Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit dibawah
lambung dan abdomen. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau
pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin, yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah, sel beta mensekresi insulin yang menurunkan kadar glukosa darah, juga sel delta
yang mengeluarkan somatos tatin”(SarwonoWaspadji, 2003).
Pancreas terdiri dari labulus-labulus, masing-masing terdiri dari satu pembuluh
kecilyang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada sejumlah alveoli. Alveoli
dilapisi oleh sel-sel yang mengsekresi enzim yang disebut tripsinogen, amylase dan
lipase.
Pancreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster di
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pancreas mencapai hilus limpa di arah kraniodorsal.
Bagian atas kiri kaput pancreas dihubungkan dengan korpus pancreas oleh leher pancreas
yaitu bagian pancreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm.arteri dan vena
mesenterika superior berada di dorsal leher pancreas. Duodenum bagian horisotal dan
bagian dari penonjolan posterior bagian kiri bawah kaput pancreas ini disebut prosesus
unsinatus pancreas, melingkari arteri dan vena tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori ulkus diabetikum ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan ulkus diabetikum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar teori ulkus diabetikum
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan ulkus diabetikum

1
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Konsep Teori
1. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin
Pancreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster di retroperitoneal.
Disebelah kiri ekor pancreas mencapai hilus limpa di arah kraniodorsal. Bagian atas kiri
kaput pancreas dihubungkan dengan korpus pancreas oleh leher pancreas yaitu bagian
pancreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm.arteri dan vena mesenterika superior
berada di dorsal leher pancreas. Duodenum bagian horisotal dan bagian dari penonjolan
posterior bagian kiri bawah kaput pancreas ini disebut prosesus unsinatus pancreas,
melingkari arteri dan vena tersebut.
Pancreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit dibawah lambung dan
abdomen. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena
itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin,
yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah, sel beta mensekresi insulin yang
menurunkan kadar glukosa darah, juga sel delta yang mengeluarkan somatos
tatin”(SarwonoWaspadji, 2003).
Pancreas terdiri dari labulus-labulus, masing-masing terdiri dari satu pembuluh kecilyang
mengarah pada duktus utama dan berakhir pada sejumlah alveoli. Alveoli dilapisi oleh sel-sel
yang mengsekresi enzim yang disebut tripsinogen, amylase dan lipase. Adapun batas-batas
dari bagian pancreas adalah sebagai berikut :
a. Kaput pancreas meluas ke kanan sampai pada lengkungan duodenum, terletah sebelah
anterior dari vena cava inferior dan vena renalis kiri.
b. Processus uncinatus yang merupakan bagian dari kaput pancreas terletak di bawah vena
mensenterika superior.
c. Kolum pancreas yang merupakan hubungan antara korpus dan kaput pancreas terletak
diatas pembuluh darah mensenterika superior dan vena porta.
d. Korpus pancreas berbentuk segitiga dan meluas hingga ke hilus ginjal kiri terletak di atas
aorta, vena renalis kiri, pembuluh darah limpa dan pangkal vena mesenterika inferior.
e. Kauda pancreas terletak pada ligamentum lienorenal dan berakhir pada hilus limpa.
Enzim-enzim pancreas terdiri dari :
1) Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi
usu halus. Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi
asam amino.
2) Amilase mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak, menjadi Maltose
(gula malt).
3) Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan glizerol setelah empedu
mengemulsi lemak yang meningkatkan area permukaan.

Ada lima hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah:

2
1) Insulin merupakan hormone yang menurunkan kadar glukosa dalam darah
dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans pancreas.
2) Glukosa yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Langerhans berfungsi sebagai
meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
3) Epinfrin yang disekresi oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin lain,
berfungsi meningkatkan kada glukosa dalam darah.
4) Glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal.
5) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hiposifis, glucagon,
epinefrin,glukokortikoid dan growth hormone, membentuk suatu pelawanan
mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemis akibat pengaruh
insulin(Price,2006).

Pancreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri dari eksokrin dan endokrin, 99% dari
kelenjar merupakan eksokrin yang terdiri atas sel-sel asinus pancreas dan duktus pancreas
dan 1% lainnya merupakan endokrin oleh sel islet Langerhans.

a. Sekresi Eksolin
Sekresi Pankreas mengandung enzim untuk mencernakan 3 jenis makanan utama :
Protein (tripsin, kimotripsin, karboksi polipeptidase), karbohidrat (amylase pankreas),
dan lemak (lipae pankreas). Disintesis oleh sel asinus pancreas dan kemudian
dikeluarkan melalui duktus pankreatikus. Sel eksokrin pancreas mengeluarkan cairan
elektrilit dan enzim sebanyak 1500-2000ml. sehari dengan pH 8 sampai 8,3. Sekresi
eksokrin pancreas diatur oleh mekanisme humoral dan neural dalam tiga fase yaitu
fase sefalik melalui asetilkolin yang dihebaskan uungnya, vagus merangsang sekresi
inzem pencernaan pancreas. Pada fase gastrik ,dengan adanya protein dalam makanan
akan merangsang keluarnya gastrin yang juga merangsang keluarnya enzim
pencernaa ke dalam duodenum dan ketika kimus yang bersifatasam memasuki
duodenum pada fase intestinal, membrane mukosa duodenum menghasilkan hormon
peptide sekretin ke aliran darah. Hormone ini kemudian akan menstimulasi sekresi
pancreas yang mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Ion ini berguna
untuk menetralisir asam pada kimus dan menciptakan suasana yang memungkinkan
kerja dari enzim pencernaan. Hormon kolesistokinin juga merupakan perangsang
yang sangat kuat terhadap sekresi enzim terutama dengan adanya protein dan lemak
dalam kimus. Seperti halnya sekretin kolesistokinin juga dikeluarkan melalui
pembuluh darah yang merangsang keluarnya cairan pancreas yang mengandung
enzim pencernaan dalam konsentrasi tinggi. Pada saat disintesa enzim-enim
proteolitik berada dalam bentuk tidak aktif, sedangkan enzim amylase dan lipase
sudah dalam bentuk aktif. Enzim-enzim ini tersimpan dalam granula zymogen sampai
terdapat rangsangan untuk melakukan sekresi dan enzim dikeluarkan dengan proses
eksostosis dan kemudian diaktifkan di dalam lumen intestinal.
b. Sekresi Endokrin

3
Sekresi hormon dihasilkan oleh sel islet dari Langerhans. Setiap pulau berdiameter 75
sampai 150 makron. Berjumlah sekitar 1-2 juta dan dikelilingi oleh sel-sel asinus
pancreas, isekelilingnya terdapat kapiler darah khusus dengan pori-pori yang besar. Sel-
sel islet pancreas mempunyai tiga tipe sel mayor yang masing-masing memproduksi
endokrin yang berbeda yaitu sel alfa (20%) terletak di perifer dan memproduksi
glucagon, sel beta (75%) terletak di sentral memprodusi hormone insulin, sel delta (5%)
yang mensekresi hormone somotastatin dan sisanya yang memproduksi pancreas
polipeptida.
c. Insulin
Pengeluaran insulin oleh sel B dirangsang oleh kenaikan glukosa dalam darah yang
ditangkap oleh reseptor glukosa pada sitoplasma permukaan sel B yang akan
merangsang pengeluaran ion kalsium dalam sel. Ion kalsium aka meningkatkan
eksostosis dari vesikel sekresi yang berisi insulin dan meningkatkan jumlah insulin
dalam beberapa detik. Jika keadaan hiperglikemia masih bertahan maka mRNA akan
dibentuk dalam nekleus dan berpindah ke sitoplasma untuk selanjutnya meningkatkan
sintesis dari rantai polipeptida tunggal (proinsulin) di dalam RE. Dan selama
pembentukan dalam apparatus golgi, proinsulin ini akan diikat oleh 2 disulfida yang
oleh enzim protease akan diubah menjadi insulin dan disimpan dalam vesikel sekresi
yang jika dibutuhkan akan dikeluarkan melalui proses eksostosis. Insulin bekerja
dengan jalan terikat dengan reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel target.
Mekanisme kerja insulin dapat berlangsung segera dalam beberapa detik, dalam
beberapa menit atau dalam beberapa jam.
d. Glucagon
Glukagon mempunyai fungsi yang berlawanan dengan hormone insulin yaitu
meningkatkan konsnetrasi glukosa.
Efek glucagon pada metabolism glukosa adalah :
1) Pemecahan glukogen di hati (glikogenolisis)
2) Meningkatkan gluconeogenesis pada hati
Glucagon juga meningkatkan lipolysis, menghambat penyimpanan trigliserida dan
efek ketogenik. Selain itu glucagon konsentrasi tinggi mempunyai efek inotropic
pada jantung, juga menignkatkan sekresi empedu dan menghambat sekresi asam
lambung.
e. Somatostatin
Somatostatin merupakan polipeptida dengan 14 asam amino dan berat molekul 1640
yang dihasilkan di sel-sel D Langerhans. Hormone ini juga berhasil diisolasi di
hypothalamus, bagian otak lainnya dan saluran cerna. Sekresi somatostatin
ditingkatkan oleh :
1) Meningkatkan konsentras gula darah.
2) Meningkatkan konsentrasi asam amino
3) Meningkatkan asam lemak,dan

4
4) Meningkatkan konsentrasi beberapa hormone saluran cerna yang dilepaskan pada
saat makan.

Somatosin memiliki efek inhibisi terhadap sekresi insulin dan glucagon.Hormon ini
juga mengurangi motilitas lambung,duodenum dan kandung empedu.sekresi dan
absorpsi saluran cerna juga dihambat.selain itu somatostatin menghambat sekresi
hormone pertumbuhan yang dihasilkan hipofise anterior.

f. Pankreas polipeptida
Hormon ini terdiri dari 36 asam amino dengan berat 4200.sampai saat ini proses
sintesanya belum jelas.sekresinya dipengaruhi oleh hormone kolinergik,dimana
konsentrasinya dalam plasma menurun setelah pemberian atropine.sekresi juga
menurun pada pemberian somatostatin dan glukosa intravena,sekresiinya meningkat
pada pemberian protein,puasa,latihan fisik dan keadaaan hipoglikemia akut.
2. Definisi
Luka diabetic adalah luka yang terjadi pada pasien diabetic yang melibatkan gangguan
pada saraf peripheral dan autonomic(Suryadi,2004).luka diabetic adalah luka yang terjadi
karena adanya kelainan pada saraf,kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya
infeksi.bila infeksi tidak daiatasi dengan baik,hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan
bahkan dapat dilakukan amputasi.
Ulkus adalah luka trbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau,ulkus diabetikum juga merupakan salah stu gejala klinik
dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer(Andygreeni,2010).Ulkus diabetikum
dikenal dengan istilah ganggreen didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati
yang disebabkan oleh adanya emboli pada pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh
sehingga suplai darah berhenti.
Dapat terjadi sebagai proses inflamasi yang memanjang perlukaan(digigit
serangga,kecelakaan kerja atau luka bakar),proses degenerative(arteriosklerosis)atau
gangguan metabolic diabetes militus(gitaraja,W,1999).Gangren diabetic adalah nekrosis
jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes militus.biasanya ganggren
tersebut terjadi pda tungkai.keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya
versikula atau gula yang hemoragic kuman yang biasa mengidentifikasi pada ganggren
diabetes adalah streptococcus(Soeatmaji,1999).wgner(1983)dikutip oleh waspadji S
membagi ganggren kaki diabetic menjadi enam tingkatan.yaitu :

- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka,kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti”claw,callus”
- Derajat II : Ulkus superfisial terbatas pada kulit
- Derajat II : Ulkus dalam menembus tulang dan tendon

5
- Derajat III : Abses dalam,dengan atau tanpa osteomyelitis
- Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
- Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagin tungkai
Sedangkan Brand (1987)dan ward(1987)membagi gangrene kaki menjadi dua
golongan :
a. Kaki diabetic akibat iskemia (KDI)
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis)dari pembuluh darah besar tungkai,terutama di daerah betis,
Gambaran klinis KDI :
1) Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat
2) Pada perabaan terasa dingin
3) Pulsasi pembuluh darah kurang kuat
4) Didapatkan ulkus sampai gangrene
b. Kaki diabetic akibat Neuropati (KDN)
Terjadi kerusakan syaraf somatic dan otonomik,tidak ada gangguan dari
sirkulasi.klinis dijumpai kaki yang kering,hangat,kesmutan,matirasa,odem
kaki,dengan pulsasi pembuluh darah teraba baik.

3. Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya luka diabetikum dibagi menjadi dua faktor
endogen dan eksogen :
a) Faktor endogen :genetic metabolic,angiopati diabetic,neuropati diabetic
b) Faktor eksogen : trauma,infeksi,obat
Haktorutama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah
angiopati,neuropati dan infeksi.Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang
atau menurunya sensasi pada kaki.sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan trrjadinya ulkus pada kaki gangguan motoric juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki klien.Apabila sumbatan darahbterjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh(Levin,2001).

6
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati,sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhadap pembuluh ulkus diabetikum(Askandar,2001)
4. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemi pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.Neuropati,baik
neuropati sensorik maupun motoric atau autonomic akan mengakibatkan berbagai perubahan
pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan
darah pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.Adanya
kerentaan terhadap infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
Faktor aliran darah yang kurang juga lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki
diabetes(Askandar,2001)
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu
mauknya,dikelilingi ulkus keras dan tebal.awalnya proses pembentukan ulkus berhubung
dengan hiperglikemia yang berefek pada syaraf prifer,kolagen,keratin dan suplai
vaskuler.Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami tekanan yang besar.neuropati sensoris perifer kemungkinan terjadinya trauma
berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan area jaringan kalus.selanjutnya terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya rupture sampai ke permukaan kulit yang menimbulkan
ulkus.adanya iskemia dan pembulih luka abnormal menghalangi resolusi.mikroorganisme
yang masuk mengadakan kolonisasi di daerah ini.Drainase yang in adekuat menimbulkan
closed space infection,Akhirnya sebagai konsekuensi system imun yang abnormal,bakteri
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya
luka.Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetic terkait dengan adanya pengaruh
pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer.pada
pasien dengan diabetic seringkali mengalami gangguan pada sirkulasi.Gangguan sirkulasi ini
adalah yang berhubungan dengan”peripheral vasculal diseases”efek sirkulasi inilah yang
menyebabkan kerusakan pada saraf.Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang
berdampak pada system saraf autonomy,yang mengontrol fungsi otot-otot halus,kelenjar dan
organ visceral.

7
Dengan adanya gangguan saraf autonom pengaruhnya adalah terjandinya perubahan
tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Dengan demikian kebutuhan akan
nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotic tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai
jaringan perifer, juga tidak memenuhi kebutuhan metabolism pada lokasi tersebut. Efek pada
auto imun neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering antihidrosis; yang
memudahkan kulit menjadi rusak dan mengkonstibusikan untuk terjadinya ganreng. Dampak
lain adalah karena adanya neuropati perifer yang mempengaruhi kepada saraf sensori dan
system motor yang menyebabkan hilangnya sensasi nyeri, tekanan dan perubahan tempratur
(Suryadi, 2004)

8
5. Pathway

9
6. Manifestasi klinis
Gangrene diabetic akibat mikroangeopatik disebut juga gangrene panas karena walaupun
nekrosis, daerahakra;itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya
teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasana terdapat ulkus diabetic pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu:
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paraysis (lumpuh)

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontain:

a. Stadium I : Asimptomatis atau atau gejala tidak khas (kesemutan)


b. Stadium II : Terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : tmbul nyeri saat istrahat
d. Stadiu IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
(Brunner & Suddart, 2005)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada ulkus diabetikum adalah:
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Dinervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga kulit kaki
kering, pecah, rabut kaki/ jari (-), kalus, claw toe
Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5)
2) Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b) Klusi arteri dingin, pulsasi (-)
c) Ulkus: kalus tebal dank eras
b. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive: pengukuran oksigen transkultaneus, ankle brachial index
(ABI), abslute toe systolic pressure, ABI: tekana sistolik betis dengan tekanan sistolik
lengan
c. Pemeriksaan radiologi: gas subkutan, benda asing, osteomyelitis
d. Pemeriksaan laboratoriumyang dilakukan adalah
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi:; GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl dan
dua jam post pradial > 200 mg/dl.

10
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya guloksa salam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict (reduksi), hasil dapat dilihat melalui perubhana warna pada urine: hijau
(+),kuning (++), merah (+++, dan merah bata (++++)
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan atibiotik yangsesuai dengan jenis
kuman.

8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan dari gangrene diabetic sangat di pengaruhi oleh derajat dan dalamnya ulkus
apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan yang seksama unruk
menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement yang akab dilakukan dari
penatalaksanaan perawatan luka diabetic ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara
lain:
1) Mengurani atau menghilangkan factor penyebab
2) Optimalisasi suatu lingkingan luka dalam kondisi lembab
3) Dukungan kondisi klien atau host ( nutrisi, kontrol, diabetes mellitus dan kontrol
faktor penyerta)
4) Meningkatkan edukasi klien dan keluarga.
b. Perawatan luka diabetic
1) Mencuci luka
Merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses
penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Proses
pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan
luka.
Cairan yang terbaik dan teraman untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada
proses penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida,
hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement lainnya, sebaliknya hanya
digunakan pada jaringan nekrosis / slough dan tidak digunakan pada jaringan
granulasi. Cairan antiseptik seperti provine iodine sebaliknya hanya digunakan saat
luka terinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian
dilakukan pembilasan kembali dengan saline (Gitarja W, 1999).
2) Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka.
Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena
jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri.
Setelah Debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang diikuti
dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan infeksi. Secara alami dalam

11
keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosi atau slough yang
menempel pada lukan (peristiwa autolysis).
Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan nekrotik dan leukosit
dan enzime lyzomatik. Debridement dengan sistem autolysis dengan menggunakan
occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien dengan luka
diabetik. Trauutama untuk menghibdari resiko infeksi ( Gitarjan W,1999).
3) Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik biasanya diberikan peroral yang bersifat menghambat
kuman gram positif dan gram negatif. Apabila tidak dijumpai perbaikan pada luka
tersebut, maka terapi antibiotik dapat diberikan perparenteral yang sesuai dengan
kepekaan kuman (Sutjahyo,A. 1998).
4) Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
penyembuhan luka. Penderita dengan ganggren diabetik biasanya diberikan B1
dengan nilai gizi: yaitu 60% kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori
protein (Tjokroprawiro A, 2001).
5) Pemilihan Jenis Balutan
Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat
mempertahankan suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat
proses penyembuhan hingga 50%, absorbsi eksudat / cairan luka yang keluar
berlebihan , membuang jaringan nekrosis / slough (support autolysis), kontrol
terhadap infeksi / terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan mengurangi
rasa sakit saat mengganti balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu
perawatan (cost effektive). Jenis balutan : absorbent dressing, hdroactive gel,
hydrocoloi (Gitarja W, 1999).
Selain pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan albumin
minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan sangat
berpengaruh dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12 g/dl dan
albumin darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga dilakukan monitor
glukosa darah secara ketat, karena bila didapatkan peningkatan glukosa darah yang
sulit dikendalikan, ini merupakan salah satu tanda memburuknya infeksi yang ada
sehingga luka sukar sembuh.
Untuk mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan kerja sama antara
dokter, perwat dan penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta
terapi yang rasional bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas
penderita gangren dapat ditekan serendah – rendahnya. Upaya untuk pencegahan
dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing – masing profesi
mempunyai peran yang saling menunjang.
Dalam memberikan penyuluhan pada penderita ada beberapa ada beberapa
petunjuk perawatan kaki deabetik (Sutjahyo, A. 1998)

12
6) Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan jangan
bertelanjang kaki bila berjalan .
a) Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta memberikan perhatian
khusus pada daerah sela – sela jari kaki.
b) Jangan lah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur
pada kuku kaki.
c) Suhu air yang digunakan untuk mencuci kaki antara 29,5-30 derajat celcius dan
diukur dulu dengan thermometer.
d) Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas.
e) Langkah – langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstreminitas
bawah yang harus dilakukan, yaitu : hindari kebiasaan merokok, hindari
bertumpang kaki duduk, lindungi kaki dari kedinginan, hindari merendam kaki
dalam air dingin, gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan
tekanan pada tungkai atau daerah tertentu, periksalah kaki setiap hari dan
laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda – tanda radang,
sehingga segera dilakukan tindakan awal dan jika kulit kaki kering gunakan
pelembap atau kream.

B. Asuhan keperawatan teoritis klien dengn masalah ulkus diabetikum


1. Pengkajian
Pengkajian mempunyai langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematika akan membantu dalam menentukan
status kesehtan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa , pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Identitas penderita
Meliputi nama,umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnose medis
2) Keluhan utama
13
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai baewah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin, misalnyapenyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin missal hipertendi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku , perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakitnya.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderitan, kesadaran, suara bicara,tinggi badan, berat badan,
tanda vital
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, ketika
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak,dan
berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman pada bekas luka,
kelembapan dan suhu kulit didaerah sekitar ulkus/gangrene, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

14
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM mudah
terjadi infeksi
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat poligafi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, penignkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Poiuri, retensio urine, inkontensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangrene di ekstremitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris. Parastesia, ananstesia, letargi, , mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi
10) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan fisik darah
Pemeriksaan darah meliputi :GDS> 200mg/dl,gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial >200mg/dl
b) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara benedict (reduksi). Hasil dpat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hujau(+) kuning (++), merah(+++), dan merah bata(++++).
c) Kultur pus
Mengtahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai
dengan jenis kuman
2. Diagnoa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga
ataukomunitas terhadap proses kehidupan,/ masalah keperawatan. Actual atau potensial

15
dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut, adapun diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gangrene kaki
diabetic adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran
darah kedaerah gangrene akibat danya obstruksi pembiluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangrene pada ekstremitas
c. Resiko tinggi terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan adanya luka pada
ekstremitas
3. Intervensi

N Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. ajarkan klien 1. dengan
jaringan berhubungan intervensi selema untuk mobilotas
dengan 3x24 jam diharapkan melakukan dapat
melemahnya/menuru sirkulasi perifer tetap mobilitas meningkatkan
nnya aliran darah normal. 2. ajarkan kien sirkulasi
kedaerah gangrene Dengan KH : tentang faktor darah
akibat danya - Denyut nadi –faktor yang 2. meningkatkan
obstruksi pembiluh perifer teraba dapat dan
darah. kuat dan menignkatkan melancarkan
regular aliran darah : aliran darah
- Warna kulit tinggikan kaki baik sehingga
sekitar luka sedikit rendah tidak terjadi
tidak pucat dari jantung oedema
dan sianosis (posisi elevasi 3. kolesterol
- Kulit sekitar pada waktu tinggi dapat
luka teraba istirahat), mempercepat
hangat hindari terjadinya

16
- Oedema tidak penyilangan arterosklerosis
terjadi dan kaki, hindari dan rileksasi
luka tidak balutan ketat, untuk
bertambah hindari mengurangi
parah penggunaan stress
- Sensorik dan bantal 4. indicator
motorik dibelakang keadekuatan
membaik lutut dan perfusi
- TTV DBN : sebagainya jaringan
- TD :100- 3. ajarkan tentang sistemik
130/70 modifikasi 5. memperkiraka
mmHg faktor-faktor n pembuluh
- N : 60-80 resiko berupa: darah besar
mmhG hindari diet untuk
- RR : 16- tinggi menurunkan
24x/menit kolesterol, resiko
- S : 26-37 tehnik perdarahan
relaksasi 6. peningkatan
4. awasi tanda- gula darah
tanda vital sebagai
klien indicator yang
5. inspeksi alat dapat
balutan, memperburuk
perhatikan keadaan
jumlah dan gangren
karakteristik 7. sebagai
balutan asupan
6. awasi tambahan
pemeriksaan tubuh klien
gula darah 8. menentukan
kolaborasi kebutuhan

17
7. berikan cairan dan
parentral keefektifan
8. awasi hasil terapi
laboratorium 9. digunakan
9. berikan obat untuk
sesuai indikasi menurunkan
gejala
2 Gangguan intregritas Setelah dilakukan 1. Kaji luas dan 1. Pengkajian yang
jaringan berhubungan intervensi keadaan luka tepat terhadap
dengan adanya keperawatan selama serta proses luka dapat
ganggren pada 3 x 24 jam penyembuhan membantu
ekstremitas diharapkan 2. Rawat luka menentukan
tercapainya proses dengan baik dan tindakan
penyembuhan luka. benar : selanjutnya
Dengan KH : membersihkan 2. Tindakan aseptic
- Berkurangnya luka secara dapat menjaga
oedema sekitar absektif kontaminasi luka
luka menggunakan dan larutan yang
- Pus dan jaringan larutan yang tidak iritatif akan
berkurang iritatif, angkat merusak jaringan
- Adanya jaringan sisa balutan yang granulasi yang
granutasi menempel pada timbul
- Bau busuk luka luka dan 3. Insulin akan
berkurang nekrotomi menurunkan
jaringan yang kadar gula darah
mati 4. Pemeriksaan
3. Kolaborasi kadar gula draah
dengan dokter untuk
untuk pemberian mengetahui
insulin perkembangan
4. Pemeriksaan gula penyakit
darah 5. Untuk mencegah
5. Pemberian infeksi
antibiotic sesuai 6. Untuk
indikasi mengetahui
kolaborasi kebutuhan cairan
6. Lakukan tubuh.
pemberian cairan
infus sesuai resep
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Pengkajian
penyebaran infeksi intervensi 3x24 jam tanda-tanda yang tepat
berhubungan dengan diharapkan tidak adanya tentang tanda-
kadar gula yang terjadi penyebaran penyebaran tanda infeksi

18
tinggi infeksi infeksi pada luka membantu
Dengan KH: 2. Pertahankan menentukan
- Tanda-tanda teknik aseptic bila intervensi
infeksi tidak ada mengganti selanjutnya
- Keadaan luka baik balutan 2. Meminimalkan
dan kadar gula 3. Anjuran kepada kesempatan
dalam darah pasien dan introduksi
normal keluarga untuk bakteri
- TTV normal selalu menjaga 3. Kebersihan diri
kebersihan yang baik
selama perawatan merupakan cara
4. Inspeksi balutan untuk mencegah
dan luka infeksi kuman
5. Perhatikan 4. Dapat
karakteristik luka mencegah
6. Lakukan komplikasi
perawatan luka yang lebih
secara aseptic serius jika
7. Ajarkan kepada ditemukan
pasien untuk tanda infeksi
menaati diet, 5. Karakteristik
latihan fisik dan luka dapat
pengobatan yang menunjukkan
ditetapkan tanda-tanda
kolaborasi infeksi
8. Berikan antibiotic 6. Untuk
dan insulin mencegah
9. Observasi hasil kontaminasi
GDS luka dan
penyebaran
infeksi
7. Diet yang tepat,
latihan fisik
yang cukup
dapat
meningkatkan
daya tahan
tubuh serta
mempercepat
penyembuhan
8. Antibiotic dapat
membunuh
kuman dan
pemberian
insulin akan
menurunkan

19
kadar gula
darah
9. Kadar gula
darah yang
tinggi dapat
meningkatkan
resiko
penyebaran
infeksi.
4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Mengevaluasi
fisik berhubungan intervensi perawatn luka penyembuhan
dengan kelemahan keperawatan selama 2. Inspeksi area dan
dan luka pada 3x24 jam diharapkan luka, bersikan komplikasi
ekstremitas tidak ada gangguan keringkan dan 2. Penutupan
mobilitas fisik tutup kembali luka dapat
Dengan KH : dengan balutan mengurangi
- Menyatakan elastic penyebaran
pemahaman 3. Bantu latihan infeksi
individual dan rentang gerak 3. Mencegah
tindakan khusus untuk perubahan
keamanan area yang sakit bentuk
- Menunjukan mulai secara 4. Meningkatkan
keinginan dini kekuatan otot
berpartisipasi 4. Dorong latihan untuk
dalam aktif atau pemindahan
aktivitas isomatrik 5. Mmenguatkan
- Mempertahan untuk paha atas otot ekstensor
kan posisi dan lengan atas dan mencegah
fungsi 5. Instruksikan fleksi pada
- TTV normal klien untuk panggul
berbaring 6. Pasien
dengan posisi mungkin
tengkurap dibatasi oleh
esuai toleransi pandangan
2x sehari diri atau
dengan bantal persepsi
di bawah tentang
abdomen keterbatasan
6. Kaji derajat fisik
imobilitas yang 7. Memberikan
dihasilkan oleh kesempatan
adanya untuk
ganggreng di mengeluarkan
ektrimitas energy dan
bawah memfokuskan
7. Dorong perhatian

20
partisipasi 8. Meningkatkan
pada aktifitas kekuatan otot
terapiutik dan dan sirkulasi
rileksasi 9. Mobilisasi
8. Bantu atau dini
dorong menurunkan
perawatan diri komplikasi
9. Berikan atau tirah baring
bantu dalam 10. Dapat
mobilisasi menentukan
dengan kursi intervensi
roda selanjutnya
10. Awasi TTV

4. Implementasi
Implementasi adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan perawat dalam membantu
klien dari status kesehatan bermasalah menuju ke status kesehatan yang lebih baik lagi
yang mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan.(Gordon, 1994)

5. Evaluasi

Evaluasi
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah
kedaerah gangrene akibat danya obstruksi pembiluh darah.
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat dan sianosis
c. Kulit sekitar luka teraba hangat
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah
e. Sensorik dan motorik membaik
f. TTV DBN :

21
g. TD :100-130/70 mmHg
h. N : 60-80 mmhG
i. RR : 16-24x/menit
j. S : 26-37

2. Gangguan intregritas jaringan berhubungan dengan adanya ganggren pada ekstremitas


a. oedema sekitar luka
b. Pus dan jaringan berkurang
c. Adanya jaringan granutasi
d. Bau busuk luka berkurang
3. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kadar gula yang tinggi
Dengan KH:
a. Tanda-tanda infeksi tidak ada
b. Keadaan luka baik dan kadar gula dalam darah normal
c. TTV normal
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan luka pada ekstremitas
Dengan KH :
a. Menyatakan pemahaman individual dan tindakan keamanan
b. Menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
c. Mempertahankan posisi fungsi
d. TTV normal

22
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pancreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit dibawah lambung dan
abdomen. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena
itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin,
yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah, sel beta mensekresi insulin yang
menurunkan kadar glukosa darah, juga sel delta yang mengeluarkan somatos
tatin”(SarwonoWaspadji, 2003).
Pancreas terdiri dari labulus-labulus, masing-masing terdiri dari satu pembuluh kecilyang
mengarah pada duktus utama dan berakhir pada sejumlah alveoli. Alveoli dilapisi oleh sel-sel
yang mengsekresi enzim yang disebut tripsinogen, amylase dan lipase.

23
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .K, dkk (2015). Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda Nic-Noc,
edisi jilid 1. Yogjakarta

Smeltzer, suzanna C, 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Brunner & suddart edisi 8
volume 2. EGC, Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai