0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan14 halaman
Syok kardiogenik adalah sindrom yang terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah dengan baik akibat gangguan fungsi otot jantung, sehingga organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang memadai. Hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai kondisi seperti infark miokard, miokarditis, atau gangguan struktural jantung lainnya.
Syok kardiogenik adalah sindrom yang terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah dengan baik akibat gangguan fungsi otot jantung, sehingga organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang memadai. Hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai kondisi seperti infark miokard, miokarditis, atau gangguan struktural jantung lainnya.
Syok kardiogenik adalah sindrom yang terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah dengan baik akibat gangguan fungsi otot jantung, sehingga organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang memadai. Hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai kondisi seperti infark miokard, miokarditis, atau gangguan struktural jantung lainnya.
Syok Kardiogenik adalah suatu sindrom klinis dimana
jantung tidak mampu memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhaan metabolisme tubuh akibat disfungsi otot jantung Shock kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003). Etiologi 1. Gangguan kontraktilitas miokardium 2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau hipoperfusi iskemik 3. Infark miokard akut ( AMI) 4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil 5. Valvular stenosis 6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung) 7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya 8. Trauma jantung 9. Temponade jantung akut 10. Komplikasi bedah jantung Patofisiologi Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah. Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi urine berkurang( Oliguri < 30ml/jam. Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema paru. Manifestasi klinis 1. Keluhan utama syok kardiogenik : Oliguri (urin < 20 mL/jam). Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut). Nyeri substernal seperti IMA
2. Tanda penting syok kardiogenik :
Tensi turun < 80-90 mmHg. Takipneu dan dalam. Takikardi. Nadi cepat Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung S3 sering terdengar Sianosis. Diaforesis (mandi keringat). Ekstremitas dingin. Perubahan mental. komplikasi 1. Cardiopulmonary arrest 2. Disritmia 3. Gagal multisistem organ 4. Stroke 5. Tromboemboli Pemeriksaan penunjang 1. EKG 2. ECG 3. Rontgen dada 4. Scan Jantung 5. Kateterisasi jantung 6. Elektrolit 7. Oksimetri nadi 8. AGD 9. Enzim jantung 1. Penatalaksanaan Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakuka intubasi. 2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70-120mmHg. 3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat mempebesar syok yang ada harus di atasi dengan pemberian morfin 4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi. 5. Bila mungkin pasang CVP. 6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik Medikamentosa : Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrike Asuhan keperawatan A. Pengkajian data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik dengan fokus pengkajian : 1. Aktivitas 2. Sirkulasi 3. Eliminasi 4. Nyeri atau ketidak nyamanan 5. Pernapasan Diagnosa keperawatan penurunan curah jantng Intervensi a. Kaji dan monitor fungsi jantung, termasuk TD, irama dan frekuensi jantung, CRT, hemodinamik, tekanan arteri pulmonal. CVP) b. Ukur dan catat intake-output setiap jam ( termasuk urin output) c. Monitor pristaltik usus d. Pertahankan klien dalam keadaan bedrest e. Posisi klien supinasi dengan kaki dinaikan 20 derajat,bahu dan kepala elevasi 10 derajat diatas dada Diagnosa keperawatan perubahan perfusi jaringan Intervensi a. Monitor warna kulit, temperature b. Monitor fungsi cardiopulmonary (bunyi jantung, CVP, CRT) c. Monitor suhu tubuh d. Monitor urin output perkateter foley setiap jam e. Kaji status mental dan tingkat kesadaran Diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan 1. Auskultasi adanya bunyi napas 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil 5. Timbang berat badan setiap hari bila membaik 6. Pertahankan pemasukan total cairan 2000Ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler 7. Kolaborasi denagn ahli gizi untuk pemberian diet sesuai indikasi (rendah natrium) Diagnosa keperawatan Nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi factor yang memperberat nyeri 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik 5. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri 6. Fasilitasi istirahat dan tidur Diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas 1. pertahankan klien dalam keadaan bedrest 2. batasi kunjungan pada kondisi nyeri 3. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL TERIMA KASIH