuri, 2018).
c) Katarak Toksika
Katarak Toksika merupakan katarak akibat terpapar oleh
bahan kimia. Penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine dapat juga menimbulkan terjadinya katarak
toksika (Tamsuri, 2018)
b. Etiologi
Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat
proses penuaan atau trauma yang menyebabkan perubahan pada
jaringan mata. Lensa mata sebagian besar terdiri dari air dan protein.
Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal dan tidak
fleksibel.  Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi
faktor individu, lingkungan, dan faktor protektif.
1. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin, ras, serta faktor
genetik.
2. Faktor lingkungan termasuk kebiasaan merokok, paparan sinar
ultraviolet,
3. Status sosiol ekonomi, tingkat pendidikan, diabetes mellitus,
hipertensi, penggunaan steroid, dan obat-obat penyakit gout.
4. Faktor protektif meliputi penggunaan aspirin dan terapi
pengganti hormon pada wanita.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
1. Faktor keturunan, Kasus katarak yang terjadi sejak lahir atau di
usia anak-anak dapat disebabkan karena faktor genetik, infeksi
yang terjadi saat masih dalam kandungan ataupun trauma.
Biasanya pada kasus katarak karena faktor genetik ini
ditemukan kelainan/mutasi genetik sehingga tidak hanya lensa
mata yang mengalami gangguan terjadi kekeruhan namun

5
struktur mata lainnya juga dapat terganggu seperti tidak
terbentuk iris (aniridia), bola mata kecil (microftalmi),
degenerasi retina, dan sebagainya.
2. Cacat bawaan sejak lahir (congenital). Infeksi saat kehamilan,
Jika ibu saat hamil mengidap infeksi, khususnya rubella, dapat
menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada
anak yang dilahirkan. Katarak kongenital dapat terjadi pada
salah satu atau kedua mata anak.
3. Masalah kesehatan, Pengidap diabetes melitus, hipertensi,
hipokalemia, dan dermatitis atopik, dapat berkaitan dengan
timbulnya katarak di kemudian hari.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. Gangguan metabolisme, seperti DM (Diabetes Mellitus).
6. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang
cukup lama.
7. Rokok dan alkohol.
8. Operasi mata sebelumnya dan trauma mata
c. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis, pada
zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior, dengan
bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Disekitar opasitaster terdapat densitas seperti duri
dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus

6
multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier di sekitar daerah
di luar lensa dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar.
Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
penderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian
trauma maupun sistematis seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
d. Manifestasi klinis
Pengidapnya bisa mengalami beberapa tanda dan gejala,
contohnya seperti:
1. Penglihatan/pandangan mata kabur, suram atau seperti ada
bayangan awan atau asap
2. Ada lingkaran putih saat memandang sinar
3. Membutuhkan cahaya terang untuk membaca atau ketika
beraktivitas
4. Sulit untuk melihat pada malam hari
5. Penglihatan semakin blur, walaupun sudah berganti-ganti
ukuran kacamata.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena
ketidaknyamanan
7. Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya (silau)

7
8. Penglihatan ganda atau banyak dalam satu gambar dalam satu
mata (gejala ini dapat terjadi ketika katarak semakin besar)
9. Warna memudar atau cenderung menguning saat melihat
pandangan ganda jika melihat dengan satu mata.
e. Komplikasi
Jika katarak tidak diobati Katarak dapat membuat penglihatan
kabur, lebih sulit untuk melihat dalam cahaya terang atau di malam
hari, dan warna mungkin tampak lebih kusam dari sebelumnya. Jika
tidak diobati, katarak dapat menyebabkan kebutaan. Komplikasi yang
dapat muncul pasca operasi tergolong rendah. Namun bila operasi
katarak atau kekeruhan lensa mengalami komplikasi, maka mungkin
saja terdapat kehilangan penglihatan sebagian maupun total.
1. Glaucoma (kebutaan)
2. Uveitis (peradangan pada uvea atau lapisan tengah mata)
3. Kerusakan endotel kornea (pembengkakan pada kornea)
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula stosoid (pembengkakan dan terdapatnya
cairan pada pusat lapisan saraf mata
6. Endoftalmitis (peradangan berat yang terjadi pada seluruh
jaringan intraocular yang mengenai dinding bola mata,
yaitu retina dan koroid atau infeksi mata)
7. Pelepasan koroid
8. Bleeding (perdarahan pada mata)
f. Pengobatan
Jika katarak tidak terlalu mengganggu, hanya perlu
mengenakan kacamata baru untuk membantu melihat lebih baik, Jika
katarak menyebabkan penglihatan semakin memburuk dan sulit
menjalani aktivitas sehari-hari, prosedur operasi merupakan
pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi katarak.

8
Operasi katarak pada umumnya aman dan tidak membutuhkan rawat inap.
Ada dua jenis operasi katarak, yaitu:
1. Small incision cataract surgery (phacoemulsification). Operasi ini
dilakukan dengan melakukan insisi kecil pada tepi kornea.
Selanjutnya, dokter akan menyinarkan gelombang ultrasound untuk
menghancurkan lensa lalu diambil menggunakan alat penghisap.
2. Extracapsular surgery. Operasi ini membutuhkan insisi yang lebih
besar untuk mengeluarkan inti lensa yang berkabut. Selanjutnya, sisa
lensa dikeluarkan dengan menggunakan alat penghisap.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak
adalah keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan
katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangkan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia 40 tahun,
pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun,
dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
1. Kaji identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
alamat, dll)
2. Riwayat penyakit sekarang Merupakan penjelasan dari keluhan
utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak
adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang
di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata
sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
4. Aktifitas istirahat Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat
yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang berhubungan
dengan gangguan penglihatan.

9
5. Neurosensori Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah
gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa
di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran
cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata,
pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma
akut) Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan
atau putih susu pada pupil (katarak ), pupil menyempit dan
merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan
peningkatan air mata).
6. Nyeri / kenyamanan Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan /
atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan
pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7. Pembelajaran / pengajaran Pada pengkajian klien dengan
gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan
vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
8. Pengkajian fisik
Focus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil,
akan dapat ditemukan gambaran kekeruhan lensa berbentuk
berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya diplopia,
pandangan berkabut, tajam penglihata pasien juga mengalami
penurunan (myopia).
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus pasien
dengan penyakit katarak menurut SDKI (2017) yaitu :

10
1. Gangguan presepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penglihatan
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan
(katarak)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. Intervensi
1. Gangguan presepsi sensori b.d gangguan penglihatan
 Tujuan: presepsi sensori membaik
 Kriteria hasil: verbalisasi melihat bayangan meningkat,
distrosis sensori meningkat, orientasi membaik.
 Rencana tindakan keperawatan
Observasi:
1) Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan)
Terapeutik:
1) Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
(mis. bising, terlalu terang)
2) Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
aktivitas)
3) Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
Edukasi:
1) Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan

11
2) Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
2. Ansietas b.d krisis situasional
 Tujuan: tingkat ansietas menurun
 Kriteria hasil: verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun, perilaku gelisah dan tegang menurun
 Rencana tindakan keperawatan
Observasi:
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis:
kondisi, waktu, stresor)
2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik:
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi:
1) Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika
perlu
2) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan

12
3) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4) Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
3. Risiko jatuh b.d gangguan penglihatan (katarak)
 Tujuan: tingkat jatuh menurun
 Kriteria hasil: jatuh dari tempat tidur, saat berdiri, duduk, dan
berjalan menurun.
 Rencana tindakan keperawatan:
Observasi:
1) Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif,
hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, neuropati)
2) Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
risiko jatuh (mis: lantai licin, penerangan kurang)
Terapeutik:
1) Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
2) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
3) Pasang handrail tempat tidur
4) Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi:
1) Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
2) Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3) Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk
memanggil perawat

13
4. Risiko infeksi b.d efek prosedur infasif
 Tujuan: tingkat infeksi menurun
 Kriteria hasil: demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak
menurun, gangguan kognitif menurun, kadar sel darah merah
membaik
 Rencana tindakan keperawatan:
Observasi:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik:
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Edukasi:
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
 Tujuan: tingkat nyeri menurun
 Kriteria hasil: keluhan nyeri menurun, meringgis menurun,
berfokus pada diri sendiri menurun
 Rencana tindakan keperawatan:
Observasi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri

14
2) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik:
1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
2) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
4) Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
d. Implementasi
Keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis
yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan
pasien (Rendy, 2019). Tujuan dari implementasi adalah membantu
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam implementasi asuhan keperawatan (Padila, 2019).
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien selalu
berdasarkan intervensi yang sudah direncanakan berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018).

15
e. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, perawat membandingkan status kesehatan
pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan. Evaluasi
terdiri dari dua kegiatan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau
menilai respon pasien, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target
tujuan yang telah dibuat (A. H. Hidayat, 2021). Format yang
digunakan dalam tahap evaluasi menurut Hidayat (2021) yaitu format
SOAP yang terdiri dari:
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan yang diberikan. Pada pasien katarak
dengan ansietas pasien tidak mengeluh cemas atau kahwatir
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan. Pada pasien Katarak
dengan ansietas, indicator evaluasi berdasarkan Tim Pokja
SLKI PPNI (2019) sesuai tertera pada tabel rencana
keperawatan.
c. Assesment, yaitu interprestasi dari data subjektif dan objektif
d. Planning, yaitu perencanaan keperawatan yang akan
dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari
rencana keperawatan yang sudah dibuat

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke
dalam mata. Katarak disebabkan oleh faktor usia, penyakit (seperti diabetes),
cidera mata, obat-obatan, radiasi dan bisa juga secara kongenitalis, yaitu
ditemukan pada bayi ketika lahir.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau
cahaya menjadi kabur atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti
bayangan semu atau seperti asap, mata juga akan kesulitan melihat ketika
malam hari dan terasa sensitif bila terkena cahaya.
Untuk mengobati katarak dapat dengan terapi pencegahan seperti
mengurangi terpaparnya mata terhadap sinar ultraviolet, menggunakan
pelindung mata dari hal yang berpotensi menyebabkan kerusakan mata,
mengobati penyakit-penyakit sistemik yang menjadi faktor resiko
mempercepat terjadinya katarak. Tindakan operasi dapat dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan
penyakit mata lainnya, seperti uveitis.
B. Saran
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat
disembuhkan dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda
menjadi langkah yang sangat penting untu dilakukan, seperti menghindari
paparan asap rokok, melindungi mata dari sinar UV, melakukan pemeriksaan
mata secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti vitamin A, vitamin
E, beta karoten dan membatasi makanan yang banyak mengandung gula. Jika
telah mengalami penyakit Diabetes Mellitus, yang harus diperhatikan adalah

17
diet, olah raga, memonitor gula darah, tekanan darah, kolesterol dan memakai
obat-obatan diabet secara teratur, selain itu juga memeriksakan matanya
secara rutin

18
DAFTAR PUSTAKA

Atik, Sahilah. (2021) “KERJASAMAGI FAKOEMULSIFIKASI TERHADAP


KATARAK MATUR YANG MENGGANGGU AKTIFITAS: LAPORAN
KASUS.” Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas
KedokteranUniversitas Muhammadiyah Surakarta, 82(10), 2721-2882.

Ayuni, N. D. Q., & SKM, M. K. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga
pada Pasien Post Operasi Katarak. Pustaka Galeri Mandiri.

Safitri, V. A. (2019).ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI: PENGLIHATAN PADAPASIEN KATARAK (Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga).

Sihite, P. M., (2021). Serial Kasus Diagnosis dan Penatalaksanaan Katarak


Kongenital. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitar Padjadjaran Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo Bandung,
pp. 1-13.

Styowati, T. (2021). Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Pra Operasi, Intra Operasi,
dan Pasca Operasi Katarak di Kamar Operasi RSUD Bangil Pasuruan
(Doctoral dissertation, STIKES BINA SEHAT PPNI).

19

Anda mungkin juga menyukai