Anda di halaman 1dari 45

Asuhan keperawatan pada pasien

CHF dan IMA


berserta Evidence Based Practice
Nursing
Konsep CHF (Congestive Hearth
Failure)
Definisi
 Penyakit gagal jantung yang istilah medisnya disebut dengan “Heart Failure ataiu
Cardiac Failure”, merupakan keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya (Curah) jantung [cardiac output]
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh (Majid, 2016)

 Gagal jantung kongestif adalah gangguan multisistem yang terjadi


apabila jantung tidak lagi mampu menyemprotkan darah yang
mengalir kedalamnya melalui sistem vena. Yang tidak termasuk dalam
defenisi ini adalah kondisi yang gangguan curah jantungnya terjadi
akibat kekurangan darah atau proses lain yang mengganggu aliran
balik darah ke jantung (Kumar, Cotran, & Stanley, 2007)
ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-keadaan yang:
Meningkatkan beban awal, Meningkatkan beban akhir, atau Menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta, dan cacat
septum ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan-keadaan seperti stenosis
aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurunkan pada infark
miokardium dan kardiomiopati. Selain ketiga mekanisme fisiologi yang menyebabkan
gagal jantung, terdapat faktor-faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung
gagal bekerja sebagai pompa. Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel
(misalnya: stenosis katub atrioventrikularis) dapat menyebabkan gagal jantung.
Keadaan-keadaan seperti perikarditis konstriktif dan temponode jantung mengakibatkan
gagal jantung melalui kombinasi beberapa efek seperti gangguan pada pengisian
ventrikel dan ejeksi ventrikel. Dengan demikian jelas sekali bahwa tidak ada satupun
mekanisme fisiologis atau kombinasi berbagai mekanisme yang bertanggung jawab atas
terjadinya gagal jantung.
PATOFISIOLOGI
1. Mekanisme Dasar
Kelainan instrinksik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit
jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel
kiri yang menurun mengurangi sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan
meningkatnya EDV(volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi peningkatn tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan
meningkatnya LVEDP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri(LAP) karena atrium dan ventrikel
berhubungan langsung selama diastol.
2. Respon Kompemsatorik
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat: antara lain yaitu
meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi renin-angiotensin
aldosteron, hipertrofi ventrikel. Ketiga respons kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada awal perjalanan gagal jantung dan pada keadaan istirahat.
3. Peningkatan aktivitas adrenergik simpatik
Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf
adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk
menambah curah jantung. Selain itu juga terjadi vasoktraksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan
arteri dan redistribusi voume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ-organ yang
metabolismenya rendah(misal, kulit dan ginjal) untuk mempertahankan perfusi ke jantung dan otak
Pemeriksaan Fisik
1. Auskultasi nadi apikal biasanya terjadi takikardi (walaupun
dalam keadaan beristirahat)
2. Bunyi jantung S1 dan S2 mungkin melemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah ke atrium yang distensi. Murmur
dapat menunjukan inkompetensi atau stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak
terartur untuk dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain
dengan denyut lemah) mungkin ada.
4. Tekanan darahmeningkat(130/90mmHg)
5. Pemeriksaan kulit: kulit pucat (karena penurunan perfusi
perifer sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori gagal
jantung kronis). Area yang sakit sering berwarna biru / belang
karena peningkatan kongesti vena
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kritis
A. Pengkajian Pasien sistem kardiovaskular
1. Riwayat Keluhan Utama dan Penyakit Saat Ini
 Perawat mulai mengkaji riwayat dengan menyelidiki keluhan utama klien. Pasien diminta menjelaskan
dengan bahasanya sendiri masalah atau alasan mencari bantuan kesehatan. Perawat juga bertanya pada
pasien tentang gejala terkait, termasuk nyeri dada, dispneu, edema kaki/tungkai, palpitasi dan sinkop, batuk
dan hemoptisis, nokturia, sianosis, dan klaudikasi intermiten.
2.Riwayat Kesehatan Sebelumnya
 Ketika mengkaji riwayat kesehatan pasien sebelumnya, perawat menanyakan penyakit pada masa kanak-
kanak seperti demam rematik dan penyakit sebelumnya seperti pneumonia, tuberculosis, tromboflebitis,
emboli paru, infark miokard, diabetes mellitus, penyakit tiroid, atau nyeri dada. Perawat juga menanyakan
tentang pemajanan terhadap kardiotoksik di lingkungan kerja. Terakhir, perawat mencari informasi tentang
bedah jantung atau bedah vaskuler dan setiap pemeriksaan atau intervensi terhadap jantung yang pernah
dilakukan.
3.Status Kesehatan Saat Ini dan Faktor Resiko

 Sebagai bagian pengkajian riwayat kesehatan perawat menanyakan pada perawat tentang penggunaan
obat, vitamin, jamu yang diresepkan atau di beli di warung. Penting untuk menanyakan pada pasien
tentang alergi obat, alergi makanan, atau setiap reaksi alergi sebelumnya terhadap bahan kontras. Perawat
juga menanyakan tentang penggunaan tembakau, obat atau alkohol. Perawat juga bertanya kebiasaan
makan termasuk asupan makanan harian, pembatasan diet atau suplemen diet, dan atau asupan makanan
atau minuman yang mengandung kafein. Pola tidur dan olahraga pasien, dan aktivitas waktu luang juga
harus ditanyakan.
DIAGNOSA
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan yang ditandai
dengan sesak saat melakukan aktifitas (dispneu)pola nafas abnormal,
penggunaan otot bantu pernafasan (Kode 00032)
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan(00032) yang
ditandai dengan penggunaan otot bantu nafas, dispnue, batuk, irama pernafasan
tidak teratur
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan, perubahan elektrokardiogram
(EKG), keletihan, Dispneu setelah beraktifitas, kelemahan umum (Kode
00092)
4) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan keebihan asupan cairan yang
ditandai dengan gangguan pola nafas, penurunan hematokrit, penurunan
hemoglobin, dispneu, edema
INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung
Intervensi: Perawatan Jantung (4040)
1) Pastikan tingkat aktifitas pasien yang tidak membahayakan curah
jantung atau memprovokasi serangan jantung
2) Monitor EKG, lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi
perifer (misalnya cek nadi perifer, edema, warna dan suhu
ekstermitas),
3) Monitor sesak nafas, kelelahan, takipneu dan ortopneu,
4) Lakukan terapi relaksasi sebagaimana semestinya.
5) Monitor tanda-tanda vital
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan keletihan(00032)
 Intervensi : monitor pernafasan Kode: 3350
1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
2) Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok dan mengi
3) Monitor peningkatan kelelahan dan kecemasan
4) Catat onset, karakteristik dan lamanya batuk
5) Posisikan pasien semi fowler
6) Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya
nebulizer).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan
kebutuhan oksigen Kode: 0092

1) kaji hambatan untuk melakukan aktifitas


2) Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan
latihan
3) Dampingi pasien pada saat menjadwalkan latihan secara
rutin
4) Lakukan latihan bersama individu jika perlu
5) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
melakukan aktifitas
Konsep Infrak Miokardial
Pengertian
 Istilah infark miokardium menunjukkan terbentuknya suatu daerah nekrosis miokardium
akibat iskemia lokal. Infark miokar akut yang dikenal sebagai serangan jantung merupakan
penyebab tunggal tersering kematian di negara industri (Robbins, 2007). Infark miokard
merupakan daerah nekrosis otot jantung sebagai akibat berkurangnya pasokan darah koroner
yang tiba-tiba, baik absoluth ataupun relatif. Penyebab paling sering ialah trombosis yang
diperberat atau perdarahan dalam, plak ateromatosa dalam arteri koronaria epikardial
(Underwood, 1999)

 Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome, ACS) meliputi kondisi seperti infark
miokardium akut (acute myocardial infraction, AMI), perubahan gelombang ST diagnostic
pada EKG, dan angina tidak stabil. Miokardium infark yang juga dikenal sebagai serangan
jantung, thrombosis koroner, atau sumbatan koroner, merupakan sumbatan yang tiba-tiba
pada salah satu arteri koroner. Jika sumbatan terjadi pada area yang kecil, nekrosis jaringan
parut dan selanjutnya pembentukan jaringan parut akan terjadi (Rampengan, 2015)
ETIOLOGI
 Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh
penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung
(pembuluh koroner), dan ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai
proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan
darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat
pembuluh darah tersebut.
 Hal tersebut mengakibatkan otot jantung didaerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan
berbagai akibat yang cukup serius, dari angina pektoris sampai
infark jantung, yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.
Patofisiologi
 Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan
suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis
atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah
koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus infark
miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Suddarth, 2014). Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium
mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling disukai adalah infark
miokardium. Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol berlemak tertimbun di intima
arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu
absorbs nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh
darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan lemak menonjol ke lumen
pembuluh darah.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat ditegakkann diagnosis STEMI. Gambaran
STEMI yang terlihat pada EKG antara lain: - Lead II, III, aVF : Infark inferior - Lead
V1-V3 : Infark anteroseptal - Lead V2-V4 : Infark anterior - Lead 1, aV L, V5-V6 :
Infark anterolateral - Lead I, aVL : Infark high lateral - Lead I, aVL, V1-V6 : Infark
anterolateral luas - Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral - Adanya Q valve
patologis pada sadapan tertentu
2) Echocardiogram Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung
khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasound.
3) Foto thorax Foto thorax tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada
bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel
Penatalaksanaan Medis
1) Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2) Monitor EKG
3) Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah garam (bila gagal
jantung).
4) Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5) Atasi nyeri : - Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang. - Lain-lain :
nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker. - Oksigen 2-4 liter/menit. - Sedatif sedang seperti
diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6) Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv
7) Bowel care : laksadin
8) Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh darah koroner.
Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan
trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40%. 9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
IMA
Pengkajian
Kegiatan dalam pengkajian adalah penumpulan data baik
subyektif maupun obyektif dengan tujuan menggali informasi
tentang status kesehatan pasien.
- Identitas klien, riwayat kesehatan, alasan masuk rumah sakit,
keluhan utama, riwayat psikologis, riwayat kesehatan keluarga,
dll
Pemeriksaan Fisik
B1 ( Breathing ) Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung
untuk mengetahui masalah pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Pemeriksaan ini meliputi :

(1) Inspeksi bentuk dada Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem
kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah :

a. Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).

b. Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung).

c. Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).

d. Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam).

e. Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan pasien.


(2) Palpasi rongga dada

Tujuannya : melihat adanya kelainan pada thoraks, menyebabkan adanya tanda penyakit paru dengan pemeriksaan sebagai berikut

a. Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.

b. Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan pada dada pasien saat pasien mengucapkan kata – kata.

(3). Perkusi

Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang terakhir dan sebagian falang kedua jari tengah pada tempat yang hendak
diperkusi. Ketukan ujung jaritengah kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan gerakan bersumbu pada pergelangan tangan. Posisi pasien duduk
atau berdiri.

4. Auskultasi

1..Suara napas normal.

a. Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea seperti meniup pipa besi, suara napas
lebih keras dan pendek saat inspirasi.

b. Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu sternum atas ( torakal 3-4 ). Vesikuler, suara
normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi dan ekspira
2. B2 ( Blood )
a. Inspeksi : inspeksi adanya jaringan parut pada dada pasien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat
meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan
tangan.

b. Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada infark miokard akut tanpa komplikasi
biasanya ditemukan.

c. Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.

d. Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang
disebabkan infark miokard akut. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya
tidak ditemukan pada infark miokard akut tanpa komplikasi.
(3) B3 ( Brain )

 Pemeriksaan neurosensori Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut


selama tidur, bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya
mendadak. Pengkajian meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan kehilangan kontak mata.

(4) B4 ( Bladder )

 Output urin merupakan indikator fungsi jantung yang penting. Penuruan haluaran
urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk
menentukan apakan penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine (
yang terjadi bila perfusi ginjal

 menurun ) atau karena ketidakmampuan pasien untuk buang air kecil. Daerah
suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap
adanya pekak yang menunjukkan kandung kemih yang penuh (distensi kandung
kemih).
5. B5 ( Bowel )

 Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah sakit dan yang
terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau
berkeringat, muntah dan penurunan berat badan. Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi
akibat penurunan aliran balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi
besar, keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini dapat diperiksa dengan menekan hepar secara kuat
selama 30 – 60 detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis sebesar 1 cm.

6. B6 ( Bone )

Pengakajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan berdebar.

b. Keluhan sulit tidur ( karena adanya orthopnea, dispnea noktural paroksimal, nokturia, dan keringat
pada malam hari ).
Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam pasien tidur dalam 24 jam dan apakah
pasien mengalami sulit tidur dan bagimana perubahannya setelah pasien mengalami gangguan pada
sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, pasien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur karena nyeri
dada dan sesak napas
Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :

a. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli


sekunder

b. Nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri koroner ).

c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay


oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis
jaringan miokard
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder

NOC

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

3. Keluarkan sekret dengan batuk efektif

4. Monitoring respirasi dan status oksigen


Nyeri akut b.d hipoksia miokard (Oklusi Arteri
Koroner)

1. Observasi rekasi nonverbal dari ketidaknyamanan

2. Kontrol lingkungan yangdapatmempengaruhi nyeri


sepertisuhu ruangan,pencahayaan,dan kebisingan

3. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard dan
kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard

1.Catat denyut dan ritme jantung, serta perubahan tekanan darah sebelum, selama, dan
setelah aktivitas sesuai indikasi. Nyeri dada dan sesak nafas mungkin terjadi
2. Motivasi pasien untuk melakukan tirah baring. Batasi aktivitas yang menyebabkan
nyeri dada atau respons jantung yang buruk. Berikan aktivitas pengalihan yang
bersifanonstres.
3. Instruksikan pasien untuk menghindaripeningkatan tekanan abdominal, misalnya
mengejan saat buang air besar
4. Jelaskan pola peningkatan tingkat aktivitas, misalnya bangun untuk pergi ke toilet
atau duduk dikurambulasi progresif, dan beristirahat setelah makan.
5. Evaluasi tanda dan gejala yang mencerminkan intoleransi terhadap tingkat aktivitas
yang ada atau memberitahukan pada perawat atau dokter
EVIDENCE BASED
NURSING

CHF
Evidence based practice yang akan dibahas
adalah “ penanganan ketidakefektifan pola
napas pada pasien CHF

P Penanganan ketidakefektifan pola napas pada pasien CHF


I Pengaturan posisi semi fowler & monitor
kecepatan,irama,kedalaman,dan adanya otot bantu napas
C Terapi napas,Nebulizer dan Suction
O Pola napas kembali efektif
T 1 bulan
Jurnal 1 :

 Penulis dan tahun : Wijayati,Ningrum,Putrono ( 2019 ) pengaruh posisi tidur semi fowler 450 terhadap kenaikan
nilai saturasi oksigen pada pasien gagal jantung kongesif di RSUD Loekmono Hadi Kudus.

 Judul : Pengaruh posisi tidur semi fowler 450 terhadap kenaikan nilai saturasi oksigen pada pasien gagal jantung
kongesif di RSUD Loekmono Hadi Kudus.

Metode penelitian :

1. Jenis penelitian ini adalah Pra – Experimental dengan rancangan Pre and Post Test One Group Design. Data
penelitian di analisa menggunakan uji dependent t – test.

2. populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 responden dengan tehnik total sampling yang memenuhi
kriteria inklusi.

4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi

5. Intervensi : Pengaturan posisi semi fowler


 Ringkasan dan Hasil :

1. Hasil penilitian menunjukkan adanya peningkatan kenaikan saturasi oksigen sebelum dan sesudah
diberi posisi semi fowler.
2. Kesimpulannya adalah terdapat perubahan pada responden post yang diberikan posisi semi fowler.
Tindakan tersebut sangat efekif untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen pada pasien CHF.
3. Saran : Pemberian posisi semi fowler adalah tindakan yang sangat penting untuk dilakukan tetapi
juga harus tetap memperhatikan keadaan pasien terhadap adanya kontraindikasi dari tindakan ini.
4. Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat,padat dan jelas yang didalamnya terdapat poin
: latar belakang,tujuan,metode ( menjelaskan desain,lokasi penelitian,teknik pengumpulan data
digunakan ),hasil,pembahasan,dan kesimpulan
5. Kekurangan dalam artikel ini adalah tidak mencantumkan waktu penelitian
6. Implikasi keperawatan : Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh seorang perawat adalah dengan
memberikan pengaturan posisi semi fowler sehingga mencegah terjadinya kerusakan otak akibat
kekurangan oksigen
JURNAL 2

Penulis dan tahun : Hesti Platini,Enda Panca,Nurlaici ( 2018 ), Inspirasi Muscule Training ( IMT )
terhadap nilai saturasi oksigen ( Spo2 ) pada klien dengan gagal jantung kongestif di RSUD Dr Slamet Garut

 Judul : Inspirasi Muscule Training ( IMT ) terhadap nilai saturasi oksigen ( Spo2 ) pada klien dengan
gagal jantung kongestif di RSUD Dr Slamet Garut

 Metode Penelitian :

1. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperiment dengan pre-post test.
Metode pengambilan sampel yaitu concecutive sampling, sampel dalam penelitian ini yaitu 15 orang
kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol dengan total sampel 30 responden pasien gagal
jantung di RSUD Dr Slamet Garut. Analisa data dengan menggunakan uji Paired Sample Test.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah 15 pasien yang menderita gagal jantung kongestif dengan
masalah ketidakefektifan pola napas di RSUD Dr.Slamet Garut.
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden pasien gagal jantung di
RSUD Dr Slamet Garut.
4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan uji Paired Sample Test.
5. Intervensi : latihan otot diafragma untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen dan merupakan
latihan pernapasan yang efektif untuk membantu menstabilkan sirkulasi oksigen.
 Ringkasan dan Hasil :

1. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pada pasien CHF yang telah diberikan intevensi
latihan otot diafragma dimana terjadi peningkatan nilai saturasi oksigen dan membantu
menstabilkan sirkulasi oksigen.

2. Kesimpulannya adalah Latihan inspirai muscle training merupakan latihan yang cukup efektif untuk
menstabilkan sirkulasi oksigen dan meningkatkan saturasi oksigen. Latihan ini membantu
meningkatkan otot pernapasan dan meningkatkan ventilasi oksigen pada pasien gagal jantung.
Latihan ini merupakan intervensi keperawatan mandiri yang dilakukan oleh perawat dan mudah
untuk dilakukan dalam memperbaiki sirkulasi, meningkatkan kapasitas fungsional, menstabilkan
status haemodinamik, dan membantu klien melakukan aktivitas yang tepat sesuai dengan kapasitas
fungsional pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

3. Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat,padat dan jelas yang didalamnya terdapat
poin : latar belakang,tujuan,metode ( menjelaskan desain,lokasi penelitian,teknik pengumpulan data
digunakan ),hasil,pembahasan,dan kesimpulan

4. Kekurangan dalam artikel ini adalah tidak mencantumkan waktu penelitian : Implikasi keperawatan
: Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh seorang perawat adalah dengan memberikan
pengaturan posisi semi fowler sehingga mencegah terjadinya kerusakan otak akibat kekurangan
oksigen
JURNAL 3

 Penulis dan tahun : Suci Khasanah,Danang Tri yudono,Surtiningsih ( 2019 ), Perbedaan saturasi oksigen dan respirasi
rate pasien congestive heart failure pada peruban posisi RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo Purwokerto.

 Judul : Perbedaan saturasi oksigen dan respirasi rate pasien congestive heart failure pada peruban posisi RSUD
Prof.DR.Margono Soekarjo Purwokerto.

 Metode penelitian :

1. Metode penelitian ini menggunakan teknik sampling. Adapun perubah yang diamati meliputi tekanan darah, nadi,
SaO2 dan RR, pada setiap perubahan posisi yang dimanipulasi penulis dari awal head up, semi fowler dan fowler.
Adapun desain yang digunakan adalah pre experiment dengan desain penelitian one group pretest-posttest serial
design.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami CHF Grade NYHA III dengan masalah ketidakefektifan
pola napas di RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo Purwokerto

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 responden

4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan terhadap status pernafasan meliputi respirasi rate dan
SaO2. Sedangkan untuk penentuan pasien CHF dan identitas responden menggunakan teknik study dokumentasi
yaitu menggunakan sumber dokumen rekam medik pasien.

5. Intervensi : Melakukan pengaturan posisi head up ke semi fowler dan fowler untuk meningkatkan saturasi SaO2
 Ringkasan dan Hasil :

1. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara posisi head up dengan penurunan
presentase saturasi okisgen. Perbedaan nilai SaO2 terlihat antara posisi head up dengan posisi
fowler.Dari posisi head up ke semi fowler RR cederung menurun, namun dari posisi semi fowler ke
fowler cenderung menetap. Analisis multivariate menunjukan tidak ada perbedaan nilai RR antara
posisi head up, semi fowler dan fowler.
2. Kesimpulannya adalah ada perbedaan nilai SaO2 pasien CHF pada posisi head up, semi fowler dan
fowler bermkana secara statistik dan tidak ada perbedaan nilai RR pasien CHF pada posisi head up,
semi fowler dan fowler.
3. Saran : Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan agar para perawat dapat mengambil langkah
yang tepat khusunya upaya dalam meningkatkan saturasi oksigen pada pasien CHF
4. Kelebihan dalam artikel ini adalah Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat,padat dan
jelas yang didalamnya terdapat poin : latar belakang,tujuan,metode ( menjelaskan desain,lokasi
penelitian,teknik pengumpulan data digunakan ),hasil,pembahasan,dan kesimpulan.
5. Kekurangan dalam artikel ini peneliti tidak mencantumkan keterangan waktu penelitian
6. Implikasi Keperawatan : Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh seorang perawat adalah
dengan memberikan pengaturan posisi semi fowler sehingga mencegah terjadinya kerusakan otak
akibat kekurangan oksigen
Evidence Based
Practice IMA
Evidence based pracite yang akan dibahas adalah “ Penanganan
nyeri pada pasien IMA’’

P Penanganan nyeri pada pasien IMA

I Teknik relaksasi & Observasi lokasi,karakteristik,kualitas dan derajat nyeri

C Terapi analgetik,konsumsi kacang-kacangan & alpukat

O Nyeri dapat teratasi

T 1 bulan
JURNAL 1
 Penulis dan tahun : Mariyun , Putra Agina Widyaswara Suwaryo (
2019 ), “Asuhan keperawatan pasien Acut Mikard Infrak ( AMI )
dengan masalah keperawatan : nyeri akut dengan penerapan terapi
Guided Imagery di Ruangan ICCU RSUD Dr.Soedirman Kebumen“

 Judul : “Asuhan keperawatan pasien Acut Mikard Infrak ( AMI )


dengan masalah keperawatan : nyeri akut dengan penerapan terapi
Guided Imagery di Ruangan ICCU RSUD Dr.Soedirman Kebumen“
 Metode Penelitian :

1. Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan pada tiga pasien Acut Miokard Infark secara
alloanamnesa dan autoanamnesa, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik serta
penunjang. Dengan masalah nyeri yang dialami oleh pasien
2. Populasi dalam penelitian ini adalah 3 orang pasien yang menderita acut miokard infrak
dengan masalah nyeri di Ruangan ICCU RSUD Dr.Soedirman Kebumen“
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 orang responden
4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pemeriksaan fisik,
dan dokumentasi yang ditulis dengan menggunakan format asuhan keperawatan
5. Intervensi : Pemberian tehnik Guided Imagery pada pasien dengan gangguan rasa aman
dan nyaman selama 3x24 jam didapatkan pasien merasa aman dan nyaman serta ada
penurunan skala nyeri sedang menjadi ringan.
 Ringkasan dan Hasil :

1. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan didapatkan pasien merasa aman dan nyaman serta
ada penurunan skala nyeri sedang menjadi ringan, menenangkan pasien terhindar dari rasa cemas
/khawatir
2. Kesimpulannya adalah terdapat perubahan responden post pemberian terapi guided imagery dapat
mengurangi skala nyeri lebih efisien, menenangkan pasien terhindar dari rasa cemas /khawatir.
3. Saran : Terapi imajinasi terbimbing sebaiknya dilakukan pada pasien sebagai salah satu tindakan non
farmakologi dalam mengatasi nyeri dan kecemasan pasien.
4. Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat, padat dan jelas yang didalamnya terdapat poin
: latar belakang, metode (menjelaskan desain, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data
digunakan), hasil, pembahasan, kesimpulan, dan saran.
5. Kekurangan dalam artikel ini adalah tidak mencantumkan waktu penelitian
6. Implikasi Keperawatan : Salah satu tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi nyeri selain
dari obat farmakologi adalah teknik relaksasi dengan berbagai jenisnya dan disesuaikandengan
kebutuhan pasien IMA untuk membantu mengatasi rasa aman nyaman.
JURNAL 2
 Penulis dan tahun : Dhimas Bagus Sanjaya, Barkah Waladani Sanjaya ( 2019 ), “ Asuhan
Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien serangan jantung di Ruangan ICU RS PKU Muhammadiyah
Gombang”

 Judul : “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien serangan jantung di Ruangan ICU RS PKU
Muhammadiyah Gombang”

 Metode Penelitian :

1. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan. Sampel yang digunakan sebanyak 3 orang dengan teknik
alloanamnesa dan auto-anamnesa.
2. Populasi dalam penelitian adalah pasien serangan jantung di ruangan ICU RS PKU Muhammadiyah
Gombang
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 responden
4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling
5. Intervensi : Pemberian teknik relaksasi
 Ringkasan dan Hasil :

1. Hasil penelitian didapatkan perubahan setelah dilakukan implementasi terapi terapi


relaksasi selama 3x24 jam didapatkan pasien merasa aman dan nyaman serta ada
penurunan skala nyeri sedang menjadi ringan.
2. Kesimpulannya adalah terapi relaksasi efektif dapat mengurangi skala nyeri pada pasien
serangan jantung.
3. Saran : Terapi relaksasi sebaiknya dilakukan pada pasien sebagai salah satu tindakan non
farmakologi dalam mengatasi nyeri dan kecemasan pasien.
4. Kelebihan artikel ini adalah Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat, padat
dan jelas yang didalamnya terdapat poin : latar belakang, metode (menjelaskan desain,
lokasi penelitian, teknik pengumpulan data digunakan), hasil, pembahasandan
kesimpulan
5. Kekurangan dalam artikel ini adalah peneliti tidak mencantumkan instrumen yang
digunakan
Dari hasil penelitian di setiap jurnal menunjukka bahwa terdapat perubahan
yang signifikan yang terjadi pada responden post terapi relaksasi ( guided
imagery ) pasien Infrak Miokardial ( IMA ) dan juga tindakan pengaturan semi
fowler pada pasien Congestive Heart Failure. Dapat dikatakan bahwa dari
tindakan-tindakan diatas sangat efektif dengan masalah nyeri akut dan juga
ketidakefektifan pola napas yang dialami pasien baik dari CHF dan juga IMA.
Dimana hasil yang didapatkan dari jurnal diatas setelah dilakukan tindakan
terapi relaksasi ( guided imagery ) untuk masalah nyeri sangat efektif untuk
mengurangi skala nyeri dan juga menenangkan pasien terhindar dari rasa cemas
/khawatir. Serta tindakan pengaturan posisi semi fowler untuk masalah
ketidakefektifan pola napas sangat efekif untuk untuk meningkatkan nilai
saturasi oksigen.
 TERIMA
KASIH 

Anda mungkin juga menyukai