OLEH
KELOMPOK
1. PASKALIA AVANI USBOKO
2. YEYEN ALFIANI FAKU
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Bebat & Bidai” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan,
ataupun kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif
dari semua pihak untuk kesempurnaan hasil makalah ini.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah di berikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
1.2 TUJUAN................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1 DEFINISI................................................................................................................. 3
2.2 TUJUAN….............................................................................................................. 3
2.3 INDIKASI..................................................……...................................................... 4
2.4 KONTRAINDIKASI............................................................................................... 5
2.5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP).................................................. 5
2.6 HASIL RISET DAN PEMBAHASAN.................................................................... 11
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................... 13
3.2 SARAN.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
3
Kasus traumatologi seiring dengan kemajuan jaman akan cenderung semakin
meningkat, sehingga seorang perawat dituntut mampu memberikan pertolongan pertama
pada kasus kecelakaan yang menimpa pasien. Di antara kasus traumatologi tersebut sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kaki tergelincir saat menuruni tangga,
seorang peragawati yang menggunakan sepatu berhak tinggi tergelincir saat berjalan di atas
cat walk , bahkan kasus patah tulang leher akibat kecelakaan lalu-lintas yang dapat
menyebabkan kematian.
Pemberian pertolongan pertama dengan imobilisasi yang benar akan sangat bermanfaat
dan menentukan prognosis penyakit. Sebagian besar kasus traumatologi membutuhkan
pertolongan dengan pembebatan dan pembidaian. Pembebatan adalah keterampilan medis
yang harus dikuasai oleh seorang perawat. Bebat memiliki peranan penting dalam membantu
mengurangi pembengkakan, mengurangi kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu
mengurangi ketegangan jaringan luka. Pertolongan pertama yang harus diberikan pada patah
tulang adalah berupaya agar tulang yang patah tidak saling bergeser (mengusahakan
imobilisasi), apabila tulang saling bergeser akan terjadi kerusakan lebih lanjut. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang bidai yang dipasang melalui dua sendi.
Dengan prosedur yang benar, apabila dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan
cedera yang lebih parah.
Pembebatan dan pembidaian memegang peranan penting dalam manajemen awal dari
trauma muskuloskeletal, seperti fraktur ekstremitas, dislokasi sendi dan sprain (terseleo).
Pemasangan bebat dan bidai yang adekuat akan menstabilkan ekstremitas yang mengalami
trauma, mengurangi ketidaknyamanan pasien dan memfasilitasi proses penyembuhan
jaringan. Tergantung kepada tipe trauma atau kerusakan, pembebatan atau pembidaian dapat
menjadi satu-satunya terapi atau menjadi tindakan pertolongan awal sebelum dilakukan
proses diagnostik atau intervensi bedah lebih lanjut.
1.2 Tujuan
4
Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari penggunaan bebat dan bidai
Mahasiswa dapat mengetahui indikasi dari bebat dan bidai
Mahasiswa dapat mengetahui kontraindikasi dari bebat dan bidai
Mahasiswa dapat mengetahui SOP dan mempraktekkan bebat dan bidai
Mahasiswa dapat mengetahui riset dan pembahasan tentang bebat dan bidai
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
5
2.1.1 Definisi Bebat
Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan bidai
ini dipasang dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur
terbuka (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016). Sedangkan menurut Insani dan Risnanto
(2014) bidai merupakan suatu alat yang di gunakan dalam melakukan imobilisasi pada
fraktur atau tulang yang patah.
2.2 Tujuan
Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang
berfungsi mencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir,
Podding, dkk, 2016). Menurut Schneider (2011) bidai digunakan betujuan sebagai proteksi
6
luka guna meminimalisir keparahan pada luka, mengurangi rasa sakit, dan sebagai
penopang bagian badan yang terluka.
2.3 Indikasi
Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah satu bagian tubuh diluruskan.
2.4 Kontraindikasi
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas, pernafasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilkan. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat
7
pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah
sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
I. Pembebatan
Pengertian Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan
bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu.
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan
penutup luka.
[ CITATION Mei15 \l 1033 ]
Tujuan Tujuan pembalutan:
Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser pada tempatnya
Mencegah terjadinya pembengkakan, menyokong bagian tubuh
yang cedera
Mencegah terjadinya kontaminasi
[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
Prinsip Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat karena dapat
mengganggu sirkulasi.
Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas.
Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya
gangguan sirkulasi.
Bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit
dilonggarkan tapi tetap rapat, kemudian evaluasi keadaan
sirkulasi.
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
Syarat Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa
batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan.
Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan,
bentuk dan besarnya bagian tubuh yang akan dibalut.
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
Teknik Pembebatan Menggunakan Pembalut Segitiga
Prosedur A. Persiapan alat
1. Mitela
2. Sarung tangan bersih
B. Persiapan diri
1. Lepaskan semua aksesoris yang terdapat pada tangan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
8
C. Prosedur
a. Untuk fiksasi cedera tulang atau sendi dan luka di kepala pada
temporal
1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang (lipat 8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah mitela
pada pelipis dan lingkarkan pada area frontalis
3. Lilitkan (pelintir) menyilang pada sisi yang berlawanan sehingga
membentik sudut 900
4. Ikatkan ujug ujug mitela pada pipi sisi berlawanan pasien, tepat
pada bagian atas luka.
9
mitela pada dagu
3. Ikatlah secara vertical ke belakang
4. Ujung yang akan di pelentir (di bawah telinga kiri atau kanan)
disesuaikan oleh perawat dan pelentirlah bagian tersebut.
5. Bagian kain yang pendek di tarik melewati prosesus
mastoideus sampai keatas kepala dan bagian kain yang
panjang di tarik melewati bawah dagu/ mandibula sampai ke
atas kepala dan kemudiaan ikat.
e. Fiksasi untuk cedera siku dan lutut
1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang
(lipat 8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah
mitela pada daerah yang terluka
3. Ikatlah dari siku kearah depan tepat diatas arteri radialis
4. Salah satu ujung kain di tarik ke bagia atas dan ujung
lainnya di tarik ke bawah
5. Bagian yang di tarik keatas di putar kearah bawah dan
bagian yang diatarik kebawah di putar kearah atas
6. Silanglah di belakang siku lalu putar kedepan dan ikatlah.
10
Teknik Pembebatan Menggunakan Pembalut Gulung/ Elastik Verban
Untuk Membalut Luka
Prosedur A. Persiapan Alat
1. verban elastic
2. kasa steril
3. plester
4. Sarung tangan bersih
B. Persiapan diri
1. Lepaskan semua aksesoris yang terdapat pada tangan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
C. Prosedur
a. Pada Tangan
1. Tutup luka dengan kasa steril
2. Lilitlah verban elastic 3 kali pada bagian pergelangan
3. Lipatlah kearah atas dengan sudut sejauh 45 derajat
dengan jarak kira-kira 1 cm
4. Tarik lagi kebawah dengan sudut 45 derajat (jarak 1 cm
sehingga membentuk sisi)
5. Setelah verban elastic menutupi luka maka buatlah simpul
dan kuncilah dengan menggunakan kawat pengait verban
elastic.
b. Pada Jari
1. Lipatlah kasa rol dari pangkal jari bagian depan ke
punggung sebanyak 3x3
2. Putarlah kerah samping dan lilitlah sebanyak 3 kali
3. Tariklah ke telapak tangan dan buatlah simpul ke
pergelangan tangan
4. Setelah membuat simpul ke pergelangan tangan, lipatlah
bagian ujungnya dan sisipkan.
c. Pada Ankle Kaki
1. Mulai lilit perban dari pangkal punggung kaki lalu
11
lingkarkan ke ujung tumit sebanyak 3x
2. Putarlah perban sedikit kebawah tumit melalui telapak
kaki, menutupi pinggir 3 putaran sebelumnya bagian
bawah.
3. Kemudian putar perban sedikit keatas tumit melalui
pergelangan kaki, menutupi pinggir 3 putaran sebelumnya
bagian atas
4. Putarlah kebawah dan keatas secara bergantian melalui
telapak dan pergelanngan kaki.
5. Putarlah sisa perban sebanyak 3 putaran pada pergelangan
kaki dan sisipkan ujung perban.
II. Pembidaian
Pengertian Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan
atau letak tulang yang patah.
Alat penunjang berupa sepotong tongkat, bilah papan, tidak mudah
bengkok ataupun patah. Alat penunjang berupa sepotong tongkat,
bilah papan, tidak mudah bengkok ataupun patah, bila dipergunakan
akan berfungsi untuk mempertahankan, menjamin tidak mudah
bergerak sehingga kondisi patah tulang tidak makin parah.
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
Tujuan Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri
dan mencegah kerusakan lebih lanjut
Mempertahankan posisi yang nyaman
Mempermudah transportasi korban
Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
Mempercapat proses penyembuhan
[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
Syarat Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Panjang bidai diusahakan melampaui dua sendi yang membatasi
bagian yang mengalami patah tulang.
Usahakan bidai dengan lapisan empuk agar tidak membuat sakit.
Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan dua sendi tulang
yang patah.
Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
12
1. Pulse : apakah denyut nadi masih teraba ?
2. Sensasi : apakah masi bereaksi terhadap rangsangan atau
tidak ?
3. Motorik : apakah masih ada pergerakan atau tidak ?
Prosedur A. Persiapan alat :
1. Spalk / Papan bidai
2. Mitela lipat delapan seperlunya
3. Kasa streil (jika perlu)
4. Betadin (jika perlu)
B. Persiapan diri
cuci tangan dan lepaskan semua aksesoris yang di gunakan (jam
tangan)
C. Prosedur
Pembidaian pada kaki
1. Pastikan daerah yang fraktur apakah pada femur atau patella
2. Saat akan memasang spalk pastikan bahwa pembidaian
melewati dua sendi
3. Jika terdapat luka terbuka, lakukan teknik asepsis dan
antiseptik kemudian deep (balut tekan) untuk menghentikan
perdarahan, harus mengikat diatas luka terlebih dahulu.
4. Pasang spalk pada area yang akan di bidai
5. Sebelum pemasangan bidai pastikan PSM
13
7. Ikatlah ujung mitela dengan cara memasukkan ujungnya dari
arah yang berlawanan
8. Cek kembali PSM pasien, jika terjadi penurunan atau tidak
ada respon maka buka kembali pembidaian.
Pada cedera clavikula
1. Siapkan 2 mitela lipat delapan
2. Buat bantalan menggunakan mitela lipat delapan dan letakan
pada klavikula yang patah
3. Letakkan bagian tengah mitela tepat pada belakang leher dan
gantungkan kedepan
4. Tarik kedua ujung mitela melewati aksila ke belakang
5. Ikatlah mitela di belakang membentuk ransel
1. Judul Riset :
Pengaruh pembidaian terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
fraktur tertutup di ruangan IGD RSUD DR. Achmad Mochtar, Bukit
Tinggi tahun 2018
Populasi : Pasien di ruangan IGD RSUD DR. Achmad Mochtar, Bukit Tinggi
Intervensi :
Intervensi yang di lakukan adalah dengan melakukan pembidaian
diketahui rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian adalah 5,75,
dengan standar deviasi 1,483. Skala nyeri terendah 3 (nyeri ringan) dan
tertinggi 8 (nyeri berat bisa terkontrol). Dari hasil estimasi disimpulkan
bahwa 95% diyakini rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian
adalah 4,96 – 6,54 (nyeri sedang).
Hasil :
14
Diketahui rerata skala nyeri sesudah dilakukan pembidaian adalah 4,06,
dengan standar deviasi 1,181. Skala nyeri terendah 3 (nyeri ringan) dan
tertinggi 6 (nyeri sedang). Dari hasil estimasi disimpulkan bahwa 95%
diyakini rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian adalah 3,43 –
4,69 (nyeri ringan - sedang).
Kesimpulan :
2. Judul riset : Penggunaan pembalut herbal sebagai absorbed pada modern dressing
Populasi :
15
Kesimpulan :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
Pembebatan dan pembidaian merupakan keterampilan medis untuk memberikan
pertolongan pertama pada trauma atau kasus kecelakaan dengan prinsip mengimobilisasikan
bagian tubuh yang mengalami gangguan atau patah tulang.
Pembebatan atau bandage adalah pertolongan pertama pada kasus trauma yang sifatnya
non fraktur, sedangkan pembidaian atau splint diberikan pada kasus trauma yang dicurigai
adanya tanda-tanda fraktur.
Pembebatan dan Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan adanya fraktur baik
terbuka/tertutup, adanya kecurigaan adanya fraktur dan dislokasi persendian
Pembebatan dan pembidaian tidak dilakukan jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau
gangguan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya
penderita ke rumah sakit.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada
sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Bouwhuizen, M. 1991. Bahan Bebat dan Pembebatan Luka dalam Ilmu Keperawatan Bagian
I.EGC. Jakarta.
17
Stevens, P.J.M., Almekinders, G.I., Bordui, F., Caris, J., van der Meer, W.E., van der Weyde,
J.A.G. 2000. Pemberian Pertolongan Pertama dalam Ilmu Keperawatan . EGC. Jakarta.
Suwardi, Imobilisasi dan Transportasi Tim Penyusun Buku Pedoman Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan, Markas Besar Palang Merah Indonesia.
18