A. Pendahuluan
Gangguan sirkulasi yang paling sering dijumpai pada kasus gawat darurat
adalah syok. Diagnosis awal didasarkan pada adanya gangguan perfusi
organ dan oksigenasi jaringan. Dengan kata lain syok dapat didefinisikan
sebagai sindrom akibat menurunnya perfusi jaringan yang diikuti dengan
hipoksia, selular dan berbagai disfungsi dari organ vital. Secara klinis syok
ditandai dengan penurunan tanda-tanda vital berupa lemahnya nadi,
takikardi, hipotensi, kecepatan pernapasan bertambah dan penurunan
kesadaran. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme hemodinamik
dan transportasi lumpuh, jaringan akan menjadi rusak karena kegagalan
metabolisme aerobik.
Syok menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen untuk pembakaran
aerob dan berkumpulnya berbagai metabolik dari jaringan. Akibatnya
terjadi kegagalan produksi energi dan penggunaan energi. Perubahan
metabolisme sel asidosis dan kerusakan sel serta hilangnya integritas sel
jaringan dan disfungsi dari organ yang dapat menyebabkan kematian.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita
trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita
ditemukan dalam keadaan syok hemoragik, namun kardiogenik dan syok
karena tension pneumothoraks harus dipertimbangakan. Syok neurogenik
dapat diakibatkan karena perlukaan luas pada susunan saraf pusat atau
medula spinalis. Syok sepsis jarang ditemukan namun harus diperhatikan
pada penderita yang datang lebih lanjut.
pada
tekanan
darah
sering
menyebabkan
Kelas 1
Sampai
750
Sampai
15%
Kelas II
750-1500
15%-30%
Kelas III
15002000
30%40%
Kelas IV
>2000
>40%
<100
Normal
Normal
atau naik
14-20
>100
Normal
Menurun
>120
Menurun
Menurun
>140
Menurun
Menurun
20-30
30-40
>35
>30
20-30
5-15
Sedikit
cemas
Agak
cemas
Cemas,
bingung
Kristaloid
Kristaloid
Kristaloi
Tidak
berarti
Bingung,
lesu
(lethargic)
Kristaloid
cairan (hukum
3:1)
d dan
darah
dan darah
prioritas
crossmatch.
asidosis
khloremik,
apabila
jika
disertai
gangguan faal ginjal. Diberikan bolus secepatnya (diguyur, losklem). Penderita diobservasi selama diguyur dan keputusan
tindakan selanjutnya pada penderita harus didasarkan pada
respon penderita terhadap cairan.
6. Kateter uretra
Pemasangan kateter uretra memungkinkan untuk pemeriksaan
urin apakah adanya hematuria serta sebagai evaluasi hasil
resusitasi cairan.
Produksi urin merupakan indikator untuk menilai keadaan
hemodinamik penderita.
Catatan : urin penderita dewasa 0,5cc/kgBB/jam, anak
1cc/kgBB/jam, bayi 2cc/kgBB/jam.
Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan kateter urin adalah
kontraindikasinya, yaitu terjadinya ruptur uretra yang ditandai
oleh :
a. Adanya darah di lubang uretra bagian luar (OUE/Orifisium
Uretra Eksterna)
b. Hematome skrotum
c. Pada colok dubur didapatkan prostat letak tinggi atau tidak
teraba.