Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BEBAT & BIDAI

OLEH

KELOMPOK
1. PASKALIA AVANI USBOKO
2. YEYEN ALFIANI FAKU

TINGKAT III REGULAR A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Bebat & Bidai” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan,
ataupun kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif
dari semua pihak untuk kesempurnaan hasil makalah ini.
            Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah di berikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Kupang, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
1.2 TUJUAN................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1 DEFINISI................................................................................................................. 3
2.2 TUJUAN….............................................................................................................. 3
2.3 INDIKASI..................................................……...................................................... 4
2.4 KONTRAINDIKASI............................................................................................... 5
2.5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP).................................................. 5
2.6 HASIL RISET DAN PEMBAHASAN.................................................................... 11
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................... 13
3.2 SARAN.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

3
Kasus traumatologi seiring dengan kemajuan jaman akan cenderung semakin
meningkat, sehingga seorang perawat dituntut mampu memberikan pertolongan pertama
pada kasus kecelakaan yang menimpa pasien. Di antara kasus traumatologi tersebut sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kaki tergelincir saat menuruni tangga,
seorang peragawati yang menggunakan sepatu berhak tinggi tergelincir saat berjalan di atas
cat walk , bahkan kasus patah tulang leher akibat kecelakaan lalu-lintas yang dapat
menyebabkan kematian.

Pemberian pertolongan pertama dengan imobilisasi yang benar akan sangat bermanfaat
dan menentukan prognosis penyakit. Sebagian besar kasus traumatologi membutuhkan
pertolongan dengan pembebatan dan pembidaian. Pembebatan adalah keterampilan medis
yang harus dikuasai oleh seorang perawat. Bebat memiliki peranan penting dalam membantu
mengurangi pembengkakan, mengurangi kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu
mengurangi ketegangan jaringan luka. Pertolongan pertama yang harus diberikan pada patah
tulang adalah berupaya agar tulang yang patah tidak saling bergeser (mengusahakan
imobilisasi), apabila tulang saling bergeser akan terjadi kerusakan lebih lanjut. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang bidai yang dipasang melalui dua sendi.
Dengan prosedur yang benar, apabila dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan
cedera yang lebih parah.

Pembebatan dan pembidaian memegang peranan penting dalam manajemen awal dari
trauma muskuloskeletal, seperti fraktur ekstremitas, dislokasi sendi dan sprain (terseleo).
Pemasangan bebat dan bidai yang adekuat akan menstabilkan ekstremitas yang mengalami
trauma, mengurangi ketidaknyamanan pasien dan memfasilitasi proses penyembuhan
jaringan. Tergantung kepada tipe trauma atau kerusakan, pembebatan atau pembidaian dapat
menjadi satu-satunya terapi atau menjadi tindakan pertolongan awal sebelum dilakukan
proses diagnostik atau intervensi bedah lebih lanjut.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum:


Mahasiswa mampu mengetahui tentang pembebatan dan pembidaian
1.2.2 Tujuan Khusus:
 Mahasiswa dapat mengetahui apa itu bebat dan bidai

4
 Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari penggunaan bebat dan bidai
 Mahasiswa dapat mengetahui indikasi dari bebat dan bidai
 Mahasiswa dapat mengetahui kontraindikasi dari bebat dan bidai
 Mahasiswa dapat mengetahui SOP dan mempraktekkan bebat dan bidai
 Mahasiswa dapat mengetahui riset dan pembahasan tentang bebat dan bidai

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

5
2.1.1 Definisi Bebat

Pembalutan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai cara mengurangi


resiko kerusakan jaringan yang terjadi dan selanjutnya mencegah maut, mengurangi nyeri,
serta mencegah kecacatan dan infeksi (Susilowati, 2015). Menurut Purwoko (2007)
pembebatan merupakan bahan bersih yang digunakan untuk menutup luka.

2.1.2 Definisi Bidai

Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan bidai
ini dipasang dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur
terbuka (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016). Sedangkan menurut Insani dan Risnanto
(2014) bidai merupakan suatu alat yang di gunakan dalam melakukan imobilisasi pada
fraktur atau tulang yang patah.

2.2 Tujuan

2.2.1 Tujuan Bebat

Tujuan pembalutan adalah untuk meminimalisir resiko terjadinya kerusakan jaringan


guna mencegah keparahan kondisi, mengurangi rasa sakit, serta mencegah kecacatan dan
infeksi (Susilowati, 2015). Tujuan lain dari pembalutan yaitu melindungi luka terbuka
terkontaminasi, menghentikan perdarahan, memperbaiki suhu tubuh, melekatkan sesuatu
seperti obat dan bidai (Risnanto dan Insani, 2014). Menurut Jirkovsky et all (2014) balut
digunakan sebagai perlindungan (protection), kompresi (compression), fiksasi (fixation),
pendukung (supporting), pemakaian jangka panjang (extended wear), dan memperbaiki
(redressing).

2.2.2 Tujuan Bidai

Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang
berfungsi mencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir,
Podding, dkk, 2016). Menurut Schneider (2011) bidai digunakan betujuan sebagai proteksi

6
luka guna meminimalisir keparahan pada luka, mengurangi rasa sakit, dan sebagai
penopang bagian badan yang terluka.

2.3 Indikasi

Pembebatan dan Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan:

 Adanya fraktur baik terbuka/tertutup


 Adanya kecurigaan adanya fraktur.
 Dislokasi persendian

Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah satu bagian tubuh diluruskan.

 Pasien merasakan tulangnya terasa patah /mendengar bunyi “krek”


 Ekstremitas yang cidera lebih pendek dari yang sehat /mngalami angulasi abnormal.
 Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cidera
 Posisi ekstremitas yang abnormal
 Memar
 Bengkak
 Perubahan bentuk
 Nyeri gerak aktif dan pasif
 Nyeri sumbu
 Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang
mengalami cidera (krepitasi )
 Fungsiolaesa
 Perdarahan bisa ada /tidak.
 Hilangnya denyut nadi /rasa raba pada distal lokasi cidera.
 Kram otot sekitar lokasi cidera

2.4 Kontraindikasi

Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas, pernafasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilkan. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat

7
pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah
sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

2.5 Standar Operasional Prosedur (SOP)

I. Pembebatan
Pengertian Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan
bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu.
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan
penutup luka.
[ CITATION Mei15 \l 1033 ]
Tujuan Tujuan pembalutan:
 Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser pada tempatnya
 Mencegah terjadinya pembengkakan, menyokong bagian tubuh
yang cedera
 Mencegah terjadinya kontaminasi
[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
Prinsip  Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat karena dapat
mengganggu sirkulasi.
 Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas.
 Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya
gangguan sirkulasi.
 Bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit
dilonggarkan tapi tetap rapat, kemudian evaluasi keadaan
sirkulasi.
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
Syarat  Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa
batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan.
 Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan,
bentuk dan besarnya bagian tubuh yang akan dibalut.
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
Teknik Pembebatan Menggunakan Pembalut Segitiga
Prosedur A. Persiapan alat
1. Mitela
2. Sarung tangan bersih

B. Persiapan diri
1. Lepaskan semua aksesoris yang terdapat pada tangan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan

8
C. Prosedur
a. Untuk fiksasi cedera tulang atau sendi dan luka di kepala pada
temporal
1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang (lipat 8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah mitela
pada pelipis dan lingkarkan pada area frontalis
3. Lilitkan (pelintir) menyilang pada sisi yang berlawanan sehingga
membentik sudut 900

4. Ikatkan ujug ujug mitela pada pipi sisi berlawanan pasien, tepat
pada bagian atas luka.

b. Untuk fiksasi cedera tulang dan luka pada area frontalis


1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang (lipat 8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah mitela
pada daerah yang terluka
3. Ikatkan secara horizontal memutar dahi pasien
4. Pelintir pada bagian belakanng kepala pasien
5. Putar kembali kedepan pada area luka dan ikat tepat diatas luka

c. Fiksasi untuk cedera mata


1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang (lipat
8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah
mitela pada daerah mata
3. Ikat miring kebelakang
4. Pelintir pada bagian belakang kepala pasien
5. Putar kembali ke depan dahi secara horizontal dan buatlah
ikatan tepat di tengah-tengah dahi, tidak boleh diikat diatas
mata.
d. Fiksasi untuk cedera pada dagu (maksila)
1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang (lipat 8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah

9
mitela pada dagu
3. Ikatlah secara vertical ke belakang
4. Ujung yang akan di pelentir (di bawah telinga kiri atau kanan)
disesuaikan oleh perawat dan pelentirlah bagian tersebut.
5. Bagian kain yang pendek di tarik melewati prosesus
mastoideus sampai keatas kepala dan bagian kain yang
panjang di tarik melewati bawah dagu/ mandibula sampai ke
atas kepala dan kemudiaan ikat.
e. Fiksasi untuk cedera siku dan lutut
1. Lipat mitela memanjang menjadi 8 bagian memanjang
(lipat 8)
2. Bagi mitela menjadi dua bagian dan pasang bagian tengah
mitela pada daerah yang terluka
3. Ikatlah dari siku kearah depan tepat diatas arteri radialis
4. Salah satu ujung kain di tarik ke bagia atas dan ujung
lainnya di tarik ke bawah
5. Bagian yang di tarik keatas di putar kearah bawah dan
bagian yang diatarik kebawah di putar kearah atas
6. Silanglah di belakang siku lalu putar kedepan dan ikatlah.

i. Untuk penyangga lengan atau bahu


1. Bentangkan mitela didepan dada pasien dengan tangan pasien
yang akan disangga fleksi 900 didepan dada membagi mitela
menjadi dua bagian sama besar

2. Lipat mitela menjadi dua bagian sebagai penyangga dan ikatkan


ujung-ujung mitela pada belakang leher pasien. Ujung mitela
yang lancip harus berada pada siku tangan yang sakit.

10
Teknik Pembebatan Menggunakan Pembalut Gulung/ Elastik Verban
Untuk Membalut Luka
Prosedur A. Persiapan Alat
1. verban elastic
2. kasa steril
3. plester
4. Sarung tangan bersih

B. Persiapan diri
1. Lepaskan semua aksesoris yang terdapat pada tangan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
C. Prosedur
a. Pada Tangan
1. Tutup luka dengan kasa steril
2. Lilitlah verban elastic 3 kali pada bagian pergelangan
3. Lipatlah kearah atas dengan sudut sejauh 45 derajat
dengan jarak kira-kira 1 cm
4. Tarik lagi kebawah dengan sudut 45 derajat (jarak 1 cm
sehingga membentuk sisi)
5. Setelah verban elastic menutupi luka maka buatlah simpul
dan kuncilah dengan menggunakan kawat pengait verban
elastic.
b. Pada Jari
1. Lipatlah kasa rol dari pangkal jari bagian depan ke
punggung sebanyak 3x3
2. Putarlah kerah samping dan lilitlah sebanyak 3 kali
3. Tariklah ke telapak tangan dan buatlah simpul ke
pergelangan tangan
4. Setelah membuat simpul ke pergelangan tangan, lipatlah
bagian ujungnya dan sisipkan.
c. Pada Ankle Kaki
1. Mulai lilit perban dari pangkal punggung kaki lalu

11
lingkarkan ke ujung tumit sebanyak 3x
2. Putarlah perban sedikit kebawah tumit melalui telapak
kaki, menutupi pinggir 3 putaran sebelumnya bagian
bawah.
3. Kemudian putar perban sedikit keatas tumit melalui
pergelangan kaki, menutupi pinggir 3 putaran sebelumnya
bagian atas
4. Putarlah kebawah dan keatas secara bergantian melalui
telapak dan pergelanngan kaki.
5. Putarlah sisa perban sebanyak 3 putaran pada pergelangan
kaki dan sisipkan ujung perban.

II. Pembidaian
Pengertian Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan
atau letak tulang yang patah.
Alat penunjang berupa sepotong tongkat, bilah papan, tidak mudah
bengkok ataupun patah. Alat penunjang berupa sepotong tongkat,
bilah papan, tidak mudah bengkok ataupun patah, bila dipergunakan
akan berfungsi untuk mempertahankan, menjamin tidak mudah
bergerak sehingga kondisi patah tulang tidak makin parah.
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]
Tujuan  Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri
dan mencegah kerusakan lebih lanjut
 Mempertahankan posisi yang nyaman
 Mempermudah transportasi korban
 Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
 Mempercapat proses penyembuhan
[ CITATION Aul17 \l 1033 ]
Syarat  Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
 Panjang bidai diusahakan melampaui dua sendi yang membatasi
bagian yang mengalami patah tulang.
 Usahakan bidai dengan lapisan empuk agar tidak membuat sakit.
 Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan dua sendi tulang
yang patah.
 Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat
[ CITATION DrK07 \l 1033 ]

Pembidaian Untuk Imobilisasi Tulang Panjang


Prinsip : Untuk melakukan pembidaian kita harus memastikan lokasi fraktur,
Jika pembidaian di laukan di femur maka bagian ujung spalk yang
mengenai selankangan dan aksila harus di beri bantalan.
sebelum dan sesudah pemasangan bidai kita harus mastikan :

12
1. Pulse : apakah denyut nadi masih teraba ?
2. Sensasi : apakah masi bereaksi terhadap rangsangan atau
tidak ?
3. Motorik : apakah masih ada pergerakan atau tidak ?
Prosedur A. Persiapan alat :
1. Spalk / Papan bidai
2. Mitela lipat delapan seperlunya
3. Kasa streil (jika perlu)
4. Betadin (jika perlu)

B. Persiapan diri
cuci tangan dan lepaskan semua aksesoris yang di gunakan (jam
tangan)
C. Prosedur
Pembidaian pada kaki
1. Pastikan daerah yang fraktur apakah pada femur atau patella
2. Saat akan memasang spalk pastikan bahwa pembidaian
melewati dua sendi
3. Jika terdapat luka terbuka, lakukan teknik asepsis dan
antiseptik kemudian deep (balut tekan) untuk menghentikan
perdarahan, harus mengikat diatas luka terlebih dahulu.
4. Pasang spalk pada area yang akan di bidai
5. Sebelum pemasangan bidai pastikan PSM

6. Masukkan mitela dari bawah kaki dengan menggunakan


papan yang datar dan keras (agar tidak terjadi pergesaran
pada tulang yang fraktur)

13
7. Ikatlah ujung mitela dengan cara memasukkan ujungnya dari
arah yang berlawanan
8. Cek kembali PSM pasien, jika terjadi penurunan atau tidak
ada respon maka buka kembali pembidaian.
Pada cedera clavikula
1. Siapkan 2 mitela lipat delapan
2. Buat bantalan menggunakan mitela lipat delapan dan letakan
pada klavikula yang patah
3. Letakkan bagian tengah mitela tepat pada belakang leher dan
gantungkan kedepan
4. Tarik kedua ujung mitela melewati aksila ke belakang
5. Ikatlah mitela di belakang membentuk ransel

2.6 Hasil riset dan pembahasan

1. Judul Riset :
Pengaruh pembidaian terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
fraktur tertutup di ruangan IGD RSUD DR. Achmad Mochtar, Bukit
Tinggi tahun 2018
Populasi : Pasien di ruangan IGD RSUD DR. Achmad Mochtar, Bukit Tinggi
Intervensi :
Intervensi yang di lakukan adalah dengan melakukan pembidaian
diketahui rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian adalah 5,75,
dengan standar deviasi 1,483. Skala nyeri terendah 3 (nyeri ringan) dan
tertinggi 8 (nyeri berat bisa terkontrol). Dari hasil estimasi disimpulkan
bahwa 95% diyakini rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian
adalah 4,96 – 6,54 (nyeri sedang).
Hasil :

14
Diketahui rerata skala nyeri sesudah dilakukan pembidaian adalah 4,06,
dengan standar deviasi 1,181. Skala nyeri terendah 3 (nyeri ringan) dan
tertinggi 6 (nyeri sedang). Dari hasil estimasi disimpulkan bahwa 95%
diyakini rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian adalah 3,43 –
4,69 (nyeri ringan - sedang).
Kesimpulan :

Diketahui bahwa rerata skala nyeri sebelum dilakukan pembidaian


adalah 5,75 dengan standar deviasi 1,483. Skala nyeri sesudah dilakukan
pembidaian adalah 4,06 dengan standar deviasi 1,181. Terlihat
perbedaan rerata (mean different) sebelum dan sesudah dilakukan
pembidaian adalah 1,69 dengan nilai t = 4,521. Dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pembidaian terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien fraktur tertutup di Ruangan IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018, nilai p = 0,000 (p < 0,05).

2. Judul riset : Penggunaan pembalut herbal sebagai absorbed pada modern dressing

Populasi :

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus (DM)


yang mengalami ulkus diabetikum di Kota Semarang.

Intervensi : Intervensi yang dilakukan melakukan pembalutan herbal

Hasil : Jumlah eksudat yang terserap oleh pembalut herbal

Responden Berat awal (gram) Berat akhir (gram)


Responden 1 64 360
Responden 2 16 80
Responden 3 8 40

15
Kesimpulan :

Setelah selama 3 hari digunakan untuk menutup luka, pembalut herbal


lebih banyak menyerap eksudat dari pada kassa biasa. Kondisi luka
ketika menggunakan pembalut herbal juga lebih baik. Perdarahan yang
terjadi sangat minimal, dasar luka kemerahan, bau tidak terlalu
menyengat, dan berkurangnya edema. Responden juga merasakan lebih
nyaman menggunakan pembalut herbal karena ringan, tidak bocor, serta
mengurangi nyeri dan bau

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

16
Pembebatan dan pembidaian merupakan keterampilan medis untuk memberikan
pertolongan pertama pada trauma atau kasus kecelakaan dengan prinsip mengimobilisasikan
bagian tubuh yang mengalami gangguan atau patah tulang.

Pembebatan atau bandage adalah pertolongan pertama pada kasus trauma yang sifatnya
non fraktur, sedangkan pembidaian atau splint diberikan pada kasus trauma yang dicurigai
adanya tanda-tanda fraktur.

Pembebatan dan Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan adanya fraktur baik
terbuka/tertutup, adanya kecurigaan adanya fraktur dan dislokasi persendian

Pembebatan dan pembidaian tidak dilakukan jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau
gangguan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya
penderita ke rumah sakit.

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada
sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen, M. 1991. Bahan Bebat dan Pembebatan Luka dalam Ilmu Keperawatan Bagian
I.EGC. Jakarta.

17
Stevens, P.J.M., Almekinders, G.I., Bordui, F., Caris, J., van der Meer, W.E., van der Weyde,
J.A.G. 2000. Pemberian Pertolongan Pertama dalam Ilmu Keperawatan . EGC. Jakarta.

Suwardi, Imobilisasi dan Transportasi Tim Penyusun Buku Pedoman Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan, Markas Besar Palang Merah Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai