Anda di halaman 1dari 18

A.

Terapi Cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-
batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)
secara intravena.

B. Tujuan Terapi Cairan


Terapi cairan berfungsi untuk tujuan:
1. Mengganti kekurangan air dan elektrolit.
2. Untuk mengatasi syok.
3. Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan. Terapi
cairan preoperatif meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa pra-bedah,
selama pembedahan dan pasca bedah. Pada penderita yang menjalani operasi,
baik karena penyakitnya itu sendiri atau karena adanya trauma pembedahan,
terjadi perubahan-perubahan fisiologi.

C. Tatalaksana terapi cairan


 Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan.
Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan
dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat
(RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3
L dalam 10 menit.

 Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama
Na+ = 1-2 mmol/kgBB/hari dan K+ = 1 mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut
merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi
gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan
insensible water losses. Digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu:
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan
karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang
juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer's
dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah
dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang
antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena
seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan efek
samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak mampu
mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai
kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang
peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan,
yaitu :
 6-8 ml/kg untuk bedah besar.
 4-6 ml/kg untuk bedah sedang.
 2-4 ml/kg untuk bedah kecil.

 Terapi Cairan Intravena

Infus cairan intravena (intravenous fluids drip) adalah pemberian sejumlah cairan
ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus


adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).
2.
Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)
(kehilangan cairan tubuh dan komponendarah).
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi (karena Heat stroke, demam dan diare).
5. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah).
Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous
Cannulation):

1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).


2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah
terbatas.
3. Pemberian kantong darah dan produk darah.
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).
6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah
kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah
Vena yaitu:

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.


2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus yaitu:

1. Hematoma
Hematom adalah darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis
Tromboflebitis atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena terjadi akibat infus
yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4. Emboli udara
Emboli udara adalah masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
5. Selain itu komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus
rasa perih atau sakit dan reaksi alergi.

D. Jenis-Jenis Cairan
1. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF).
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata
sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume
intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30
menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak
digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir
menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan
mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang
sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat
mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan
menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan
lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka
kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel.
Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit
larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema perifer dan paru
serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema jaringan luka, apabila
seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9. Selain itu, pemberian cairan kristaloid
berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra
kranial.
a. Cairan hipotonik
Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah
NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

b. Cairan Isotonik
Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).

c. Cairan hipertonik
Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% +
NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

2. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan
ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler.
Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama
pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia
berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar).
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
a. Koloid alami
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama 10 jam
untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain
mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.
b. Koloid sintetis
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70
(Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri
Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun
Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan
Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi
mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran
mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,
menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran
darah. Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross
match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran
dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan
memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.
A. Defenisi Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN) adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan. Nutrisi parenteral
diberikan apabila usus tidak dipakai karena sesuatu hal, misalnya: Malformasi Kongenital
Intestinal, Enterokolitis Nekrotikans, dan Distres Respirasi Berat. Nutrisi parsial
parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan (Sulastri, 2009).
B. DASAR PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-
kondisi klinis sebagai berikut :
a. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
b. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
c. Pankreatitis akut ringan.
d. Kolitis akut.
e. AIDS.
f. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
g. Luka bakar.
h. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

C. KEBUTUHAN DAN PERTIBANGAN DASAR TERAPI

Nutrisi dan cairan dasar

1. Dekstrosa, sumber utama kalori; 1 gram dekstrosa memberikan energi sebesar 2,4
kilokalori (kkal)
2. Asam amino, untuk sistesis protein yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perbaikan
jaringan; 1 gram asam asmino memberikan energi sebesar 4 kkal
3. Lemak, untuk kebutuhan asam lemak esensial dan sebagai sumber kalori; 1 gram lemak
memberikan energi sebesar 9 kkal
4. Elektrolit, Na, K, Mg, Ca, fosfat
5. Vitamin
6. Trace elements, Cu, Cr, Zn, Mn, Se
Antagosis reseptor-H2 histamin, untuk mencegah dan mengobati tukak pada GI atas dan tukak
yang terkait dengan stres; pengobatan ini sering disertakan pada formulasi TPN.

Agar tidak melebihi batas normal cairan sehari-hari, nutrisi-nutrisi tersebut biasanya diberikan
sebagai larutan hipertonis dengan konsentrasi tinggi.

Kerusakan vena yang diakibatkan oleh pemberian larutan TPN hipertonis diminimalisasi
dengan melakukan pemberian larutan TPN melalui vena pusat berdiameter besar yang aliran
darahnya cepat. Hal ini memungkinkan larutan TPN menjadi cepat terencerkan karena
mengalir ke dalam tubuh.

D. CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL


Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) :
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi
sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak
dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung
karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti
Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid
a) Diberikan melalui central venous,bila konsentrasi > 10% glukosa.
b) Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai <
4minggu.
c) jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access
device.
2. Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral Parsial )
Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian
kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang
biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
a) PPN diberikan melalui peripheral vena.
b) PPN digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika pasien perlu
konsentrasi kecil dari karbohidrat dan protein.
c) PPN digunakan untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic solution.High
hypertonic solution dapat menyebabkan sclerosis,phlebitis dan bengkak.
E. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-bedah/trauma.
Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian paling cepat 24 jam
pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika
kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
1. 24 jam pasca-bedah/trauma
2. Gagal napas
3. Shock
4. Demam tinggi
5. Brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian melalui vena tungkai
bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
karbohidrat diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan
dan multak ada dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori
lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak
dalam hal jumlah kalori.
F. JENIS- JENIS NUTRISI PARENTERAL
 Lemak
Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena perifer .
Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak. Sebagian besar
berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya adalah linoleic, oleic,
palmitic, linolenic,dan stearic acids.
Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke dalam
larutan emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah menjadi lapisan
lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke farmasi, jangan
menggunakan IV filter karena partikel di emulsi lemak terlalu besar untuk mampu melewati
filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak
lewat melalui filter.
Gunakan lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol kaca.
Berikan TPN ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10 menit dan observasi
efek samping pada 30 menit pertama pemberian. Jika ada reaksi yang tidak diharapkan ,
segera hentikan pemberian dan beritahu dokter. Tetapi jika tidak ada reaksi yang tidak
diharapkan, lanjutkan kecepatan pemberian sesuai resep. Monitor serum lipid 4 jam setelah
penghentian pemberian, serta monitor terhadap tes fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan
fungsi hati dan ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama
asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada
kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral
total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-
kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk
mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.
 Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan
jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak seperti
glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel
tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel,
tetapi proses intraselluler mutlak masih memerlukannya sehingga maltose masih
memerlukan insulin untuk proses intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang
berlebihan akan berakibat kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
1) Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2) Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
3) Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah
dengan perbandingan GEX = 4:2:1
 Protein/ Asam Amino
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian
protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian protein /
asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak
dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan
kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau 25
kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam
perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam amino atau
protein jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka diperlukan karbohidrat (
50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.
 Mikronutrien dan Immunonutrien
Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari, masing-
masing:
1) Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
2) Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
3) Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
4) Zink : 3 – 10 mg/ hari
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah:
1) Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
2) Fatty acid.
3) Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran penting
dalam proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan mencegah proses inflamasi
kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical ill
sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan
dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau
immunonutrition.
Contoh larutan mikronutrien standar:
Elemen dasar Jumlah
Zinc 5 mg
Copper 1 mg
Manganese 0.5 mg
Chromium 10 mcg
Selenium 60 mcg
Iodide 75 mcg

G. TUJUAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL


Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:
 Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya
saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.
 Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,
pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative
colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer.
 Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme
energy.
 Mempertahankan kebutuhan nutrisi
Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis, yakni:
Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,kekurangan kalori
dan nitrogen dapat terjadi.
Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan berlangsung dalam tubuh
untuk mengubah protein menjadi karbohidrat.
Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa untuk
mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit
hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan 10.000 kalori/hari.
Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang langsung ke
dalam system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi nutrisi yang tepat sesuai
toleransi tubuh.
H. INDIKASI NUTRISI PARENTERAL
Indikasi dari nutrisi parenteral sebagai berikut :
a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis
infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre
operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum
(Wiryana, 2007).

I. KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN MENGENAI NUTRISI PARENTERAL


a. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal
900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi
tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan
vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan t cepat dapat
mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding
vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan
encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE
harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena
kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan resiko
teromboemboli yang tinggi.
b. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit
mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat
lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk
kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis
ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam
amino tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus
dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin.
Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram karbohidrat.
Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan
memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
c. Tidak melakukan perawatan aseptik
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi
infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa
masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infuse.
J. CONTOH SEDIAAN
a. Nutrisi Parenteral Total
1. Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam satu kantong
dengan dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain
berisi glukosa dengan kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori
glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5
Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol)
15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845
2. Minofusin Paed
larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan vitamin,
terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur
dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana
pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di mana kebutuhan
protein meningkat, defisiensi protein atau katabolisme protein. Komposisi: Tiap 1000
ml mengandung:
L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
L-Aspartic acid 4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
L-Glutamic acid 9.500 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Piridoksin hidroklorida 0.040 g
Riboflavin-5′-phosphate
0.0025 g
sodium salt
Kalium hidroksida 1.403 g
Natrium hidroksida 1.200 g
Kalsium klorida 0.735 g
Magnesium asetat

b. Nutrisi Parenteral parsial


1. Cernevit
adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak (kecuali vitamin
K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat
kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi stress
(trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan.
Composition
Setiap vial mengandung:
Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220
IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount corresponding to alphatocopherol 11.200
IU,Asam Askorbat 125.000 mg, Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount
corresponding to thiamine 3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg
,Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500 mg
,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006 mg, Asam
Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount corresponding to Pantothenic Acid
17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg, Glisin 250.000 mg ,Glycoholic
Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.

D. METODE PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.


Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairan
yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino

2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan nutrisi
sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan adalah
cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang mengandung
asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena
antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada
sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

K. REKOMENDASI JADWAL PEMANTAUAN PASIEN YANG MENDAPAT


NUTRISI PARENTERAL
ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST, aspartate
transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood count Periode sebelum
tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil. Setelah stabil, tidak ada perubahan
komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah petanda independen dari prognosis buruk dalam berbagai
setting klinis, termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung, dan persalinan.
Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh glukosa
parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju ini diterjemahkan
kedalam ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam atau 3.2 ml glukosa
7.5% /kg/jam.
Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung glukosa 7.5% (misal
Aminofluid®) tidak akan menginduksi hiperglikemia pada pasien 60 kg sepanjang laju
pemberian 80 ml/jam (yang jauh di bawah maksimum 192 ml/jam).
Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid, gatifloxacin,
atypical antipsychotics (dengan pengecualian Abilify®), protease inhibitors, diuretik tiazid,
niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat injeksi yang dicampur ke larutan
dekstrosa.

Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma lipid
(trigliserida) yang diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini memiliki kepentingan
khusus pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk gangguan bersihan lemak, misal
hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, dan
pasien sakit kritis.
Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak dari 50:50
menjadi 60:40 atau bahkan 70:30 total NPC, karena masalah-masalah yang dijumpai
mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang kadang-kadang diikuti oleh kolestasis
dan pada sebagian pasien dapat berlanjut menjadi steatohepatitis non-alkoholik(Grade C).
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan hipertrigliseridemia belum
diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa hipertrigliseridemia merupakan faktor risiko
untuk berkembangnya arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak yang berisi
trigliserida rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi kemampuan relaksasi
pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak bisa mengganggu respons imun
tidak didukung oleh meta-analisis terbaru. Namun, banyak ahli menganjurkan menghindari
kadar trigliserida lebih dari 5 mmol/dL, walaupun data yang mendukung kurang. Bila kadar
ini dicapai dianjurkan oleh banyak ahli di bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak
(terutama omega-6) pada nutrisi parenteral atau untuk sementara menghentikan lemak. Pada
kasus defisit energi tidak dianjurkan menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa
melampaui kapasitas oksidasi pasien.

L. PENGHENTIAN NUTRISI PARENTAL


Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk mencegah
terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah mundur menuju
regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah
tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral
baru dapat dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai