Anda di halaman 1dari 6

RESUSITASI/TERAPI CAIRAN

Pemberian cairan intravena untuk mengembalikan volume/mengembalikan perfusi ke jaringan,


adalah bentuk terapi medis yang efektif khususnya pada pasien syok hipovolemik. Akses ke
sistem vascular sebaiknya menggunakan dua IV line yang besar (minimum no. 16G untuk
dewasa). Tempat pemasangan IV line adalah vena perifer, vena seksi dan vena sentral. Yang
paling menentukan untuk akses vena adalah keterampilan petugas kesehatan.

Pada tahap awal, cairan yang dihangatkan diberikan secara bolus, cairan yang diberikan adalah 1
sampai 2 liter untuk dewasa dan 20 ml/kgBB untuk anak-anak. Jumlah resusitasi yang tepat
harus didasarkan pada respon pasien.

Cairan Kristaloid

 Cairan kristaloid dapat meninggikan volume dengan cepat pada kasus kritis yang akut
seperti dehidrasi dan perdarahan
 Sifat cairan kristaloid tidak berada lama dalam pembuluh darah, akan terjadi perpindahan
ke jaringan interstitial. Cairan kristaloid adalah cairan yang tidak mengandung partikel
onkotik sehingga dapat diberikan tidak terbatas.
 Pemberian cairan kristaloid lebih banyak menyebabkan edema jaringan.
 Karena ruang insterstitial 3x lebih besar dari ruang intravaskuler, maka pemberian
kristaloid hanya seperempat yang dipertahankan intravaskuler dan seperempat akan
didistribusikan ke interstitial/intraselular. Cairan kristaloid berada di intravaskuler selama
15 – 20 menit.
 Contoh cairan kristaloid untuk resusitasi cairan yaitu NaCl 0,9%, Ringer Laktat (RL) dan
Asering

Cairan Koloid

 Cairan koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik, sehingga menghasilkan
tekanan osmotik. Akan berada dalam di intravena sekitar 5 – 6 jam.
 Cairan koloid efektif untuk mengatasi kebocoran pada pembuluh darah, tetapi tidak
diberikan dalam jumlah banyak pada resusitasi awal, baik untuk mempertahankan cairan
intravaskuler.
 Pemberian cairan koloid merupakan pengganti darah sementara yang cukup baik, koloid
lebih mahal dan dapat terjadi reaksi anafilaktik.
 Untuk perdarahan massif penggantian terbaik adalah transfusi dan penghentian sumber
perdarahan
 Contoh cairan koloid yaitu darah, albumin, gelatin, dextran dan HES.

Cairan elektronik yang isotonik dipakai pada awal resusitasi. Cairan jenis ini (sementara) akan
menambah volume intravaskuler dan juga membuat volume intravaskuler lebih stabil karena
akan mengisi cairan intraseluler dan interseluler. Cairan Ringer Laktat merupakan pilihan
pertama, dan cairan NaCl 0,9% (normal salin) adalah pilihan kedua. Namun, pada pemberian
yang massif akan mengakibatkan asidosis hiperkhloremik, terutama apabila disertai gangguan
faal ginjal. Diberikan bolus secepatnya (guyur), dengan dosis awal 1- 2 liter untuk dewasa dan
20 cc/kgBB untuk anak.

Penderita di observasi selama diguyur dan keputusan tindakan selanjutnya pada penderita harus
didasarkan pada respon penderita terhadap cairan.
Respon terhadap cairan bisa berupa :

Respon Cepat

Sebagian kecil penderita akan berespon baik terhadap resusitasi cairan, hemodinamik menjadi
stabil dan normal bila sudah selesai pemberian bolus, selanjutnya tetesan diperlambat. Kelompok
ini kehilangan darah < 20% volume darah. Tidak diperlukan pemberian bolus cairan atau darah
lebih lanjut, walaupun darah harus tetap disediakan. Konsultasi bedah tetap diperlukan.

Respon Sementara

Sebagian besar penderita akan berespon terhadap pemberian cairan, bila tetesan diperlambat,
hemodinamik penderita menurun kembali karena kehilangan darah yang masih berlangsung atau
resusitasi yang tidak cukup. Jumlah kehilangan darah pada kelompok ini 20 – 40% volume
darah. Pemberian cairan pada kelompok ini harus diteruskan, demikian pula darah. Respon
terhadap pemberian darah menentukan penderita mana yang memerlukan pembedahan segera.

Respon Minimal atau Tanpa Respon

Walaupun sudah diberikan cairan dan darah cukup, tetapi tanpa respon, ini menandakan perlunya
pembedahan segera. Harus tetap diwaspadai kemungkinan syok non-hemoragik seperti
tamponande jantung, tension pneumotoraks atau neurogenic syok.
Pengelolaan syok
Syok itu terjadi karena adanya aliran darah yang terganggu sehingga oksigenasi juga
terganggu.

Pertama, harus tau dulu tanda dan gejalanya. Tidak perlu diagnosis dulu, karena ini kasus
kedaruratan.
Yang bisa diperiksa salah satunya yaitu akral.
Akral yang bisasanya kering jadi basah. Pink jadi pucat. Hangat jadi dingin.
So, tanda klinisnya: kering, dingin, basah.

Penyebab syok ada 4


1.        Syok hipovolemik
Ada perdarahan, bisa tidak perdarahan. Tapi biasanya karena perdarahan
2.       Syok kardiogenik
Contoh tamponade jantung, bisa juga karena kena otot
3.       Syok neurogenik
Dihubungkan karena trauma tulang belakang. Termasuk syok distributik.
4.      Syok septic
Karena ada trauma. Bisa jadi syok setelah 2 x 24 jam. Bisa juga kasus nontrauma. Termasuk
distribusi syok.
5.       Tension pneumothorak.
Ada udara di cavum pleura. Udara bisa masuk, tapi ga bisa keluar. Mekanismenya sama kaya
ventile pneumothorak.
Termasuk syok obstruksi, biasanya karena trauma.

Tanda-tanda pneumothorak:
Infeksi, pengembangan dada saat bernafas ada yang tertinggal, hipersonor, auskultasi tidak
terdengar karena terbendung udara.

Tension pneumothorak beda dengan simple penumothorak.


Kalo tension, selain ada tanda pneumothorak, ada juga terdorongnya trachea ke thorak dan
vena lehernya distended.
Airway belum tentu terganggu, tapi breathing terganggu, circulasi juga terganggu.
Jadi, tension pneumothorak itu terganggu breathing dan circulasinya.
Kalo pasien tidak sadar, baru kemungkinan ada gangguan airway.

Syok itu prinsipnya adalah perfusi yang buruk.


Bisa karena distribusi aliran darah yang kacau, atau rendahnya jumlah volume (kurang)
Volume kurang bisa karena pompa jantung lemah, bisa karena hipovolemia hemoragik.
Distribusi yang kacau bisa karena obstruksi (emboli, perikarditis, tension pneumothorak,
tamponade jantung karena obstruksi).
Terjadi karena simpatiknya terblok.

Penyebab syok tersering itu adalah karena perdarahan.

Review sedikit tentang fisiologi jantung


Setiap denyut mengeluarkan stroke volume.
Dipengaruhi preload, kontraktilitas, dan after load.
Kalo darah yang kembali ke jantung banyak, otot jantung bekerja lebih ringan.

Yang paling sensistif adalah stroke volume, digambarkan dengan cardiac output, tapi bukan
oleh tekanan darah.

Patofisiologi kehilangan darah


1.        Vasokontriksi progresif
Ketika ada perdarahan, terjadi vasokontriksi. Tujuannya biar darah yang ada dialirkan dulu ke
organ primer (otak, jantung).
Makanya disebut protective redistribution.
2.       Peningkatan detak jantung
Biar outputnya tetap terjaga, maka jantung mempercepat kerjanya. Jadinya takikardi, tapi
sama aja isinya berkurang. Maka kalau dicek nadi, isi dan kuat angkatnya lemah.
3.       Peningkatan tahanan perifer
Yang penting perfusi organ agar tidak ada hipoksia, biar jaringan ga ada metabolism
anaerob. Biar ga ada asam laktat yang nyebabin nekrosis.
4.      Pelepasan hormone
Intinya untuk mengurangi permeabilitas.
Organ yang permeabilitasnya paling kecil adalah otak, jadinya tak akan bocor kecuali ada
trauma, tumor.

Intinya, penatalaksanaan dari syok hipovolemi adalah penambahan cairan untuk menambah
preload.
Untuk evaluasinya dengan cek akral dan CRT (capillary refill time) untuk lihat perfusi perifer.

PENILAIAN SYOK
-          Takikardi
Dewasa >100, remaja >120, anak >140, bayi >160.
Jangan lupa kemungkinan adanya pitfalls.
Pemberian cairan ditentukan berdasarkan derajat syok. Kalo masih ringan, bisa diberikan
kristaloid saja. Tapi kalo sudah derajat berat, kristaloid ditambah dengan darah.
Selaian itu, tentukan juga berapa jumlah cairan yang keluar. Pemberian cairan diberikan
kurang lebih 2-4 kali darah yang diperkirakan hilang.
Setelah itu, cek terus responnya.

Respon dilihat dari perfusi, nadi, tekanan darah.


Respon yang baik yaitu perfusinya baik (hangat, kering), nadi di bawah 100, tekanan darah
sistolik di atas 100.
Kalau belum baik, diulang terus menerus sampai baik.
Jika perlu bisa dilakukan OP/pembedahan.
Komplikasi dari terapi cairan antara lain
-          Hipovolemia
Artinya terapi cairannya tidak adekuat
-          Hipervolemia
Kebalikannya, cairannya justru diberikan terlalu banyak
-          Edema paru
Biasanya terjadi pada trauma thorak
-          Gangguan faal hemostatis
Terjadi dilutional trombositopenia. Karena cairannya jadi mengencerkan darah itu.

Anda mungkin juga menyukai