Pada tahap awal, cairan yang dihangatkan diberikan secara bolus, cairan yang diberikan adalah 1
sampai 2 liter untuk dewasa dan 20 ml/kgBB untuk anak-anak. Jumlah resusitasi yang tepat
harus didasarkan pada respon pasien.
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid dapat meninggikan volume dengan cepat pada kasus kritis yang akut
seperti dehidrasi dan perdarahan
Sifat cairan kristaloid tidak berada lama dalam pembuluh darah, akan terjadi perpindahan
ke jaringan interstitial. Cairan kristaloid adalah cairan yang tidak mengandung partikel
onkotik sehingga dapat diberikan tidak terbatas.
Pemberian cairan kristaloid lebih banyak menyebabkan edema jaringan.
Karena ruang insterstitial 3x lebih besar dari ruang intravaskuler, maka pemberian
kristaloid hanya seperempat yang dipertahankan intravaskuler dan seperempat akan
didistribusikan ke interstitial/intraselular. Cairan kristaloid berada di intravaskuler selama
15 – 20 menit.
Contoh cairan kristaloid untuk resusitasi cairan yaitu NaCl 0,9%, Ringer Laktat (RL) dan
Asering
Cairan Koloid
Cairan koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik, sehingga menghasilkan
tekanan osmotik. Akan berada dalam di intravena sekitar 5 – 6 jam.
Cairan koloid efektif untuk mengatasi kebocoran pada pembuluh darah, tetapi tidak
diberikan dalam jumlah banyak pada resusitasi awal, baik untuk mempertahankan cairan
intravaskuler.
Pemberian cairan koloid merupakan pengganti darah sementara yang cukup baik, koloid
lebih mahal dan dapat terjadi reaksi anafilaktik.
Untuk perdarahan massif penggantian terbaik adalah transfusi dan penghentian sumber
perdarahan
Contoh cairan koloid yaitu darah, albumin, gelatin, dextran dan HES.
Cairan elektronik yang isotonik dipakai pada awal resusitasi. Cairan jenis ini (sementara) akan
menambah volume intravaskuler dan juga membuat volume intravaskuler lebih stabil karena
akan mengisi cairan intraseluler dan interseluler. Cairan Ringer Laktat merupakan pilihan
pertama, dan cairan NaCl 0,9% (normal salin) adalah pilihan kedua. Namun, pada pemberian
yang massif akan mengakibatkan asidosis hiperkhloremik, terutama apabila disertai gangguan
faal ginjal. Diberikan bolus secepatnya (guyur), dengan dosis awal 1- 2 liter untuk dewasa dan
20 cc/kgBB untuk anak.
Penderita di observasi selama diguyur dan keputusan tindakan selanjutnya pada penderita harus
didasarkan pada respon penderita terhadap cairan.
Respon terhadap cairan bisa berupa :
Respon Cepat
Sebagian kecil penderita akan berespon baik terhadap resusitasi cairan, hemodinamik menjadi
stabil dan normal bila sudah selesai pemberian bolus, selanjutnya tetesan diperlambat. Kelompok
ini kehilangan darah < 20% volume darah. Tidak diperlukan pemberian bolus cairan atau darah
lebih lanjut, walaupun darah harus tetap disediakan. Konsultasi bedah tetap diperlukan.
Respon Sementara
Sebagian besar penderita akan berespon terhadap pemberian cairan, bila tetesan diperlambat,
hemodinamik penderita menurun kembali karena kehilangan darah yang masih berlangsung atau
resusitasi yang tidak cukup. Jumlah kehilangan darah pada kelompok ini 20 – 40% volume
darah. Pemberian cairan pada kelompok ini harus diteruskan, demikian pula darah. Respon
terhadap pemberian darah menentukan penderita mana yang memerlukan pembedahan segera.
Walaupun sudah diberikan cairan dan darah cukup, tetapi tanpa respon, ini menandakan perlunya
pembedahan segera. Harus tetap diwaspadai kemungkinan syok non-hemoragik seperti
tamponande jantung, tension pneumotoraks atau neurogenic syok.
Pengelolaan syok
Syok itu terjadi karena adanya aliran darah yang terganggu sehingga oksigenasi juga
terganggu.
Pertama, harus tau dulu tanda dan gejalanya. Tidak perlu diagnosis dulu, karena ini kasus
kedaruratan.
Yang bisa diperiksa salah satunya yaitu akral.
Akral yang bisasanya kering jadi basah. Pink jadi pucat. Hangat jadi dingin.
So, tanda klinisnya: kering, dingin, basah.
Tanda-tanda pneumothorak:
Infeksi, pengembangan dada saat bernafas ada yang tertinggal, hipersonor, auskultasi tidak
terdengar karena terbendung udara.
Yang paling sensistif adalah stroke volume, digambarkan dengan cardiac output, tapi bukan
oleh tekanan darah.
Intinya, penatalaksanaan dari syok hipovolemi adalah penambahan cairan untuk menambah
preload.
Untuk evaluasinya dengan cek akral dan CRT (capillary refill time) untuk lihat perfusi perifer.
PENILAIAN SYOK
- Takikardi
Dewasa >100, remaja >120, anak >140, bayi >160.
Jangan lupa kemungkinan adanya pitfalls.
Pemberian cairan ditentukan berdasarkan derajat syok. Kalo masih ringan, bisa diberikan
kristaloid saja. Tapi kalo sudah derajat berat, kristaloid ditambah dengan darah.
Selaian itu, tentukan juga berapa jumlah cairan yang keluar. Pemberian cairan diberikan
kurang lebih 2-4 kali darah yang diperkirakan hilang.
Setelah itu, cek terus responnya.