Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MATAK KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


PERUBAHAN FISIOLOGIS SYSTEM PENGLIHATAN
DENGAN PENYAKIT KATARAK”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

1. Hazizah Amelia Putri (19230013)


2. Jelli Maskar Fransiska (19230012)

Dosen Pengampuh : Ns. Tita Septi Handayani, S.Kep, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ( S1 )


FAKULTAS ILMU KESEHATAN ( FIKES )
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Limpahan karunianyalah kelompok kami dapat menyelesaikan makalah


kami yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan tentang Kecemasan
(Ansietas)’’ tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa II.

Memang dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak menghadapi


berbagai masalah,halangan serta rintangan namun itu tidak menjadi penghalang
semangat kelompok kami untuk menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Mungkin dalam makalah ini masih sangat banyak kekurangan oleh sebab
itu,saran dan kritik dari teman-teman dan dosen pembimbing sangat kami
perlukan guna memperbaiki kesalahan sehingga dapat menjadi lebih baik lagi
kedepannya. Semoga makalah yang telah kami selesaikan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak baik itu kelompok kami sendiri maupun teman-teman sekalian.

Bengkulu, 30 November 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................ 3

BAB II KONSEP DASAR TEORI ............................................................... 5

A. Konsep Penyakit ........................................................................................ 5


B. Asuhan Keperawatan Lansia ...................................................................... 13
1. Pengkajian ........................................................................................... 13
2. Diagnosa ............................................................................................. 20
3. Intervensi ............................................................................................. 21
C. Terapi Yang di Berikan (Terapi Suportif) .................................................. 25
1. Pengertian Terapi Suportif .................................................................. 25
2. Tujuan Terapi Suportif ........................................................................ 25
3. Persiapan Alat dan Bahan ................................................................... 25
4. SOP ..................................................................................................... 26

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 27

A. Kesimpulan ................................................................................................ 27
B. Saran .......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

LAMPIRAN .................................................................................................... 29

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan pada mata seperti katarak dapat mengakibatkan penglihatan
seseorang menjadi berkabut/buram. Katarak adalah penyebab paling umum
kelainan mata pada orang yang berusia diatas 40 tahundan merupakan
penyebab utama kebutaan yang terjadi di dunia. Kebutaan adalah puncak dari
kelainan yang terjadi pada mata (Suranto, 2012).
Data yang dilansir dari World Health Organitation (WHO) menunjukkan
bahwa sebanyak 45 juta orang di dunia menderita kebutaan. Indonesia
termasuk negara dengan pevelensi kebutaan yang tinggi di wilayah Asia
Tenggara. Lima negara dengan prevelensi kebutaan tertinggi dengan buta dan
gangguan penglihatan baik berat maupun sedang yaitu Afghanistan dengan
prevelensi 9,09%, Nepal sebanyak 8,17%, Laos dengan presentase sebanyak
7,71%, Eritrea 7,66% dan Pakistan dengan prevelensi data sebanyak 7,54%.
Sementara itu, India, China, Indonesia, Pakistan, dan Amerika Serikat
merupakan lima negara dengan prevelensi gangguan penglihatan terbanyak
(Ismandari, 2018).
Tahun 2018, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memparkan
data bahwa sebesar 7,77% kebutaan disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada
penduduk usia 50 tahun ke atas prevelensi kebutaan akibat katarak sebesar
1,9% (Ismandari, 2018). Di tingkat provensi, prevalensi kebutaan di Jawa
Tengah sebesar 2,7% dengan penyebab utama katarak sebesar
73,8%(Kemenkes RI, 2018).

1
Katarak adalah suatu kondisi dimana lensa mata manusia mengalami
kekeruhan. Biasanya katarak akan terjadi seiring bertambahnya usia yang
tidak dapat dihindari. Tingkat keparahan pada katarak beragam dan
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kelainan bawaan, cidera, dan obat
- obatan tertentu. Kurang lebih sebanyak 90% penyebab kasus katarak yaitu
faktor usia, penyebab lainnya antara lain traumatis dan kelainan
bawaan.(Astari, 2018).
Pembedahan merupakan penatalaksanaan utama pada kasus katarak.
Proses pembedahan atau operasi yang dilakukan yaitu dengan mengganti lensa
yang keruh dengan lensa pengganti. Pembedahan mempunyai potensi atau
ancaman nyata bagi orang yang akan menjalankan operasi, karena dapat
menyebabkan reaksi pada fisik dan psikologis seseorang. Bagi sebagian
pasien, operasi merupakan salah satu pengalaman yang sulit, maka dari itu
persiapan pre operasi penting dilakukan untuk mengurangi faktor resiko yang
dapat mempengaruhi hasil akhir operasi yang mana hasilnya sangat
bergantung pada kondisi pasien. Secara psikis, pasien harus mempunyai
mental yang siap dalam mejalani operasi karena pasti selalu ada rasa ketakutan
dan cemas baik akan suntikan, nyeri pada luka pasca operasi, bahkan
kemungkinan terjadinya kecacatan atau kematian. Oleh karena itu, tidak heran
jika pasien seringkali menunjukan sikap cemas dan berlebihan selama akan
menjalankan operasi (Syafei & Suryadi, 2018).
Perawat memegang peranan yang sangat penting pada pasien dengan
katarak. Peran perawat terhadap pasien katarak sebelum menjalani operasi
yaitu mempersiapkan pasien untuk menjalani operasi mata. Mulai dengan
pemeriksaan kesehatan umum yang mana untuk menentukan ada tidaknya
kelainan yang dapat menghambat jalannya operasi, memenuhi kebutuhan
psikologis dan keselamatan pasien, memberikan pemahaman terhadap pasien
mengenai tindakandan prosedur operasi serta kemungkinan terjadinya
komplikasi pada pasien.

2
Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan post operasi katarak yaitu berhubungan dengan luka setelah operasi,
luka tersebut dapat menimbulkan masalah yang kompleks, antara lainnyeri
akut, resiko infeksi berhubungan dengan efek rosedur invansif, adanya resiko
cidera, dan berbagai masalah lain yang dapat menyebabkan kebutuhan dasar
pasien terganggu. Perawat mempunyai peranan pada pasien dalam
mengajarkan teknik nonformakologis pereda nyeri, memberikan teknik
aseptik dalam membersihkan luka agar terhindar dari infeksi, dan beberapa
peranan lain yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan katarak?
2. Apa saja penyebab dan tanda gejala terjadinya katarak?
3. Apa saja komplikasi serta pengobatan dari katarak?
4. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien katarak?
5. Apa yang di maksud dengan terapi suportif dan tujuannya?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien gangguan sistem penglihatan dengan penyakit
Katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit (yaitu pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
dan penatalaksanaan medis).
b. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan (meliputi
pengkajian, diagnose, intervensi).
c. Mampu menyimpulkan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
katarak.

3
d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
katarak.
e. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan
katarak.

4
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Katarak
Katarak diambil dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang artinya
air terjun. Katarak berarti bular dimana penglihatannya seperti terhalang
air terjun yang diakibatkan karena lensa yang mengalami kekeruhan.
Katarak yaitu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang disebabkan
karena hidrasi lensa atau adanya penambahan cairan, dan adanya
denaturasi protein pada lensa, atau hasil keduanya (Tamsuri, 2011).
Katarak menyebabkan cahaya tergantung pada bola mata, sehingga
penglihatan menjadi kabur, dan dapat mengakibatkan kebutaan (Ilyas,
2014). Dengan keruhnya lensa pada kasus katarak, menyebabkan
bayangan yang diproyeksikan pada retina berubah. Katarak merupakan
salah satu penyebab umum dari kehilangan pengihatan secara bertahap
(Springhouse Co), derajat kestabilan akibat katarak dipengerahui oleh
lokasi dan kepadatan opasitas (Indriana & Istiqomah, 2012).
2. Etiologi Katarak
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan katarak menurut (Ilyas,
2014) dan (Olver et al., 2011) antara lain:
a. Lanjut usia
b. Genetik
c. Faktor lingkungan yang dapat mempercepat pembentukan katarak
seperti merokok, alkohol
d. Terpapar sinar ultraviolet
e. Riwayat pemebedahan pada mata
f. Cedera mata
g. Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya vitamin.
h. Alkohol

5
i. Penyakit tertentu (misalnya diabetes atau radang mata) Obat
sistemik seperti steroid dan fenotiazin
j. Kongenital
3. Patofisiologi Katarak
Menurut (Ilyas, 2017), hilangnya transparansi lensa disebabkan
oleh perubahan sifat dan kimia dari lensa itu sendiri. Terjadi perubahan
pada serat halus (Zunura) yang memanjang dari badan siliaris ke daerah
sekitar lensa. Air dan protein adalah komponen paling banyak pada lensa.
Perubahan kimiawi yang terjadi pada protein lensa mengakibatkan
koagulasi sehingga cahaya yang masuk pada retina terhalangi dan
menyebabkan penglihatan menjadi berkabut. Saat terjadi penuaan pada
seseorang, lensa mata akan berada di tengah yang mengakibatkan
penurunan kemampuan untuk fokus pada objek yang dekat.
Katarak umumnya menyerang lansia pada usia 70 tahun ke atas.
Seseorang bisa mengalami katarak dengan derajat yang berbeda-beda,
katarak juga bisa disebabkan karena kelainan bawaan. Secara kimiawi,
pembentukan katarak ditandai dengan bertambahnya kandungan air yang
diikuti dengan terjadinya dehidrasi dan berkurangnya peningkatan asupan
oksigen, terjadinya peningkatan kandungan pada natrium dan kalsium,
sedangkan kandungan untuk kalium, asam askorbat dan protein
berkurang, lensa dengan gangguan katarak tidak mengandung glutathone.
Penatalaksanaan yang dilakukan dengan cara pengobatan belum berhasil
untuk mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi yang terjadi
ini, dan penyebab maupun implikasinya belum diketahui. Proses
Pembedahan merupakan penatalaksanaan utama pada katarak dengan cara
mengganti lensa yang keruh dengan lensa pengganti, lensa kontak mata
atau intracular, kacamata afaksia. (Tamsuri, 2011)

6
4. WOC/Phatway

Usia lanjut dan Congenital atau Cedera mata


proses penuaan bisa diturunkan.

Nukleus mengalami perubahan warna


MK : Defisit menjadi coklat kekuningan
5.
Pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
mengenal
6. kesekitar daerah lensa)
sumber
informasi
Hilangnya tranparansi
lensa

MK : Resiko Perubahan kimia dlm protein lensa


Cedera

mengabutkan pandangan

Gangguan Terputusnya protein lensa disertai


penerimaan influks air kedalam lensa
sensori/status
organ indera
Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pd lensa

Kurang informasi tentang katarak

MK : ANSIETAS

7
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisyang dapat ditemukan pada pasien dengan katarak:
a. Penglihatan berkabut/buram.
b. Penglihatan terkadang ganda
c. Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
d. Terdapat bayangan seperti pelangi
e. Warna cahaya yang ditangkap cenderung memudar dan berubah
warna.
f. Lebih nyaman dalam kondisi redup. (Black joyce. M & Jane
Hokanse Hawks, 2014).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen atau mesin telebinokular untuk
mengukurketajaman dan sentral penglihatan
b. Lapang padang penglihatan
c. Test provokatif
d. Pemeriksaan oftalmoskopi
e. Pengukuran tonografi
f. Pemeriksaan sel darah lengkap, dan laju sedimentasi (LED)
g. Test toleransi glaukosa/FBS. (Nugraha, 2018)
7. Komplikasi
Kemungkinan terjadinya komplikasi pada kasus katarak bergantung
pada stadiumnya. Pada stadium imatur dapat terjadi komplikasi
glaukoma sekunder karena lensa yang cembung yang menjadi penyebab
iris dan aquaeous humor terhalang. Sedangkan glaukoma sekunder dapat
terjadi pada stadium hipermatur akibat penyumbatan yang terjadi pada
kanal aliran aquous humor karena masa lensa yang lisis, uveitisfakotoksi
juga dapat terjadi pada sttadium hipermatur(Astari, 2018).

8
Komplikasi selama operasi antara lain :
a. Pendangkalan kamera okuli anterior
Komplikasi terjadi karena kurangnya cairan yang masuk ke
kamera okuli anterior (KOA), kebocoran yang terlalu besar pada
isisi, terdapat tekanan dari luar bola mata, perdarahan suprakoroid,
tekananpada avitreus positif, dan terjadinya efusi suprakoroid.
b. Posterior CapsuleRupture (PCR)
Faktor resiko terjadinya komplikasi PCR yaitu miosis,
floppy iris syndrom, pseudoeksfoliasi, KOA dangkal, dan
zonulopati.
c. Nucleus drop
Yaitu jatuhnya seluruh atau bagian dari nukleus lensa ke
rongga viteus. Lensa yang tertinggal jika tidak ditangani dengan
baik akan mengakibatkan peradangan intraokular berat, glaukoma
sekunder, dekompensasi endotel, ablasio retina, nyeri dan
kebutaan.

Komplikasi setelah operasi antara lain:

a. Edema kornea
Edema kornea dapat terjadi karena kombinasi dari trauna
mekanik, trauma kimia, terjadinya radang atau peningkatan
intraokular (TIO) dan waktu proses operasi yang lama.
b. Perdarahan
Komplikasi yang mungkin terjadi pasca operasi katarak
yaitu terjadinya perdarahan retrobulbar, efusi suprakoroid, dan
adanya hifema.
c. Glukoma sekunder
Terjadi karena peningkatan intraokular pasca operasi.

9
d. Edema MalukaKitoid (EMK)
EMK terjadi apabila terdapat penurunan visus pasca
operasi, dan terdapat gambaran penebalan yang terjadi pada
retina saat pemeriksaanOCT.
e. Uveitis Kronik (Astari, 2018)
8. Penatalaksanaan Medis
Meskipun banyak upaya telah dilakukan untuk memperlambat
perkembangan katarak atau mencegah tejadinya katarak, namun tetap
perlu ditangani dengan pembedahan, terapi katarak dengan metode
pembedahan yaitu mengangkat lensa keruh dan menggantinya dengan
lensa yang baru. Metode lain yang dapat dilakukan pada pasien katarak
yaitu metode insisi kecil. Pada metode ini dibuatnya likuifikasi lensa
dengan menggunakan probeultrasonorafi yang dimasukkan melalui insisi
di kornea atau sklera anterior (Soekardiet al,2013).
a. Penatalaksanaan Non-Bedah :
 Terapi faktorresiko penyebab katarak
Terapi dilakukan dengan menghentikan pengobatan
diabetes melitus, konsumsi obat – obatan yang mempunyai
sifat katarak togenik seperti fenotiasin, kortokosteroid, dan
miotik. Radiasi (inframerah atau sinar-X) dihindari untuk
mencegah terjadinya proses katarak genesis.
 Memperlambat progevitas
Terdapat beberapa sediaan yang mempunyai kandungan
kalium dan kalsium yangdapat digunakan pada katarak
stadium awal untukmengurangi perkembangannya, akan tetapi
hingga saat ini belum ada kejelasan tentang mekanisme kerja
pada sediaan tersebut.
 Penilaian perkembangan visus yang terjadi pada katarak
imatur daninsipien.
a) Refraksi harus sering diperbaiki, karenarefraksi
mengalami perubahan secara cepat.

10
b) Pengaturan pencahayaan, pencahayaan yang terang
sebaiknya digunakan untuk pasien dengan kekeruhan
yang terdapat pada perifer lensa. Sedangkan pasien
dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, berikan
cahaya remang yang ditempatkan dengan posisi
disamping dan sedikit di belakang kepala pasien,
pencahayaan remang akan memberikan hasil terbaik.
c) Gunakan kacamata gelap. Memberikan kenyamanan
pada pasien dengan kekeruhan yang terdapat pada
bagian sentralketika beraktivitas di luar ruangan,
d) Midriatil, dengan kekeruhan yang sedikit, pupil akan
memberikan efek yang positif pada latraksial.
Midriatil yang diberikan seperti 5% atau 1%
tropicamide dapat memberikan penglihatan yang
lebih jelas pada pasien.
b. Penatalaksanaan pembedahan katarak
Indikasi penanganan bedah pada kasus katarak antara lain:
 Indikasi visus dan indikasi medis
Indikasi penglihatan bersifat individu untuk semua
orang, tergantung dampak katrak yang terjadi dalam
aktivitasnya. Untuk alasan medis, pasien bisa tidak
terganggu karena kekeruhan pada lensa, tetapi mungkin
terganggu oleh indikasi medist tertentu untuk melakukan
operasi katrak.
 ECCE (Extra Capsular Catract Extraction)
Prosedur pembedahan dengam mengganti lensa yang
keruh dengan menggunasan lensa intraokular.
 ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)
Operasi ini mengangkat semua lensa termasuk
kapsulnya.

11
 Indikasi kosmetik, mengacu dimana pasien dengan katrak
matur yang memerlukan pengangkatan katarak untuk
mendapatkan pupil yang hitam.
c. Penatalaksanaan pasca bedah
Perawatan yang dilakukakan pasca operasi katarak meliputi:
 Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang kemampuan
pasien untuk mengganti perban dan memberikan obat tetes
mata mandiri.
 Jika pasien atau anggota keluarga tidak memahami prosedur
pengobatan, mereka akan mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentang perawatan mata di rumah, dan dianjurkan untuk
memberikan obat tetes mata.
 Anjurkan untuk memberikan obat tetes mata dan salep setiap
hari.
 Usahakan untuk tidak membasahi mata tau perban selama
dua minggu.
 Jangan menyentuh atau menggosok mata dengan
tangansaatberaktivitas sehari-hari.
 Tidak membungkuk selama dua minggu.
 Tidak berbaring ke arah mata yang di operasi.
 Hindari mengangkat benda berat serta menghindari benturan
pada mata.
 Anjurkan memakai kacamata hitam saat di luar ruangan pada
siang hari.
 Mengontrol dan menghindrai faktor yang
mempercepat terbentuknya katarak. (Soekardiet al,2013).

12
B. Asuhan Keperawatan Lansia
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas Pasien
Nama : Tn.P
Alamat : Sawah Lebar
Telp :-
Tempat, Tanggal lahir : Tanjung Keliling, 04 Maret 1950
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : Laki – Laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Duda
Pendidikan : SD Sederajat
Orang yang paling dekat di hubungi : Anak Kandung
b) Riwayat kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan
dada.Tn. Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P
tidak tahu kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa
sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P
sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1
dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin
tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi,
baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari
dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak
punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.

13
c) Riwayat kesehatan dulu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan
tidak pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau
Tn.P pernah mengalami trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata
Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan Tn.P tidak bisa
melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu
terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada
waktu itu menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi
mata Tn.P hanya di obati dengan obat kampung saja.
d) Riwayat keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian
menantunya mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang
merawat Tn, P dirumah. Anak perempuan sibuk bekerja dan
mengurusi rumah tangganya sehingga kurang memperhatikan Tn,P
istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan. Setelah
tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana
mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal
bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup
bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik
Tn.Ptelah meninggal dunia pada umur 60 tahun dikarenakan penyakit
darah tinggi. Dan ayah dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia
sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna
kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.
f) Riwayat pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P
bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape
untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di
panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin
meningkatnya usia.

14
g) Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah
terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak
bertingkat, dan didalam rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah
orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang, yang mana 8
orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari
An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu
membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
h) Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun
bersama anak - anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai
kegiatan rekreasi.
i) Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari
tempat tinggal jauh.
j) Riwayat tidur
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau
kebiasaan waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 -
8 jam dan siangnya Tn.P menghabiskan waktunya untuk tidur
dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.
k) Pemeriksaan fisik
 Vital sign
TD : 190/100 Mmhg
RR : 28 x/m
Pols : 92x/i
Temp : 36 c

15
 Pemeriksaan Head Toe toe
1) Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu
bersih, rambut acak - acakan dengan warna rambut putih,
dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.P
juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit
kepala.
2) Mata
Tn.P mengalami perubahan penglihatan,
dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P hanya satu yang
bisa melihat. Hal itu dikarenakan adanya trauma yang
terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya
tidak lagi berfungsi.Tn.P tidak menggunakan kacamata,
sehingga dengan begitu Tn.P tidak terlalu bisa melihat
dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan
lensa pada mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya
tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia lanjut.
3) Telinga
Pendengaran Tn.P tidak lagi berfungsi dengan baik,
Tn.P tidak bisa mendengar detak jarum jam, serumen ada
dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak ada keluar
cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak
lagi bisa mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.P
yang semakin bertambah.

16
4) Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik.di dalam hidung
tidak terdapat polip dan tidak ada obstruksi di dalam
hidung. Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan
adanya pendarahan maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium
dengan baik.
5) Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi
Tn.P hanya tinggal 3 batang itu pun tinggal separuh karena
habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P
mengalami perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.P
mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk
mengunyah dikarenakan gigi yang semakin lama semakin
habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P
6) Leher
Pada leher Tn.P tidak dijumpai pembengkakan pada
kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.P juga
tidak ditemukan benjolan.
7) Dada
Ukuran dan bentuk dada Tn.P normal. Dan tidak
ditemukan adanya kelainan pada dada, tidak ditemukan
adanya benjolan, tidak ada pembengkakan serta tidak ada
keluar cairan dari putting susu.
8) Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru

17
9) Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman
pada dada, Tn.P sering mengalami sesak nafas, dan jika
sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo napacin 1x
dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi
dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan
terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P
10) Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan
pada defekasi.dan Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering
mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun Tn.P
mengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna
makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit.
11) Musculoskeletal
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun
demikian Tn.P tidak mempunyai masalah dengan cara
berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa
menggunakan alat bantu seperti tongkat.
12) Sistem saraf pusat
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi
Tn.P mengatakan kalau dirinya belum pernah mengalami
kejang dan serangan jantung. Karena semakin
meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada
memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua
masa lalunya.
13) Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit,
turgor kulit lambat kembali jika diberi respon, dan Tn.P
juga menagalami perubahan pada rambut, rambut
Tn.P putih dengan uban

18
14) Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada
kulitnya, itu dikarenakan karena Tn.P tidak sepenuhnya
bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering
mengalami gatal - gatal.
 Riwayat Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang
dilaluinya, Tn.P juga mengaku kalau dia sering menangis jika
mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.P juga mengatakan
kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
l) Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1.  Ds : Pasien mengatakan  Kekhawatiran Ansietas
cemas dan takut. mengalami
 Do : Nadi meningkat, kegagalan saat
tekanan darah melakukan
meningkat, wajah operasi
tampak gelisah, wajah
murung dan sering
melamun
Vital sign
TD : 190/100 Mmhg
RR : 28 x/m
Pols : 92x/i
Temp : 36 c

2.  Ds : Pasien mengatakan  Keterbatasan Defisit


jika dia tidak mengetahui Kognitif Pengetahuan
mengenai penanganan  Ketidaktahuan
dari katarak itu sendiri menemukan
 Do : pasien terlihat sumber

19
bingung serta respon informasi
mengenai pertanyaan
tentang penyakit yang di
derita kurang akibat
kurangnya pengetahuan
pasien
3.  Ds : Pasien mengatakan  Perubahan Risiko cedera
jika matanya yang fungsi
berfungsi hanya sebelah psikomotor
kanan
 Do : dari hasil
pemeriksaan dokter
bahwa adanya kekeruhan
lensa pada mata sebelah
kanan dan mata sebelah
kirinya tidak bisa melihat
dengan baik dikarenakan
usia lanjut. Serta pasien
juga tampak tidak
menggunakan kacamata.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas (SDKI, D.0080)
b. Defisit Pengetahuan (SDKI, D.0111)
c. Risiko Cedera (SDKI, D.0136)

20
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
1. Ansietas  Tujuan : (SLKI, Reduksi Ansietas (SIKI,
(SDKI, D.0080) L.09093) I.09314)
Setelah dilakukan a. Observasi
perawatan selama  Identifikasi
3x24 jam maka kemampuan
tujuan yang di mengambil
harapkan ekspektasi keputusan
menurun, dengan  Monitor tanda-tanda
kriteria hasil : ansietas
 Perilaku b. Terapeutik
gelisah  Ciptakan suasana
menurun (5) terapeutik untuk
 Frekuensi nadi menumbuhkan
menurun (5) kepercayaan
 Tekanan darah  Temani pasien untuk
menurun (5) mengurangi
 Konsentrasi kecemasan
membaik (5)  Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Motivasi
mengindentifikasi
sitasi yang memicu
kecemasan
c. Edukasi
 Jelaskan prosedur
termasuk sensasi

21
yang mungkin di
alami
 Anjurkan keluaga
untuk tetap bersama
pasien
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
 Latih kegiatan
pengelihan untuk
mengurangi
ketegangan
 Latih teknik
relaksasi
d. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
ansietas, jika perlu
2. Defisit  Tujuan : (SLKI, Edukasi Kesehatan (SIKI,
Pengetahuan L.12111) I.12383)
(SDKI”D.0111) Setelah dilakukan a. Observasi
perawatan selama  Identifikasi kesiapan
3x24 jam maka dan kemampuan
tujuan yang di menerima informasi
harapkan Ekspetasi  Identifikasi faktor-
meningkat, dengan faktor yang dapat
kriteria hasil : meningkatkan dan
 Kemampuan menurunkan
menjelaskan motivasi perilaku
pengetahuan hidup bersih dan
tentang suatu sehat

22
topik b. Terapeutik
meningkat (5)  Sediakan materi dan
 Persepsi yang media pendidikan
keliru terhadap kesehatan
masalah  Jadwalkan
menurun (5) pendidikan
 Perilaku kesehatan sesui
membaik (5) kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
c. Edukasi
 Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi
yang dapat di
gunakan untuk
meningkatkan
perilakuhidup bersih
dan sehat
3. Risiko Cedera  Tujuan : (SLKI, Pencegahan Cedera (SIKI,
(SDKI, D.0136) L.14136) I.14537)
Setelah dilakukan a. Observasi
perawatan selama  Identifkasi area
3x24 jam maka lingkungan yang
tujuan yang di berpotensi
harapkan ekspektasi menybabkan cedera
menurun, dengan  Identifikasi

23
kriteria hasil : kesesuain alas kaki
 Kejadian cedera pada eksremitas
menurun (5) bawah
 Luka/lecet b. Terapeutik
menurun (5)  Sediakan
 Gangguan pencahayaan yang
mobilitas memadai
menurun (5)  Gunakan lampu tidur
 Pola selama tidur
istirahat/tidur  Pastikan bel
membaik (5) panggilan atau
telepon mudah di
jangkau
 Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat di
gunakan
 Pastikan roda tempat
tidur dalam kondisi
terkunci
 Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
c. Edukasi
 Jelaskan alasan
intervenasi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti
posisi secara

24
perlahan dan duduk
selama beberapa
menit sebelum
berdiri

C. Terapi Yang Diberikan (Terapi Suportif)


1. Pengertian
Terapi suportif adalah suatu bentuk terapi yang mempunyai tujuan untuk
menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap gangguan psikisnya.
Terapi suportif juga merupakan suatu terapi yang tidak merawat atau
memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan
kenyamanan pasien. Terapi ini di gunakan terutama untuk memperkuat
kemampuan pasien untuk mengatasi stress melalui beberapa kegiatan
utama, termasuk dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan
mendorong ekspresi pikiran dan perasaan, membantu individu
mendapatkan pemahaman yang lebih tentang situasi dan alternatif
mereka, membantu menopang individu harga diri dan ketahanan, dan
bekerja untuk menanamkan rasa harapan.
2. Tujuan
Adapaun tujuan dari terapi suportif, antara lain :
a) Menaikkan fungsi psikologi dan sosial
b) Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
c) Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat di terima
d) Bertujuan agar penyesuain baik
e) Mencegah ketergantungan pada dokter
f) Memindahkan dukungan profesional kepada keluaga
3. Persiapan Alat dan Bahan
a) Buku kerja
b) Lembar evaluasi dan dokumentasi

25
4. SOP
a) Mengucapkan salam
b) Memeperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan kegitan
d) Memberikan pendidikan kesehatan tentang katarak
e) Mengkaji pengalaman lansia tentang penyebab katarak
f) Mengkaji anggota keluarga lain yang memiliki masalah yang
sama
g) Mengkaji sumber pendukung yang terdapat dari dalam diri
h) Mengkaji sumber pendukung yang terdapat dari luar diri lansia
i) Memberi motivasi kepada pasien
j) Mengevaluasi sumber dukungan baik dari dalam maupun dari
luar

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan
Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di
Wisma Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia, maka kesimpulan yang
di dapat adalah,sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan data pada hasil pengkajian yang telah dilakukan,
penulis mengumpulkan data berupa subjektif maupun objektif melalui
anamnesa secara langsung pada pasien. Hasil pada pengkajian
menunjukkan, masalah keperawatan yang diteggakkan oleh penulis yaitu
Ansietas, defisit pengetahuan dan risiko cedera.
2. Intervensi Keperawatan
Perencanan tindakan keperawatan penulis tetapkan sesuai dengan
buku Standar Intervesni Keperawatan Indonesia (SIKI), dengan
merencanakan tindakan reduksi ansietas, eduksi kesehatan, dan
pencegahan cedera kepada pasien dan keluarga.
B. Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan
dirinya. Dan kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma
sakura disarankan untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola
makannya, pola istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada mahasiswa di harapakan makalah ini dapat berguna dan
menambah pengetahuan serta wawasan, dan untuk [enyusunan makalah
kedepannya dapat di jadikan sebagai bahan referesi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks. (2014). Medical Surgical Nursing
(vol2). Jakarta: Salemba Medika.

Ilyas, S. (2014). Ilmu Penyakit Mata (Edisi 5). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.

Nugraha, D. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Penglihatan. Pustaka Baru Press.

Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata & Penglihatan. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. In Practice Nurse.

Warouw, H. J., Tambuwun, S., & Pandeirot, G. M. (2018). Dampak Edukasi


terhadap Kecemasan Pasien Pra Operasi Katarak di Rumah Sakit Mata Provinsi
Sulawesi Utara. Juiperdo, 6(1), 23–31.

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai