Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN INFUS / PEMBERIAN

CAIRAN INTRAVENA

A. Pengertian

Pemberiancairanintravenaadalahpemberiansejumlahcairankedalamtubuhkedala
m pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit, darah, maupunnutrisi (Perry & Potter, 2006).
Pemberiancairanintravenadisesuaikan dengan kondisi kehilangan cairan pada
klien,seberapabesarcairantubuhyanghilang.Pemberiancairanintravenamerupaka
nsalahsatu tindakaninvasifyangdilakukanoleh perawat.

B. Tujuan

Tujuanterapiintravena(Rhoad,J,&Bonnie,J.,M,2008):

1. Mempertahankanataumengganticairantubuhyangmengandungair,
elektrolit,vitamin,protein,lemak,dankaloriyangtidak dapatdipertahankan
melalui oral.

2. Mengoreksidanmencegahgangguancairandanelektrolit.

3. Memperbaikikeseimbanganasamdanbasa.

4. Memberikantranfusidarah.

5. Menyediakanmediumuntukpemberianobatintravena.

6. Membantupemberiannutrisisecaraparenteral.

Kompetensidasarlainyangharusdimilikiuntukmelakukantindakan tersebut
Perawat harus mengetahui jenis dan ukuran kanula infuse, jenis cairan yang
akan
diberikan,caramenghitungtetesaninfuse.Kanulainfuseyangdigunakanharusyang
mudahdimasukkan,menggunakantraumayangsedikit(gunakanyangterkecil),dan
alirannyalancar.Ukurankanulyangdigunakantergantungdaritujuanpemberian
infuse, tipe cairan dan ukuran atau kondisi vena.
- 18Gauge(ungu)untukdarahataumemasukkanbanyakcairan.
- 20Gauge(pink)untukpemberianobatyanglamaataupemberian2-
3liter cairan/hari.
- 22Gauge(biru)untukpemberianobatyanglama,klienkankerdanvenakecil.
- 24Gauge(kuning)untukbayi,anakataudewasayangvenanyakecil/rapuh.

Caramenghitungtetesaninfuse

Rumus=

C. Cairaninfus

1. Berdasarkanosmolalitasnyadibagimenjadi:

a. Isotonik(245-340mOsm/L) Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas


sama atau mendekati
osmolalitasplasma.Batasosmolaritascairantubuhnormalnyayaitu280-295
mOsm/L (Phillips, 2005). Cairan isotonik digunakan untuk mengganti
volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang
berlangsung lama. Contoh cairan isotonik, yaitu NaCl 0,9 %, ringer laktat,
komponen-komponendarah(Albumin5%,plasma),dextrose5%dalamair
(D5W).

b. Hipotonik(<245mOsm/L)Suatucairan/larutan yang memiliki osmolalitas


lebih kecil daripada
osmolalitasplasma.Tujuancairanhipotonikadalahuntukmenggantikan
cairanseluler dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.
Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan
plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau
membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke
dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko
peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan
mengakibatkan deplesi cairan intravaskuler, penurunan tekanan darah,
edema seluler, kerusakan sel. Karena larutan ini dapat menyebabkan
komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti. Contoh cairan
hipotonik, yaitu dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 %, dan
NaCl 0,2%.

c. Hipertonik(>375mOsm/L) Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas


lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang
cepat dapat
menyebabkankelebihandalamsirkulasidandehidrasi.Perpindahancairan dari
sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut.
Cairaninidikontraindikasikanuntukpasiendenganpenyakitginjaldan jantung
serta pasien dengan dehidrasi. Contohcairanhipertonik,yaituD5%dalam
saline0,9%,D5 %dalamRL, Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20 % dalam
air, Albumin 25.

2. Pembagiancairanberdasarkankelompoknya:
a. Kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volumeexpanders)kedalampembuluhdarahdalamwaktuyangsingkat,
danbergunapadapasienyangmemerlukancairansegera.Contohnya,ringer
laktat.
b. Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan
keluardarimembrankapiler,dantetapberadadalampembuluhdarah,maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh
darah. Contohnya,albumindansteroid.

D. Cara menghitung kebutuhan cairan


1. Berdasarkan Berat Badan
Rumus:50ccxkgBB/24Jam=………cc/hari

*Setiapkenaikansuhu1oCdiberitambahan12-15%

2. Berdasarkankebutuhankalori/hari

Rumus:Kebutuhanenergi/hari(kkal)x1ml= ............ml/hari
 Caramenghitungtetesaninfus

a. Jumlahcairan:waktupemberian=………ml/jam

ml/jamxdriptetes=..................tetes/menit

60 menit

b. Jumlah cairan x fantor tetesa =..................tetes/menit


Waktu pemberian x 60 menit

E. Indikasi,kontraindikasi,dankomplikasi

1. Indikasi

a. Asering: dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:


gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma dan digunakan sebagai nutrisi.

b. Ringer laktat: deficit ECF seperti kehilangan cairan karena luka


bakar, perdarahan, dan dehidrasi, serta asidosis metabolik

c. NaCl0,45%:kliendenganhipovolemikdenganhiponatremia

d. NaCl0,9%:rehidrasi,meningkatkanvolumecairanintraselulardandiberik
an jika RL tidak cocok (alkalosis, retensi K +), untuk klien yang
mengalami trauma kepala serta mengencerkan eritrosit sebelum
transfusi, serta klien yang mengalami kehilangan Na > Cl, misal
diare.

e. Dekstrosa 5%: mengganti kekurangn cairan tubuh dan tidak boleh


diberikan pada klien yang mengalami trauma kepala.

f. Dekstrosa5%denganNaCl0,45%:sebagaicairanawaluntukhidrasi

g. Dekstrosa 5% dengan NaCl 0,9%: deficit ECF pada pasien dengan


penurunan jumlah Na atau Cl serta asidosis metabolik.

h. KA-EN 1B: sebagai larutan awal bila status elektrolit belum diketahui
seperti
padakasusemergensi(dehidrasikarenaasupanoraltidakmemadai,demam
), <24jampascaoperasi,
i. KA-EN3Adan3B:rumatanuntukkasuspascaoperasi(>24-
48jam),larutanrumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air
dan elektrolit dengan
kandungankaliumcukupuntukmenggantiekskresiharian,padakeadaanasu
panoralterbatas.

j. KA-EN 4A: larutan rumatan untuk bayi dan anak, tepat digunakan
untuk dehidrasi hipertonik.

k. Amiparen:infeksiberat,kwashiorkor,pascaoperasi,totalparenteralnutritio
n Aminovel-600: nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita
GI yang dipuasakan, kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka
bakar, trauma, dan pasca operasi.

2. Kontraindikasi

a. Daerahyangmemilikitanda-tandainfeksi,infiltrasiatauthrombosis.

b. Daerahyangberwarnamerah,kenyal,bengkakdanhangatsaatdisentuh

c. Venadibawahinfiltrasivenasebelumnyaataudibawahareaflebitis

d. Venayangsklerotikataubertrombus

e. Lengandenganpiraiarteriovenaataufistula

f. Lenganyangmengalamiedema,infeksi,bekuandarah,ataukerusakan kulit

g. Lenganpadasisiyangmengalamimastektomi(aliranbalikvenaterganggu)

h. Lenganyangmengalamilukabakar

3. Komplikasi
a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluhdarah arteri vena,atau kapiler, terjadiakibat
penekanan yangkurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan”
berulang pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluhdarah), terjadi akibat ujungjarum infus melewati
pembuluhdarah.
c. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi
akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboliudara,yaknimasuknyaudarakedalamsirkulasidarah,terjadiakibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
e. Syokringan:tubuhbereaksiterhadapzatyangdiinjeksikankedalamsistem
sirkulasiyangterlalucepat.Tanda:sakitkepala,nadicepat,pingsan,dan
dyspnea.
f. Kelebihanvolumecairan:kondisiyangdisebabkanketikaterlalubanyakvolu
me cairan yang dimasukkan ke dalam sistem sirkulasi. Tanda:
meningkatnya tekanan darah, kesulitan bernapas (dyspnea).

F. Anatomi target tindakan

a. Venametacarpal:terdapatdipunggungtelapaktangan.
PemasanganIVdidaerahiniterasalebihnyerikarena banyakujung saraf. Pada
orang tua, vena metacarpal lebih mudah pecah.

b. Venacafalika:tidakmengganggumobilisasinamunpadaorang gemuk lebih


sulit dicari.

c. Venabasalika:nyeri

d. Venamedianabasilica:mudahdidapatkarenavenalebihbesar dan dekat dengan


arteri brakhialis.
G. Daftar Pustaka

Ignatavicius,D.D.danWorkman,M.L.(2006).Medical-SurgicalNursing:Critical
Thinking for Collaborative Care. Vol.1. 5th Ed.USA:Elsevier.
McCann,J.A.S.
(2004).NursingProcedures.4thEd.Philadelphia:LippincottWilliams&Wilkin
s.
Phillips,L.D.(2005).IVTherapyNotes:Nurse’sClinicalPocketGuide. China:Imago.
Potter,P.A.&Perry,A.G.(1997). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice.4thEd.St.Louise,MI:ElsevierMosby,Inc.

.
(2005).ClinicalNursingSkill&Technique.6thEd.St.Louise,MI:Elsevi
er Mosby, Inc.
Rhoad,J.&Bonnie,J.,M.(2008).ClinicalNursingSkill.USA:F.A.DavisCompany.
SOP PEMASANGAN INFUS

Pengertian :

Memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan
waktu yang lama, dengan menggunakan infus set.

Tujuan :
1. Sebagai pengobatan.
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.
3. Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat / tidak boleh makan melalui
mulut

Prosedur :
1. a. Standart infus.
b. Cairan infus.
c. Infus set.
d. Alkohol swab.
e. Transparan dresing.
f. Gunting.
g. Plester.
h. Pengalas dan perlak.
i. Bengkok.
j. Sarung tangan on steril.

2. Pelaksanaan :

1. Cuci tangan (sesuai SPO cuci tangan).


2. Identifikasi pasien(sesuai SPO identifikasi pasien).
3. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
4. Bawa peralatan kepasien.
5. Atur posisi pasien dengan posisi supine( terlentang).
6. Siapkan set infus dan cairan infus untuk siap digunakan -Lepaskan penutup botol
cairan lalu didesinfeksi dengan alkohol swab dan tusukkan pipa saluran udara dan
saluran infus.
7. Isi selang infus : tekan bilik drip dan lepaskan, biarkan terisi 1/3 sampai ½ penuh.
? Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar sehingga udara tidak ada
pada selang infus, lalu klem ke posisi off, pastikan slang bersih dari udara dan
gelembung udara, ujung slang ditutup kembali.
8. Pakai sarung tangan .
9. Periksa ulang cairan yang akan diberikan.
10. Siapkan area yang akan dipasang infus.
11. Pasang perlak dan pengalas di bawah anggota badan yang akan dipasang infuse .
12. Lakukan fixasi
13. Tentukan vena yang akan ditusuk.
14. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5 – 19 cm melingkar dari arah
dalam keluar.
15. Tusukkan jarum infus/abocath pada vena yang telah ditentukan
16. Tutup bagian yang ditusuk dengan tegaderm
17. Tulis tanggal dan ukuran jarum infus/abocath pada plester bagian luar.
18. Hitung jumlah tetesan infus sesuai dengan kebutuhan.
19. Perhatikan reaksi pasien.
20. Rapikan pasien
21. Rapikan peralatan dan kembalikan pada tempatnya.
22. Cuci tangan
23. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah cairan serta peralatan habis
pakai pada status pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN TRANSFUSI DARAH

A. Pengertian Transfusi Darah


Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari donor yang sehat kepada
penderita. Pada tahun 1900 Dr. Loustiner menemukan 4 macam golongan darah :
1. Golongan darah A
2. Golongan darah B
3. Golongan darah AB
4. Golongan darah O
Selain itu tahun 1940 ditemukan golongan darah baru yaitu Rhesus Faktor positif dan
rhesus faktor negatif pada sel darah merah (erythrocyt). Rhesus Faktor positif banyak
terdapat pada orang Asia dan Negatif Pada orang Eropah, Amerika, Australia.

B. Jenis Donor Darah


Ada dua macam donor darah yaitu :
1. Donor keluarga atau Donor Pengganti adalah darah yang dibutuhkan pasien
dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.
2. Donor Sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen
darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk
pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah
yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima sesuatu keuntungan.

C. Syarat – Syarat Calon Donor Darah :


1. Umur 17 – 60 tahun
2. Berat badan 50 kg atau lebih
3. Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
4. Tekanan darah 120/140/80 – 100 mmHg
5. Nadi 50-100/menit teratur
6. Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit
perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
7. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
8. Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
9. Kulit lengan donor sehat.
10. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
11. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
12. Bukan pencandu alkohol/narkoba
13. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
14. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

D. Proses Transfusi Darah


1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan
pengambilan darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan
kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hipatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
e. Penyimpanan Darah. Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat
celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :
PRC,Thrombocyt,Plasma,Cryo precipitat

E. Pengambilan Darah
1. Oleh petugas yang berwenang.
2. Menggunakan peralatan sekali pakai.
3. 250-350 ml, tergantung berat badan.
4. Mengikuti Prosedur Kerja Standar.
5. Informed Consent : Darah diperiksa terhadap IMLTD (Infeksi Menular Lewat
Transfusi Darah) ; Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, Sifilis).
SOP TRANSFUSI DARAH

Pengertian :
Pemberian darah dari kantung darah kedalam tubuh melalui pembuluh vena
Tujuan:
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter.
Indikasi:
1. Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30%
2. Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)
Komplikasi:
1. Reaksi transfusi hemolitik a.Reaksi hemolitik ekstravaskuler b.Reaksi hemolitik
intravaskuler
2. Infeksi a.Bakteri (stapilokok, citobakter) b.Virus (hepatitis, AIDS, CMV) c.Parasit
(malaria)
3. Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia, asidosis
Persiapan Alat :
- Transfusi set
- Cairan NaCl
- Persediaian darah yang sesuai dengan golongan darah klien, sesuai dengan kebutuhan
- Sarung tangan 1 pasang
- Perlak dan pengalas
- Penunjuk waktu
Prosedur Kerja Dan Rasionalisasi :
A. Tahap Pra interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada untuk menjamin ketepatan pasien,
tindakan dan yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan mengurangi transmisi mikro organisme
3. Menempatkan alat didekat pasien memudahkan untuk melakukan tindakan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien agar klien/keluarga
mengerti tunjuan tindakan yang akan dilakukan
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan pasien siap terhadap
prosedur tindakan
C. Tahap kerja
1. Melepaskan selang infuse dan flabote dan memindahkan ke kantung darah
2. Menghitung jumlah tetesan sesuai program mempertahankan kecepatan tetesan darah
yang tepat
3. Memperhatikan reaksi pasien waspada terhadap reaksi alergi dari transfusi
D. Tahap Terminasi
1. Merapikan pasien menciptakan suasana nyaman pasien
2. Berpamitan dengan klien klien mengetahui tindakan telah selesai di lakukan
3. Membersihkan alat mengurangi transmisi mikroorganisme
4. Mencuci tangan mengurangi transmisi mikroorganisme.
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan Mencatatkan pemberian
transfusi sesuai pesanan dokter.
LAPORAN PENDAHULUAN ELEKTROKARDIOGRAM(EKG)

A. Pengertian Elektrokardiogram (EKG)


Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung
(Price, 2006). Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar ke
jaringandisekelilingjantung,dansebagiankecildariaruslistrikiniakanmenyebarkesegala arah di
seluruh permukaan tubuh. Impuls yang masuk ke dalam jantung akan membangitkan sistem
konduksi pada jantung sehingga terjadi potensial aksi.

B. TujuanTindakan
TujuanmelakukanpemasanganEKG adalahuntukmenentukankelainanseperti:
1. Gangguaniramajantung(disritmia)
2. Pembesaranatriumatau ventrikel
3. Iskemikatauinfark miokard
4. Infeksilapisanjantung(perikaraditis)
5. Efekobat-obatan
6. Gangguanelektrolit
7. Penilaianfungsipacu jantung

C. KompetensiDasaryangHarusDimiliki

SebelumkitamembahasmengenaipenggunaanEKG,terlebihdahulukitamengetahu
i sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang
terdiridari :

1. SA Node ( Sino-Atrial Node ). Terletak di posterior atrium kanan (RA) dekat


muaravena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara
otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60
- 100 kalipermenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh
atrium terangsang.

2. AVNode (Atrio-VentricularNode).Terletak di septum internodal bagian sebelah


kanan, diatas katup tricuspid, dekat sinus koronaria. Sel-sel dalam AV Node dapat
juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node
yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih
rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila
SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.

3. Berkas His. Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu Cabang


berkas kiri ( Left Bundle Branch) dan Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch
). Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-
cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinje.

4. Serabut Purkinje. Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-
selventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat
sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker
(impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40
kali/menit.

Setelah mengetahui sistem konduksi pada jantung, sangat penting juga bagi
kita untukmemahamiinterpretasidariEKGyangtermanifestasikandalamgelombang-
gelombang yang tercatat dari aktivitas EKG itu sendiri. Gelombang-gelombang yang
terdapat pada EKG antara lain:

1. Gelombang P: gelombang yang tercipta karena depolarisasi otot atrium


sebelumatriummengalamikontraksi.Normalnyasetinggi2,5ataukurangdandurasinya
0,11 detik atau kurang. Defleksi negatif pertama gelombang P adalah gelombang
Q. Durasinya sekitar 0,03 detik dengan amplitudo kurang dari 25% gelombang R.
Defleksi positif pertama gelombang P adalah gelombang R. Defleksi negatif
pertama gelombang R adalah gelombang S.

2. Kompleks QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel. Durasinya berkisar


antara 0,04-0,1 detik

3. GelombangTmenggambarkanrepolarisasiotot ventrikel.

4. GelombangUmenggambarkanrepolarisasiseratPurkinje.

5. Segmen ST terjadi di akhir dari gelombang S sampai permulaan gelombang T.


segmen ini menggambarkan repolarisasi ventrikel awal.

6. Interval PR diukur dari permulaan gelombangp sampai permulaan gelombang Q


atau R. Gelombang ini menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi
atrium dan perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel.
Durasinya berkisar antara 0,12 sampai 0,2 detik.

7. Interval QT menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel,


diukur dari awal gelombang Q atau R, jika tidak ada gelombang Q, diakhiri
dengan gelombang T.Durasinyaantara0,32 sampai0,4detik.

D. AnatomiDanFisiologi
Anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan elektrokardiogram terkait dengan
pemasangan ke 12 sadapannya. Setiap sadapan memiliki area pemeriksaan yang berbeda-
beda.
1. SadapanBipolar
Sadapan ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan negatif. Istilah “bipolar”
berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda yang
diletakkan pada tubuh dalam hal ini anggota badan. Sadapan ini diletakkan pada
pergelangan-pergelangan tangan atau kaki sehingga terbentuk tiga sadapan
ekstremitas bipolar untuk mencatat potensial bioelektrik jantung. Sadapn ini terdiri
dari:
a. Lead I: merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right Arm/RA)
dan lengan kiri (Left Arm/LA), di mana lengan kanan bermuatan (-) dan lengan kiri
bermuatan (+).
b. Lead II: merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan kaki kiri (Left Foot/LF), di mana lengan kanan bermuatan(-) dan kaki
kiri bermuatan (+).
c. Lead III: merekam perbedaan potensial dari elektrodadi lengan kiri (LA)dan kaki kiri
(LF), di mana lengan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+).

2. SadapanUnipolar
a. SadapanUnipolar Ekstremitas
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, di mana
elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda-elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen
(potensial 0). Sadapan ini terdiri dari:

1. Lead aVR: merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana
lengan kanan bermuatan (+), lengan kiri (LA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.

2. Lead aVL: merekam potensial listrik pada lengan kiri (LA), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan kaki kiri (LF) membentuk
elektrodaindiferen.

3. Lead aVF: merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA) membentuk
elektroda indiferen

3. SadapanUnipolarPrekordial

Sadapaninimerekam besarpotensiallistrikjantungdengan meletakkan elektrodapositif


secara horizontal pada dinding dada atau punggung mengelilingi
jantung.Sadapaniniterdiri dari:

1. LeadV1:ElektrodaditempatkanpadaICSIV,garissternumkanan

2. LeadV2:ElektrodaditempatkanpadaICSIV,garissternumkiri
3. LeadV3:ElektrodaditempatkanpadapertengahanantaraV2danV4
4. LeadV4:ElektrodaditempatkanpadaICSV,garismidklavikulakiri
5. LeadV5:ElektrodaditempatkansejajardenganV4,garisaksiladepan
6. LeadV6:ElektrodaditempatkansejajardenganV4,garisaksilatengah

4. Sandapantambahan
Sadapaninidipakaidalankeadaantertentusaja. Terdiri dari:
1. V7 :garisaksilabelakangsejajardenganV4
2. V8 :garisskapulabelakangsejajardenganV4
3. V9 :bataskindankolumnavertebrasejajardenganV4
4. V3R-V9Rposisinya samadengan V3 -V9,tetapipadasebelah kanan.

E. DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. and Wilson, L.M. (1995). Fisiologi: Proses-Proses Penyakit Ed 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. and Bare B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner
&Suddartf Ed. 8. Jakarta : EGC
Sudoyo et al (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : PPIPD FK UI
SOP PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)

Pengertian :
Suatau tindakan melaksanakan pemeriksaan jantung dengan alat elektrokardiogram (EKG)
Tujuan :
Didapat hasil pemeriksaan EKG yang baik
Indikasi :
1. Adanyaanamnesispenyakitjantung
2. TerlihatnyaTTVyangberbedadariTTVnormal:
3. Pergerakandada yangtidakseimbang
4. Bunyijantung3dan4
5. Nyeripadadada
6. Intoleransi aktifitas
Alat dan bahan :
1. Elektrokardiogram
2. Elektroda ekstremitas
3. Elektrodaisap(“suctionelectrode”)
4. Kabelpenghubungkliendan kabelpenghubungtanah(“grounding”)
5. Kapasdan alkohol
6. Elektrolitjelly
Prosedur :
1. PersiapanPasien:

- PasiendiberitahutentangtujuanperekamanEKG
- Pakaianpasiendibukadandibaringkanterlentangdalamkeadaantenangselama
perekaman.

2. CaraMenempatkanElektrode

Sebelumpemasangan elektrode,bersihkankulitpasiendisekitarpemasanganmanset, beri


jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.

- Elektrodeekstremitasatasdipasangpadapergelangantangankanandankirisearah
dengan telapak tangan.

- Padaekstremitasbawahpadapergelangankakikanandankirisebelahdalam.
- Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang
sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.

- Kemudiankabel-kabeldihubungkan:
1. Merah(RA/R)lengankanan
2. Kuning(LA/L)lengankiri
3. Hijau(LF/F)tungkaikiri
4. Hitam(RF/N)tungkaikanan(sebagai ground)
- Hubungkankabeldenganelektroda:
1. Kabelmerahdihubungkanpadaelektrodadi pergelangantangankanan
2. Kabelkuningdihubungkanpadaelektrodadi pergelangantangankiri
3. Kabelhijaudihubungkanpada elektrodadipergelangankakikiri
4. Kabelhitamdihubungkanpadaelektrodadipergelangankakikanan
- Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda
prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda, pasangkan
pada tempat yang telah dibersihkan.
- Hubungkan kabel dengan elektroda:
1. C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah
2. C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning
3. C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau
4. C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat
5. C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam
6. C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu
Pada C2 dan C4 merupakan titik-titik untuk mendengarkan bunyi jantung I
dan II.
3. Cara Merekam EKG
- Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
- Periksa kembali standarisasi EKG antara lain :
 Kalibrasi 1 mv (10 mm)
 Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas
bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
- Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-
turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah
pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah
itu matikan mesin EKG
- Rapikan pasien dan alat-alat.

- Catat di pinggir kiri atas kertas EKG:Nama pasien,Umur,Tanggal/Jam,Dokteryang


merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah

- Dibawahtiaplead,diberitandalead berapa
LAPORAN PENDAHULUAN HAETING/ GANTI BALUTAN LUKA

A. Definisi Luka
Luka adalah terganggunya intergitas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya.
Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka dapat terbuka atau tertutup,
bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam. Luka dapat digambarkan sebagai
gangguan dalam kontinuitas sel-sel, kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang
merupakan pemulihan kontinuitas tersebut (Brunner & Suddart, 2004).
Ketika terjadi luka, beragam efek yang dapat terjadi:
a. Kehilangan segera semua atau sebagian fungsi organ
b. Respon stress simpatis
c. Hemoragi dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel

B. Klasifikasi Luka
a. Luka bersih
Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada
infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital. Kondisi luka tertutup dan tidak
ada drainase.
b. Luka terkontaminasi
Dalam luka pembedahan ditemukan peradangan non purulen
c. Luka kotor/terinfeksi.
Luka yang terdapat pus, pervorasi visera, luka yang mengalami traumatic dan sudah lama
atau terinfeksi dari sumber lain.

C. Mekanisme terjadinya luka :


a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam.
Misalnya yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.

D. Penyembuhan luka
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel.
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda
asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi
area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan
a. Prinsip Penyembuhan Luka
a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang,
b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetapdijaga,
c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,
e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme,
f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri. Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk
melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang
rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler
bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal
tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka
bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan
E. Perawatan Luka
1. Defenisi luka post operasi
Luka post operasi merupakan luka yang sengaja dibuat oleh ahli bedah, oleh karena
itu dibutuhkan penanganan secara khusus karena saat ini banyak luka post operasi yang
terkena infeksi. (Brunner & Suddarth,2002)
2. Penatalaksanaan Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan di rumah
sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis karena perawatan luka cukup tinggi
dan ini akan menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien.
Perawatan luka adalah suatu metode yang efektif dan efisien yang digunakan untuk
merawat luka agar sembuh sesuai dengan waktunya, meminimalkan terjadinya resiko
infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi. (Brunner & Sudarth, 2002)
Tindakan perawatan luka akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu
mengacu pada protap yang telah ditetapkan seperti mencuci tangan dahulu, begitu pula
dengan alat-alat yang akan digunakan harus disterilkan dulu sebelum digunakan pada
klien. Perawatan luka yang baik akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan serta
kepuasan bagi penerima pelayanan keperawatan dan dapat berpengaruh timbulnya
timbulnya infeksi paska bedah terutama bila perawatan luka post operasi tidak dilakukan
sesuai prosedur. Diharapkan dengan penerapan perawatan luka secara teoritis dapat
mempercepat proses penyembuhan dan mencegah infeksi luka. Dalam proses
penyembuhan luka pasien tidak terlepas dari peran perawat sebagai tenaga kesehatan,
khusunya yang bertugas dirumah sakit. Sebagai salah satu sarana kesehatan dalam
memberikan perawatan baik dalam bentuk fisik maupun psikologis, perawatan yang
khusus serta persiapan alat yang baik dan didukung dengan kinerja yang baik sangat
penting dalam proses penyembuhan luka pasien salah satunya perawatan luka. Untuk
mempercepat penyembuhan luka harus dilakukan perawatan luka yang baik yaitu dengan
persiapan alat-alat steril dan ganti balutan. Dimana tujuan perawatan luka adalah untuk
membersihkan atau menghindari luka dari kotoran, membantu mempercepat timbulnya
sel sel epitel, mencegah atau mengurangi kemungkinan cacat atau jaringan parut.
Dalam perawatan luka balutan pertama diganti ahli bedah setelah 2 hari dilakukannya
pembedahan baru perawat ruangan yang menggantikan balutan atau melakukan
perawatan luka dalam 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore. (Brunner & Suddarth,
2002).
3. Balutan Luka
a. Untuk memberikan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan luka
b. Untuk menyerap drainase
c. Untuk membebat dan mengibolisasi luka
d. Untuk melindungi luka dan jaringan epitel baru dari cidera mekanik
e. Untuk melindungi luka dari kontaminasi bakteri dan pengotoran oleh fases, muntahan,
dan urin
f. Untuk meningkatkan hemostasis, seperti pada balutan tekan
g. Memberikan kenyamanan mental dan fisik bagi klien. Pada beberapa kasus balutan
dieliminasi selama periode segera. Contohnya keadaan dimana balutan tidak
diperlukan adalah laserasi wajah, flaps pedikel, atau tandur kulit pada permukaan
yang rata. Ketika balutan pertama pada insisi luka yang bersih, kering diangkat,
seringkali tidak diganti. Umumnya, balutan pertama pada insisi bersih dan kering
dibiarkan ditempatnya sampai tepi luka merapat dan luka menyembuh (biasanya 24
jam).

F. DAFTARPUSTAKA
Kusmiyati, Yuni, SST.2007. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan.Fitramaya. Yogyakarta.
novianurjayanti.Ganti Baluta.2015
SOP GANTI BALUTAN LUKA DAN HEATING

Pengertian :
Ganti balut yaitu mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih. Heating
up itu sendiri yaitu mengangkat/membuka jahitan pada luka yang di jahit.
Tujuan:

1. Tujuan ganti balut :

2. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat


menjaga kebersihanluka

3. Melindungi luka darikontaminasi

4. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )

5. Membantu menutupnya tepi luka secarasempurna

6. Menurunkan pergerakan dantrauma

7. Menutupi keadaan luka yang tidakmenyenangkan

Tujuan HeatingUp
1. Mencegah terjadinya infeksi dari benang
2. Mencegah tertinggalnya benang

Indikasi :
Indikasi pada ganti balut :Pada balutan yang sudah kotor.

Indikasi padaHeatingUp
1. Luka jahit yang sudah waktunya di angkat jahitanya
2. Luka jahitan yang infeksi

Alat dan bahan :


1. Persiapan ruangan Ruangan disiapkan sebaik mungkin
2. Persiapan alat:
a. Bak instrument kecil, didalamnya ada :
- Handscoon steril
- Pinset anatomis steril
- Pinset chirugis
- Gunting angkat jahitan
b. Bengkok
c. Gunting plaster
d. Tempat sampah medis
e. Baskom kecil
f. Handuk kecil
g. Troli
h. Kasa steril
i. Plester
j. Larutan NaCl
k. Betadine
l. Kapas alkohol
m. Larutan klorin
n. Perlak
o. Kurentang

Prosedur :
Prosedur ganti balut :
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Merespon terhadap reaksi klien
5. Menjaga privasi klien dengan bersifat sopan
6. Menyiapkan alat dan bahan, bawa ke dekat pasien
7. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
8. Mencuci tangan dengan 7langkah
9. Memasang pengalas di bawah daerahluka
10. Memakai sarung tangan (perhatikan prinsip steril dan pencegahan infeksi)
11. Mengolesiplasterdengankapasalcohol,agarmudahdantidaksakitsaatplasterdi
buka
12. Membuka plaster dan kasa dengan menggunakan
13. Mengkaji luka apakah luka tersebut masih basah apa sudah kering
14. Membersihkan luka dengan larutan antiseptik dengan menggunakan kasa
terpisah untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area yang kurang
terkontaminasi kearea terkontaminasi gerakan dalam keadaan menjauh dari
tepiluka
15.  Membuang kasa yang sudah digunakan ke dalambengkok
16. Mengeringkan luka dengan kasa yang baru
17. Memberikan salepantiseptik
18. Tutup luka dengan kasa steril dan memasang plaster
19. Merapikan pasien dan membereskan alat
20. Lepas sarung tangan, merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10menit
21. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Prosedur HeatingUp :
1. Memberitahu pasien tindakan yang akan di lakukan
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan kepada pasien
3. Memasang sampiran atau penutup tirai
4. Mengatur posisi pasien senyamanmungkin
5. Memasang perlak di bawah daerah yang akan di lakukanperawatan
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
denganhandukbersih
7. Memakai sarungtangan
8. Mengolesi plaster dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat
plasterdibuka
9. Membuka plaster dan kassa menggunakan pinset
10. Mengkaji luka (menyakinkan lukakering)
11. Membersihkan luka dengan larutan antiseptic atau betadine
12. Membuang kassa yang sudah digunakan kedalambengkok
13. Mengangkat dan menahan bagian luar jahitan dengan pinset denga
menggunakan tangan nondominan
14. Memotong benang dibawah simpul dengan gunting
15. Mencabut benang dari kulit secaraperlahan
16.  Melakukan tindakan antiseptic dan membuang kassa kedalambengkok
17.  Menutup luka dengan kassa dan di plaster
18. Merapikanpasien
19. Membereskan alat yang digunakan
20. Melepaskan sarung tangan
21. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN KATETER

A. Pengertian
Kateter merupakan suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan
cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui utetra ke dalam
kandungkemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urin. Kateter urin dapat
dipasang untuk  jangka waktu pendek seperti di lingkungan rawat inap atau
kronis dan lingkungan rumah.

B. Tujuan

1. Menghilangkan distensi kandungkemih

2. Mendapatkan spesimenurine

3. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu


sepenuhnyadikosongkan

C. Indikasi, Kontrainsikasi, dan Komplikasi

Indikasi:
a. Inkontinensia urin

b. Retensiurin

c. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secaraakurat

d. Mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama operasi dan


sebelum suatu pemeriksaandiagnostic
e. Memperoleh bahan urinsteril

f. Mengukur jumlah residu urin dalam kandungkemih

g. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian


kandung kemih secaranormal
h. Menjaga agar pasien yang inkontinen tetap kering pada daerah
perineum, agar kulit tetap utuh dan tidakinfeksi

Komplikasi:
1. Trauma
2. Infeksi
3. Sepsis
4. Bola pecah atau tidak dapatkempis
5. Alergi atau sensitive terhadaplatex

D. Kompetensi dasar yang harusdimiliki


1. Saat melakukan kateterisasi ada beberapa pengetahuan dasar tentang system
urinarius bagian bawah yang harus dimiliki,yaitu :
a. Kandung kemih secara normal merupakan kantong yangsteril
b. Spincter uretra bagian luar tidaksteril
c. Kandung kemih mempunyai mekanisme pertahanan sendiri dapat
mengosongkan urin sendiri secara teratur dan mempertahankan
keasaman lingkungannya
d. Kuman pathogen yang masuk ke dalam uretra dapat
menyebabkan infeksi kandung kemih danginjal
e. Kandung kemih yang normal tidak mudah terkena infeksi kecualicedera.

2. Tipe, ukuran, bahan kateter


a. Nelaton kateter/straight catheter/katetersementara
b. Folley kateter/kateter tetap

Ukuran kateter

Ukuran kateter
Wanita dewasa Kateter no 14/16

Laki-laki dewasa Kateter no 18/20

Anak-anak Kateter no 8/10


E. Anatomi daerah tindakan
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus utetra. Membran mukosa melapisi uretra dan kelenjar uretra mensekresi
lendir kedalam saluran uretra. Lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk
plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal
mengelilingi uretra. Panjang uretra pada wanita yaitu 4 sampai 6,5 cm. Sfingter
uretra eksterna yangterletak disekitar setengah bagian bawah uretra
memungkinkan aliran
volunteer.Uretrapadapriayangmerupakansaluranperkemihandanjalankeluarsel
serta sekresi dari organ reproduksi memiliki panjang 20 cm. Pada wanita meatus
urinarius terletak di labia minora di atas vagina dan di bawah klitoris sedangkan
pada pria terletak pada ujung distal penis.

F. Daftar pustaka

Barbara, K, dkk. (2002). Kozier and Erb’s Technique In Clinical Nursing . New


Jersey: Pearsson Education.

Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept,


Process, an Practice. (Terj). Asih, Y., et al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
SOP PEMASANGAN KATETER

Pengertian :
Suatu tindakan pemasangan selang kateter. Kateter atau foley adalah alat medis yang
digunakan untuk melancarkan pengeluaran urin.

Tujuan :
Untuk melancarkan eliminasi (pengeluaran urin) seseorang.

Indikasi :
1. Pada pasien post operasi
2. Pada yang mengalami gangguan eliminasi
3. Pemeriksaan urin

Prosedur :
a. Kaji status klien: waktu terakhir berkemih, tingkat kesadaran, keterbatasan mobilisasi
dan fisik, usia, alergi, kondisi patologis yang dapat merusak jalan masuk kateter 
b. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
c. Jelaskan prosedur , Pertahankan privasi klien
d. Tinggikan tempat tidur sampai posisi yang nyaman untuk melakukan tindakan
e. Cuci tangan
f. Atur posisi klien
1. Wanita : bantu untuk mengambil posisi dorsal rekumben (telentang dengan lutut
ditekuk) atau posisikan klien dalam posisi berbaring miring (Sims) dengan
menekuk lututnya.
2. Pria : bantu untuk mengambil posisi dengan paha sedikit diabduksi
g. Pasang sarung tangan
h. Lakukan vulva hygiene atau perinealhygiene
i. Buka set kateter da berikan jelly di ujung kateter 
j. Masukkan kateter sampai urin mengalir. Ketika urin mengalir pindahkan
tangan yang dominan dari labia atau dari penis ke kateter, 2 cm dari meatus
untuk menahan kateter agar tidak terdorong ke luar. Tangan yang dominan
menghubungkan ujung kateter dengan urinebag
k. Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter kira-
kira 2,5cm
l. Lepas sarung tangansteril
m. Plesterkateter 
- Pria : ke abdomen bagianbawah
- Wanita:kearahpaha
n. Bantu klien pada posisinyaman
o. Cucitangan
p. Dokumentasi
1) Tanggal dan waktutindakan
2) Tipe dan ukuran kateter 
3) Specimen atau bahan urin yangdidapat
4) Jumlahurin
5) Deskripsiurin
6) Respon pasien terhadapprosedur 
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

A. Pengertian
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara mela
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga kon
oksigen meningkat dalam tubuh.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian dengan
menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan (suction).
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase p
clapping, dan vibrating pada klien dengan gangguan sistem pernapasan, misalnya penya
obstruksi kronis (bronchitis kronis, asma, dan emfisema) Tindakan drainase postural mer
tindakan dengan menempatkan klien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan secret di
pernapasan. Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping (penepuka
vibrasi.

B. Tujuan
Tujuan pemberian oksigen adalah :
1. Untuk menyediakan dan merawat keamanan jalan udara.
2. Untuk memastikan adanya oksigenasi (oxygenation) dan ventilasi yang adekuat.
3. Untuk menghindari terjadinya aspirasi (aspiration).
4. Untuk melindungi spinal servikal (cervical spine).

C. Indikasi, Kontraindikasi, dan Komplikasi dari Tindakan


Indikasi dari oksigenasi adalah:
1. Hipoksemia, kekurangan oksigen dalam darah
2. Hiperventilasi, peningkatan jumlah O2 dalam paru-paru sehingga napasny cepat
3. Hipoventilasi, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan O2
4. Masalah pernapasan seperti asma dan pneumonia
5. Bronchitis
6. Penyakit jantung
Kontraindikasi dari oksigenasi:
Semua klien yang memiliki respon ventilasi oksigen yang tidak baik
Komplikasi dari oksigenasi adalah:
a. Depresi pernapasan
b. Toksisitas oksigen
c. Penyerapan atelektasis

D. Anatomi Daerah yang Akan Menjadi Target Tindakan


Saluran nafas atas yang berfungsi : menyaring, menghangatkan dan melembabka yang
dihirup. Terdiri dari :
a. Hidung
b. Faring
c. Laring
d. Epiglottis
Saluran nafas bawah yang berfungsi :
a) Menghangatkan udara
b) Membersihkan mukuosa cilliary
c) Memproduksi surfactant
e. Paru

E. Aspek Keamanan dan Keselamatan (Safety) yang Harus Diperhatikan


1. Kapasitas pengikatan oksigen
2. Konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3. Tekanan darah yang dapat menyebabkan hipovolemia
4. Peningkatan metabolisme
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, ob
musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru
6. Usia dan perkembangan klien
7. Asupan nutrisi klien
8. Kecemasan klien yang dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
9. Suhu lingkungan
F. Daftar Pustaka

Hidayat,A.A.(2007).PengantarKonsepDasarKeperawatan.Edisi2.Jakarta: Mardika.

Hyatt,dkk.(2003). InterpretationofPulmonaryFunctionTests:APracticalGuide

Philadelphia:LippincottWilliamsandWilkinsPublishers.

Tarwoto,W.(2006).KebutuhanDasarManusiadanProsesKeperawatan.Edisi3.

SalembaMardika.

Wiegand,D.J.&Carlson,K.K.(2005).AACNProcedure Manualfor CriticalCare.5t

Louis,Missouri:ElsevierSaunders.

Wilkins,Robert,etal.(2000).ClinicalAssessmentinRespiratoryCare,2ndEd.St Mosby.
Wilkins,Robert,etal.(2003).Egan'sFundamentalsofRespiratoryCare,8thEd.St Mosby.
Yutsis,P.I.(2003).OxygentotheRescue:OxygenTherapiesandHowTheyHelpO
Disease,PromoteRepair,andImproveOverallFunction.BasicHealthPublicatio
SOP PEMASANGAN OKSIGEN

Pengertian :
Masukkan O2 kedalam paru-paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu
oksigen.

Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhanO2
2. Mencegah terjadinyaHipoksia

Prosedur :

1. Persiapan Alat:

 Tabung O2 lengkap dengan Flow Meter danHumidifier

 Selang O2 / Kanula nasal / Maskernasal

2. Persiapan Pasien

 Berikan Penjelasan kepada pasien sebelum melakukan tindakan.


3. Persiapan pasien:

 Atur posisi pasien

4. Pelaksanaan

 Buka flow meter dan Ukur dosis secarabertahap

 Pasang selang canula pada hidung pasien

 Perhatikan respon pasien, pernafasan dannadi.

 Catat dalam form pemakaian O2: Jampemakaian, Jumlah liter O2 yang dipakai
(awal dan akhir pemakaian serta jumlah yangterpakai)
LAPORAN PENDAHULUAN INJEKSI

A. Pengertian

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Pemberian
injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik
steril. Istilah injeksi berarti adalah mendorong sejumlah cairan obat ke dalam tubuh
menggunakan jarum suntik.Cara injeksi yang biasa digunakan oleh dokter,perawat atau
pun bidan adalah IM (otot atau intramuscullar), IV (pembuluh darah atau intravena) dan
juga SC (jaringan lemak dibawah kulit atau subcutan), ID (lapisan diantara kulit atau
intradermal).

B. Tujuan

Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan
(absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat. Sebelum pelaksanaan berikut
yang perlu dipersiapkan:

1. Kapas alkohol

2. Disposable syiringe yang sesuai(1cc, 3cc, 5cc,atau 10cc) Sarung tangan karet
disposable

3. Manset turniquit (sabuk untuk mempermudah menemukan vena) Plaster jika


diperlukan.

C. Macam-Macam Dan Cara Injeksi


1. Suntikan Intravena (IV)
Lokasi yang digunkan untuk penyuntikan :
- Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
- Pada tungkai (vena saphenosus)
- Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
- Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak

2. Suntikan Intra Cutan (IC)


Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit Merupakan pemberian obat
melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Lokasi
injeksi intracutan: pada lengan bawah bagian dalam,dada atas dan punggung dibawah
skapula. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC dan lengan kanan
digunakan untuk semua pemeriksaan lain.
3. Suntikan Intramuskular (IM)
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Pemberian obat dengan
absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan, dan mampu menyerap dalam
dosis yang besar. Sudut : 90 º

Lokasi :
- Pada daerah legan atas (deltoid) jumlah obat yang ideal paling kecil (antara 0,5-1
ml).
- Pada daerah dorsogluteal (gluteus maximus)
- Pada daerah ventrogluteal (gluteus medius)
- Pada daerah paha bagian depan (Rectus Femoris)
4. Suntikan Subcutan (SC)
Merupkan pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada
jaringankonektif atau lemak di bawah dermis. Pemberian obat subcutan ialah untuk
memasukkan sejumlah toksin atau obatkepada jaringan subcuta di bawah kulit untuk
proses di absorbsi.
lokasi umum untuk SC adalah:
- Perut bawah (abdomen posterior)
- Area scapula pada punggung atas
- Paha atas(Paha anterior)
- Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
Daftar Pustaka
Beyea SC, Nicholl LH (1995) Administration of medications via the intramuscular route:
anintegrative review of the literature and research-based protocol for the procedure.Applied
Nursing Research. 5, 1, 23-33.
Burden M (1994) A practical guide to insulin injections. Nursing Standard. 8, 29, 25-29.
Campbell J (1995) Injections. Professional Nurse.10, 7, 455-458.
Chaplin G et al (1985) How safe is the air bubble technique for IM injections? Not very say
these experts. Nursing. 15, 9, 59. Cockshott WP et al (1982) Intramuscular or intralipomatous
injections. New England Journal of Medicine. 307, 6, 356-358.
Covington TP, Trattler MR (1997) Learn how to zero in on the safest site for an
intramuscular injection. Nursing. January, 62-63. Dann TC (1969) Routine skin preparation
before injection. An unnecessary procedure. Lancet. ii, 96-98.
Katsma D, Smith G (1997) Analysis of needle path during intramuscular injection.
NursingResearch. 46, 5, 288-292.
Keen MF (1986) Comparison of Intramuscular injection techniques to reduce site discomfort
and lesions. Nursing Research. 35, 4, 207-210.
Koivisto VA, Felig P (1978) Is skin preparation necessary before insulin injection? Lancet. i,
1072-1073.
MacGabhann L (1998) A comparison of two injection techniques. Nursing Standard. 12, 37,
39-41. Peragallo-Dittko V (1997) Rethinking subcutaneous injection technique. American
Journal of Nursing. 97, 5, 71-72.
SOP INJEKSI INTRAMUSCULAR

Pengertian :
Pemberian obat dengan memasukkan obat kedalam jaringan otot dengan lokasi :
1. Pada otot bokong ( Musculus gluteus maximus )kanan

/ kiri yang tepat pada sepertiga bagian dari spina Iliaka Anterior Superior ( SIAS ) ke
tulang ekor ( Os cogxygis )
2. Pada otot paha bagian luar ( Musculcus quadriceps femoralis)
3. Pada otot pangkal lengan ( Musculus deltiodeus)

Tujuan :
Mempercepat absobsi obat

Prosedur :
1. Pesiapan Alat:

 Spuit 3 cc / 5 cc dan jarumsteril

 Kapas alkohol 70 %

 Obat yang akandiinjeksikan

 Bengkok

2. Persiapan Pasien:

 Identifikasipasien

 Kaji riwayatalergi

 Beritahu pasien tentang tindakan yangdilakukan

 Siapkan lingkungan

3. Pelaksanaan :

 Cuci tangan

 Ambil obat dan masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian masukkan
dalam bak injeksi.
 Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasipenyuntikan)
 Desinfeksi dengan kapasalkohol

 Lakukan penyuntikan:

 Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara meminta pasien untuk
berbaring terlentang dengan lutut sedikitfleksi.
 Padaventroglutealdengancaramemintapasien

miring, telungkup atau telentang dengan lutut dan panggul pada sisi yang akan
disuntik dalam keadaan fleksi.
 Pada dorsogluteal dengan meminta pasienuntuk

telungkup dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian
atas dan pinggul fleksi dan diletakkan didepan tungkaibawah.
 Pada deltoid ( lengan atas ) denganmeminta

pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi
 Lakukan penusukkan dengan jarum dalamposisi
 tegak lurus
 Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan hingga habis.
 Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan diletakkan dibengkok
 Cuci tangan

 Catat prosedur dan reaksipasien


LAPORAN PENDAHULUAN NASOGATRIC TUBE (NGT)

A. Penegertian

Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan


melalui hidung
sampaikelambung.Seringdigunakanuntukmemberikannutrisidanobat-
obatankepada
seseorangyangtidakmampuuntukmengkonsumsimakanan,cairan,danobat-
obatansecara
oral.Jugadapatdigunakanuntukmengeluarkanisidarilambungdengancaradisedot.

B. Tujuan

Mengeluarkancairanatauisilambungdengancara menghisapapayangadadalam
lambung
(cairan,udara,darahatauracun),untukmemasukancairan(memenuhikebutuhancaira
natau
nutrisi),untukmembantumemudahkandiagnosaklinikmelaluianalisasubtansiisilam
bung, persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia, menghisap dan
mengalirkan untuk
pasienyangsedangmelaksanakanoperasipneumonectomy,untukmencegahmuntahd
an
kemungkinanaspirasiisilambungsewakturecovery(pemulihandarigeneralanaesthes
ia), untuk mengambil specimen dari lambung untuk pemeriksaan laboratorium,
untuk memberikan obat dan makanan secara langsung pada saluranpencernaan.

C. Kompetensidasarlainyangharusdimilikiuntukmelakukantindakantersebut.

Perawatharusmengetahuitipe-tipeNGT,
jenisselangdanperencanaankeperawatanuntuk menghindari komplikasi.

A. Tipe-tipe NGT

 NGT tipe Salem Sump, levin, miller-Abbott untuk Decompression.

 NGT tipe duo, Dobhoff, Levin untuk feeding (gevage).

 NGT tipe Sangtaken-Blakemor untuk compression.


 NGT tipe Levin, Edwalt, salem sumo untuk mengeluarkan isi lambung (Lavage)
b. Jenis Selang

- Selang ewald yang mempunyai diameter besar dan biasa digunakan untuk membilas
lambung. Selang ini juga bisa digunakan untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah
pada pendarahan lambung. 'arena ukuran diameternya besar, selang ini sering
dimasukkan di mulut.

- Selang Levin, merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Berlumen tunggal
terbuat dari karet atau plastik. Biasanya klien lebih tahan terhadap selang plastik
karena iritasi pada faring dan esophagus lebih sedikit. Diameter yang umum dipakai
adalah 13 Fr (0.5 mm). Selang berlumen tunggal hanya boleh dihisap secara terputus-
putus. Penghisapan yang terus-menerus akan menyebabkan mukosa lambung ikut
terhisap.

- Sump tube adalah selang berlumen ganda. Selang kedua punya diameter lebih kecil
yang memungkinkan udara masuk kedalam gaster. Secara teoritis selang ini dapat
dihubungkan dengan alat penghisap yang bekerja terus-menerus. Udara yang akan
masuk melalui selang sedikit, maka akan mencegah obstruksi selang utama dan
terhisap mukosa lambung. Namun, selang ini mudah tersumbat dan mukosa sering
terhisap.

D. Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi

Indikasi

a. Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan

b. Keracunan makanan minuman

c. Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT

d. Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

e. Tingkat kesadaran menurun, kesulitan menelan.

Kontraindikasi

NGT tidak dianjurkan kepada beberapa pasien yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu

memasang NGT,sepert :
- Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull
fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati
criboformplate,ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.

- Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga
beresiko untuk esophageal penetration.

- Klien dengan koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT,
pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih
dahulusebelumNGT.

- Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong
lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan konstruksi bypass adalah dari
kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang
menyebabkan komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan NGT :

a. Komplikasi mekanis, yaitu berupa tersumbatnya sonde dan dislokasi sonde,


misalnyaketidaksempurnaan melekatnya sonde dengan plester di sayap
hidung.

b. Komplikasi pulmonal seperti aspirasi karena pemberian NGT +eeding yang


terlalu cepat.

c. Komplikasi yang disebabkan karena tidak sempurnanya posisi sonde,


misalnya menyerupai berat, menyerupai simpul dan apabila sonde terus
meluncur ke duodenum atau jejunum maka dapat menyebabkan diare.

d. Komplikasi yang menyebabkan karena zat nutrisi

E. Daftar Pustaka

Murwani, A. (2008). Keterampilan dasar praktek klinik keperawatan. Yogyakarta: Penerbit


Fitramaya

Staff DKKD. (2006). Panduan pratikum dasar II. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Sukentro, T. “Pemasangan Nasogratic Tube (NGT).”Style sheet


http;//bedahumum.com/bu/indexphp?
option=com_content&view=article&id=26:pemasangan-nasogastric-tube-
ngt&catid=3:artikel&Itemid=5
SOP PEMASANGAN NASOGATRIC TUBE (NGT)

Pengertian :

Pemberian nutrisi atau makan yang diberikan melalui pipalambung.

Tujuan :

Memenuhi kebutuhan nutrusi pasien.

Prosedur :
1. Persiapan alat:

 Pipa penduga dalam tempatnya, corong

 Spuit 20 Cc, Pengalas, Bengkok, Plester dangunting

 Air matang, stetoskop dan Klem

 Baskom berisi air ( Kalau tidak ada stetoskop)

 Vaselin

2. Persiapan pasien :

 Jelaskan pada pasien prosedur yang akandilakukan

 Atur posisi pasien dengan posisi semi –fowler

3. Pelaksanaan :

 Cuci tangan

 Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada


 Letakkan bengkok didekatpasien

 Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari epigastrium
sampai hidung kemudiandibengkokanketelingadanberitanda pada batasnya

 Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut lalu
masukkan melalui hidung secara perlahan – lahan sambil pasien dianjurkan untuk
menelannya
 Tentukan apakah pipa tersebut benar – benar sudah masuk ke lambung, dengan cara
:

 Masukkan ujung selang yang diklem kedalam

 baskom yang berisi air ( klem dibuka ) dan perhatikan bila ada gelembung, pipa
masuk ke paru dan jika tidak ada gelembung pipa tersebut masuk kelambung setelah
itu diklem atau dilipat kembali.

 Masukkan udara dengan spuit kedalam lambung

 melalui pipa tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Apabila dilambung


terdengar bunyi bising usus berarti pipa tersebut sudah masuk. Setelah itu keluarkan
udara yang ada didalam sebanyak jumlah yang dimasukkan.

 Cuci tangan
LAPORAN PENDAHULUAN PENGAMBILAN DARAH VENA

A. Definisi Tindakan
Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan menusuk area
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Darah dapat diambil dari vena dalam
fossa cubiti, vena saphena magna/ vena superficial lain yang cukup besar untuk
endapatkan sampel darah.

B. Tujuan Tindakan
1. Mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
melakukan pemeriksaan
2. Untuk mendapatkan specimen darah vena tanpa antikoagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
3. Untuk menganalisa kandungan komponen darah, seprti sel darah merah, sel darah
putih, leukosit dan trombosit.

C. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki


Tempat-tempat yang memungkinkan untuk pengambilan darah vena:
- Lengan : vena basilica, vena sefalika, vena median cubiti, vena medial-antebrakial,
vena radialis.
- Tungkai vena saphenous.

D. Indikasi
- Pemeriksaan laboratorium
- Juka terdapat tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau thrombosis pada tempat penusukan.
- Klien dengan mastektomi yang mengalami gangguan pada tangannya.
- Fistula arteriovenus
- Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan
- Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologis.
- Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan karena akan
terjadi hemokonsentrasi. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan menyebabkan
darah membeku dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam tabung sesuai jenis
pemeriksaan.
- Terbentuk hematoma pada tempat penusukan.
- Terjadi perdarahan pada tempat penusukan

E. Anatomi daerah yang menjadi target


Pada pengambilan darah vena ( enipucture), contoh darah umumnya diambil dari
vena median cubital pada anterior lengan ( sisi dalam lipatan siku). Vena ini dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidk
memungkinkan, vena chepalika atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipucture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.Sebagian besar darah yang dipakai
adalah darah dari vena cubiti pada orang dewasa. Oleh karena itu hal yang harus
diperhatikan sebelum melkukan pegambilan darah vena adalah mengkaji area/pembuluh
darah vena tempat darah akan diambil. Perawat memastikan vena yang diambil darahnya
memiliki ukuran yang cukup besar dan untuk meyakinkan dapat dilakukan palpasi,
tempat pengambilan tidak dalam keadaan trauma atau luka. Sebelum diambil dilakukan
pembendungan pada bagian proksimal pada vena agar mudah dalam penusukan jarum,
area pengambilan darah harus disterilisasi dengan alcohol sebelum ditusuk jarum.
Jika vena cephalika dan basilica tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah
dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan
sangat hati-hati dengan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil. Lokasi yang
tidak boleh diambl darah adalah :
- Lengan pada sisi mastectomy
- Daerah edema
- Hematoma
- Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
- Daerah bekas luka
- Daerah dengan canula, fistula atau cangkokan vascular
- Daeah intra-vena lines.

F. Daftar Pustaka

DeLaune, S. C; Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: Standars & practices.2nd


edition.
United Tated of America: Thomson Learning

Potter, P. A;& Perry, A. G. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik .
Edisi 4.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kurniati, A., dan Handiyani, H. (2005). Buku panduan keterampilan dasar profesi
keperawatan.
Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
SOP PENGAMBILAN DARAH VENA

Pengertian :
Suatu tindakam pengambilan darah dengan suntikan melalui intravena untuk pemeriksaan.

Tujuan :
Pengambilan sampel darah

Prosedur :
1. Persiapan alat:
- Spuit dan jarumsteril
- Kapas alkohol 70 %
- Vacuete ( tabung untuk menampung darah)
- Perlak
- Pembendung
- Bengkok
- Plester dan gunting

2. Persiapan pasien:
- Identifikasi pasien
- Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Siapkan lingkungan
pasien
3. Pelaksanaan :
- Cucitangan
- Tentukan lokasi
- Ambil spuit sesuai kebutuhan sampel yang akan diambil ( 5 – 10 cc)
- Tentukan vena yang akan diambildarahnya
- Lakukan desinfeksidengan kapas alkohol
- Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas vena yang akan
dilakukan pengambilan darah ( bila pengambilan dilakukan oleh satu orang)
- Lakukan penusukkan pada vena dengan jarum spuit menghadap keatas dengan
sudut 30-400terhadap kulit. Lanjutkan pengambilan darah dan saat pengambilan
karet pembendung dilepaskan lebih dahulu
- Setelah didapatkan sampel yang diperlukan lakukan penekanan pada area
penusukan selama 2 – 5 menit dan masukkan darah kedalam tabung yang telah
diberi antikoagulan ( sesuai dengan jenis pemeriksaan )
- Isi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dengan tepat dan kirimkan ke
laboratorium
- Cucitangan
- Catat tanggal prosedur, jumlah, dan jenis sempel, serta responspasien.
LAPORAN PENDAHULUAN TTV

A. Definisi

Tanda-tanda vital digunakan sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini
menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena
sangat penting, maka disebut dengan tanda vital.Tanda vital merupakan cara yang cepat
dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.

B. Landasn Teori

1. Suhu

Suhu yang dimaksud adalah “panas” atau “dingin” suatu substansi. Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah
panas yang hilang ke lingkungan luar.

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:

a. Usia

b. Olah raga

c. Kadar hormone

d. Irama sirkadian

e. Stress

f. Lingkungan

2. Nadi

Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat di raba di berbagai tempat pada
tubuh.Nadi merupakan indicator status sirkulasi. Karakter nadi :

a. frekuensi

b. irama

c. kekutan

d. kesamaan
3. Pernapasan/ Respirasi

Pernapasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfer


dengan darah serta darah dengan sel.

4. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung. Merupakan indicator kardiovaskuler. Kontraksi
jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum
saat terjadi ejeksi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel relaks, darah yang tetap
dalam arteri menimbulkan tekanan diastolic atau minimum. Faktor yang mempengaruhi
tekanan darah:

a. usia

b. stress

c. ras

d. medikasi

e. variasi durnal

f. jenis kelamin
SOP MENGUKUR TTV

Persiapan Alat
1. Termometerdalamtempatnya(axila,oral,rektal)
2. Tigabuahbotolberisilarutansabun,desinfektan,dan air bersih
3. Bengkok
4. Tissue
5. Jamtanganberdetik
6. Tensimeterlengkap(manometer,airraksa,elektrik)
7. Stetoskop
8. Penadanbukucatatan
9. Sarungtangan
10. Vaselinedalamtempatnya

Persiapan Pasien Dan Lingkungan


1. Memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan pasien dalam keadaan istirahat/ rileks
3. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
4. Berikan privasi pada klien

Prosedur

1. MENGUKUR SUHU AKSILA


- Mencuci tangan
- Membawa alat-alat ke dekat pasien
- Menjelaskan prosedur pada pasien
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ terlentang)
- Minta klien membuka lengan baju (kalau perlu dibantu)
- Bila ketiak basah keringkan dengan tissue
- Ambil termometer dari tempatnya (bila termometer dari larutan desinfektan ambil dan
bersihkan dengan tissue dari pangkal ke reservoir dengan arah memutar, kemudian
masukkan ke air bersih dan bersihkan dengan tissue)
- Cek termometer pastikan suhunya di bawah 35 0C
- Letakkan termometer tepat pada lengan aksial pasien, lengan pasien fleksi di atas dada
- Tunggu sampai 10 menit kemudian angkat, bersihkan dan baca hasilnya
- Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien
- Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu ke posisi yang nyaman
- Masukkan ke dalam larutan sabun bersihkan dengan tissue dari pangkal ke reservoir
dengan gerakan sirkuler, masukkan ke larutan desinfektan bersihkan dengan tissue
dari pangkal ke reservoir dengan gerakan sirkuler, kemudian masukkan ke air bersih
dan bersihkan dengan tissue dari pangkal ke reservoir dengan gerakan sirkuler
- Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan termometer dalam
tempatnya
- Mencuci tangan
- Mencatat hasil pengukran suhu pada buku catatan

2. MENGKAJIDENYUTNADI
- Mencucitangan
- Membawaalat–alatkedekatpasien
- Menjelaskanprosedur padapasien
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ terlentang)
- Meraba/menentukanletakarteri/denyutnadiyangakan dihitung
- Memeriksa denyut nadi dengan cara meletakkan ujung
jaritelunjuk,jaritengah,danjarimanisdiatasarteri yang akan dihitung
- Biladenyutnadisudahterabateratur,pegangjam
tangandenganpenunjukdetikpadatanganyanglain
- Menghitungdenyut nadi selama¼menit(bila nadi
teratur)hasilnyadikalikan4,jikanaditidakteratur hitung selama satu menit
penuh
- Merapikan pasien kembali dan membantu pasien ke posisi yang nyaman
- Menginformasikanhasilpemeriksaankepasiendan
memberitahupasientindakansudahselesai
- Mencucitangan
- Mencatahasilpengukuransuhu padabuku catatan
3. MENGKAJIPERNAFASAN
- Mencucitangan
- Membawaalat–alatkedekatpasien
- Menjelaskanprosedur padapasien
- Mengatur posii pasien senyaman mungkin (duduk/ terlentang)
- Meletakknlenganpasienpadaposisirileks menyilangabdomen/ dada bagian
bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/ dada atas pasien kemudian
amati gerakannya
- Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap kemudian mulai menghitung
frekuensi pernafasan danmem perhatikan kedalaman, irama, serta karakter
pernafasan selama 30 detik hasilnya dikalikan 2 bila pernafasan teratur tapi jika
pernafasan tidak teratur atau pasien bayi/ anak kecil hitung selama satu menit
penuh
- Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman
- Mengiformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa
tindakan sudah selesai
- Mencuci tangan
- Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

4. MENGUKURTEKANAN DARAH
- Mencuci tangan
- Membawaalat–alatke dekatpasien
- Menjelaskantujuandanprosedurpadapasien
- Mendesinfeksi gagang stetoskop yang akan ditempelkan ke telinga dan juga
mendesinfeksi diafragma stetoskop
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ terlentang)
- Meletakkan tensimeterdisampingataslenganpasien
- Meminta/membantu pasien menggulung/membuka lengan baju yang akan
diperiksa
- Memasang manset pada lengan atas kira – kira 2,5 cm di atas fossa antecubiti
(jangan terlalu kuat) dan tanda panah pada manset sejajar dengan arteri
brakhialis
- Merabaarteribrakhialisdenganjaritengahdantelunjuk
- Memakai stetoskop pada telinga, meletakkanbagian diafragma stetoskop
diatas arteri brakhialis dan memegangganya dengan ibu jari atau beberapa jari
- Menutupklep/skruppompabalondenganmemutar searahjarumjamdan
membuka kunciairraksajika menggukana tensi air raksa
- Memompabalonudara kira – kira 30 mmHg di atastitik pulsasi hilang
- Membukaskrupbalonpelan –pelan(airraksa turun kira
– kira2–3mmHg/detik)
- Mendengarkandenganseksamasambilmembacaskala
airraksadimanasuaradenyut arteriterdengar pertama
sampaimenghilang(denyutpertamaadalahtekanan
sistolikdansuaradenyutterakhiradalahsuaratekanan diastolik)
- Mengempeskandengancepatsetelahsuaradenyutan
tidakterdengarsampaiairraksapadaangkanol(jika ingin
mengulangpemeriksaantunggu kira– kira2 menit)
- Membukamanset,digulung/dilipatyangrapikemudian manset dan balon
ditempatkan pada tempatnya, air raksa dikunci, tensimeter ditutup
- Mengaturkembaliposisipasienyangnyaman
- Menginformasikanhasilpemeriksaankepasiendan memberitahu bahwa
tindakan sudah selesai
- Mencuci tangan
- Mencatathasilpengukuransuhupadabukucatatan

Anda mungkin juga menyukai