Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY: S DENGAN


DLI (Dehidrasi Low Intake)
DI RUANG PDL (Penyakit Dalam) RSUD
PALEMBANG BARI

OLEH :
ANUGRAH PRATAMA
NIM : 22223008

DOSEN PEMBIMBING :
AYU DEKAWATY, S.Kep.,Ns.,M.kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2023/2024
A. Definisi

Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang

keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu

Ambarwati,2003). Kehilangan cairan (air) menyebabkan peningkatan kadar

natrium, peningkatan osmolialitas, serta dehidrasi intraseluler. Air

berpindah dari sel dan kompartemen interstisial menuju ruang vascular.

Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel dan kolaps sirkulasi.

Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran

darah (Tamsuri, 2008:19). Menurut WHO jika dehidrasi yang tidak

tertangani angka mortalitasnya mencapai lebih dari 50% karena tubuhnya

70% air berada di dalam sel-sel tubuh, 20% berada sekitar sel, dan 10% di

dalam aliran darah, maka manusia harus minum setidaknya 2 sampai 3 liter

(sekitar 8 gelas air) dalam sehari. Klasifikasi dehidrasi menurut (Donna D,

Ignatavicus) ada 3 jenis :

1. Dehidrasi Isotonik

Dehidrasi isotonic adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit

sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasanya

tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF.

2. Dehidrasi Hipotonik

Dehidrasi hipotonikadalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi

kehilangan cairan sehingga di pembuluh darah menjadi lebih pekat.

Tekanan osmotic ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari

2
ECF ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan

sel.

3. Dehidrasi Hipertonik

Dehidrasi Hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut

pada dehidrasi ini non osmotic ECF menurun, mengakibatkan cairan

bergerak dari ICF ke ECF.

B. Etiologi

Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe/jenis-jenis

dehidrasi (Donna D. Ignatavicus, 1991:253).

1. Dehidrasi

a. Perdarahan

b. Muntah

c. Diare

d. Hipersalivasi

e. Fistula

f. Heustomy (pemotongan usus)

g. Diaporesis (keringat berlebihan)

h. Luka bakar

i. Puasa

j. Terapi hpotonik

k. Suction gastrointestinal (cuci lambung)

2. Dehidrasi Hipotonik

a. Penyakit DM

3
b. Rehidrasi cairan berlebih

c. Malnutrisi berat dan kronis

3. Dehidrasi Hipertonik

a. Hiperventilasi

b. Diare air

c. Diabetes Insipedus (hormon ADH menurun)

d. Rehidrasi cairan berlebihan

e. Disfagia

f. Gangguan rasa haus

g. Gangguan kesadaram

h. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat

C. Manifestasi Klinis

Berikut gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya

(Nelson,2000) :

1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari bb semula)

a. Haus, gelisaj

b. Denyut nadi 90-100 x/menit, nafas normal

c. Turgol kulit normal

d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)

e. Kesadaran baik

f. Denyut jantung meningkat

2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)

a. Haus meningkat

4
b. Nadi cepat dan lemah

c. Turgor kulit kerang membrane mukosa kering

d. Pengeluaran urine berkuramgg

e. Suhu tubuh meningkat

3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)

a. Penurunan kesadarn

b. Lemah, lesu

c. Takikardi

d. Mata cekung

e. Pengeluaran urine tidak ada

f. Hipotensi

g. Naik vepat dan halus

h. Eskperimen dingin.

D. Komplikasi

Pasien dengan tanda klinis dehidrasi dapat dehhidrasi akibat terapi dehidrasi

yang tidak adekuat ataupun pemberian terapi cairan penggantian yang over-

agresif. Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :

• Infeksi atau batu saluran kemih

• Gagal ginjal akut

• Asidosis metabolic atau alkalosis metabolic

• Kejang yang diakibatkan kadar kalium atau natrium yang rendah

• Syok hipovolemik, merupakan komplikasi yang paling serius dan

dapat menyebabkan kematian

5
• Edema paru atau edema perifer pada pasien yang mendapat terapi

cairan berlebihan

• Pontine myelinolysis pasien dengan hyponatremia berat yang

mendapat terapi koreksi cepat natrium (dr, Daniel budiono, ). Jika

dehidrasi yang dialami terjadi berulang kali, maka dapat

memperburuk kondisi tersebut

E. Pemeriksaan Penunjang

1) Urine

Tes urin yang dilakukan guna memeriksa sampel urinasien agar dapat

mendeteksi tanda-tanda dehidrasi yang dialami serta apa yang menjadi

penyebabnya ( IHC Telemed, 2021).

2) Darah

Tes darah dilakukan agar kadar elektrolit (kalium dan natrium) pasien

dapat diperiksa. Selain itu pemeriksaan darah juga berguna untuk

memeriksa fungsi ginjal pasien, biasanya ini dilakukan dengan

mengambil sampel darah pasien untuk kemudian diteliti di

laboratorium (IHC, Telemed, 2021)

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi menurut (Doenges & Sylvia

Anderson)

1. Obat-obatan antimetik (untuh mengatasi muntah)

2. Obat-obatan anti diare

6
Pengeluaran feces yang berlebihan dengan diberikan obat-obatan diare

serta dapat diberikan oralit

3. Pemberian air minum

Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai

untuk mengatasi ketidakswimbangan yang terjadi

4. Pemberian cairan intravena

Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlakukan pemberian

cairan intravena. Larutan garam isotonic (0,9%) merupakan cairan infus

terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekatinormal,

karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai

normotensi, sepatuh darilarutan garam normal (0,45%) diberikan untuk

menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuatan produk-produk

sisa ,metabolisme.

5. Pemberian bolus cairan IV

Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairanm untuk

mengetahhui apakah aliran kemij akan meningkat, yang menunjukan

fungsi ginjal normal.

7
G. Pathway

8
A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien : nama, jenis kelamin perlu dikaji, pendidikan,

pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian,diagnose medis, nomor medrek dan Alamat.

b. Keluhan utama : Keluhan utama adalah alas an klien masuk rumah

sakit yang dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan

singkat dan jelas, dua atau tiga kata yang merupakan keluhan yang

membuat klien meminta bantuan pelayanan Kesehatan.

c. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan sekarang : merupakan penjelasan dari

permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke

rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama.

b) Riwayat Kesehatan dahulu : Tanyakan mengenai masalah-

masalah seperti adanya riwayat trauma.

c) Riwayat Kesehatan keluarga : Hal yang perlu dikaji adalah

apakah dalam keluarga klien terdapat penyakit keturunan

ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit yang karena

lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negative pada

Kesehatan anggota keluarga termasuk klien.

d) Pemeriksaan Fisik

1) Kesadarn : apatis-coma

9
2) Tekanan darah menurun

i. Nadi meningkat

ii. Pernafasan cepat dan dalam

iii. Suhu meningkat pada waktu awal

3) BB meningkat

4) Turgor menurun

5) Membran mukosa mulut kering

6) CVP menurun

e) Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

1) Urine

➢ Osmolalilas kemih > 450 m osmol/kg

➢ Natrium urine < 10 meg/L (penyebab di luar ginjal)

➢ Natrium urine > 10 meg/L (penyebab pada ginjal/adrenal)

➢ OJ urine menurun (30-50 cc/jam)

2) Darah

➢ Ht meningkat

➢ Kadar protein serum meningkat

➢ Na+ seruim normal

➢ Rasio buru /kreatin serum > 20:1 (N=10:1)

➢ Glukosa serum : normal / meningkat

➢ Hb menurun

10
2. Diagnosa Keperawatan

a) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang

berlebihan intake yang kurang

b) Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan aliran darah

c) Resiko dengan turgor kulit menurun

d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

e) Resiko penurunan COP berhubungan dengan penurunan

tahanan vaskuler sistemik.

3. Intervensi Keperawatan

a) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang

berlebihan intake (Doenges, 1999)

Tujuan : Volume cairan adekuat sehingga kekurangan volume

cairan dapat teratasi

Kriteria hasil :

➢ Mempertahankan keseimbangan cairan

➢ Tanda vital (N = 80-100x/menit, S=36-37C

➢ Capillary refil < 3 detik

➢ Akral hangat

➢ Urine output 1-2 cc/kg BB/jam

Intervensi:

11
1) Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane

mukosa,turgor

Rasional : indicator keadekuatan volume sirkulasi, hipotensi

data terjadi dengan resiko cedera setelah perubahan posisi

2) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine

dengan akurat

Rasional: Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali

mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk

masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan

elektrolit.

3) Didiskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan

penggunaan jaksatif/diuratik

Rasional : Membantu pasien menerima perasaan bahwa

akibat muntah dan/ atau penggunaan laksatif/deuratik

mencegah kehilangan lebih lanjut

4) Identifikasi rencana untukmeningkatkan/mempertahankan

keseimbangan cairan optimal. Misal : jadwal masukan

cairan.

Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana untuk

memperbaiki ketidakseimbangan

5) Kaji hasil tes fungsi elektrolit/ginjal

Rasional : Perpindahan cairan/elektrolit, penurunan fungsi

ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan

12
6) Berikan/awasi pemberian cairan IV

Rasional : Tindakan darurat untuk memperbaiki

ketidakseimbangan cairan

7) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasi

Rasional : Dapat mencegah disritmia jantung.

b) Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran

darah.

Tujuan : Mempertahankan/memperbaiki perfusi jaringan

Kriteria hasil :

➢ Tanda-tanda vital stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit

tidak pucat.

➢ Kulit hangat

➢ Nadi perifer teraba

➢ Keluaran urine adekuat 0,5-1,5 cc/kg/BB

➢ CRT<2 detik

➢ Kesadaran composmentis

➢ Tidak ada nyeri dada

Intervensi :

1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing.

Rasional : perubahan dapat menunjukan ketidakadekuatan

perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.

2) Selidiki keluhan nyeri dada, catat lokasi, kualitas, lamanya

dan apa yang menghilangkan nyeri

13
Rasional : Dapat menunjukan iskemia jantung sehubungan

dengan penurunan perfusi

3) Auskultasi nadi apical, awasi kecepatan jantung/irama

Rasional ; Perubahan disritmia dan iskemi dapat terjadi

sebagai akibat hipotensi, hipoksia, ketidakseimbangan

elektrolit atau pendinginan dekat area jantung bila lavase air

dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.

4) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian

kapiler lambat dan nadi perifer lemah

Rasional : Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap

penurunan volume sirkulasi dan /atau terjadi sebagai efek

samping pemberian vasopressin

5) Catat haluran urine dan Bj

Rasional : Penurunan perfusi ginjal dimanifestikan sistemik

dapat menyebabkan iskmia/gagal dengan penurunan

keluaran urine.

6) Observasi kulit pucat, kemerahan, pijat dengan minyak,

ubah posisi dengan sering

Rasional : Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan

resiko kerusakan kulit

7) Awasi nadi oksimetri

Rasional : mengidentifikasi hipoksemia,

keefektifan/kebutuhan untuk terapi

14
8) Berikan cairan IV sesuai indikasi

Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi,

penggunaan RL, di kontraindikasikan pada adanya gagal

hati karena metabolisme laktat terganggu.

c) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor

kulit menurun.

Tujuan : Mengidentifikasi dan mempertahankan kulit halus,

kenyal, utuh.

Kriteria hasil :

➢ Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada

kemerahan.

Intervensi :

1) Observasi kemerahan pucat

Rasional : Area ini meningkaat resikonya untuk

kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif

2) Dorong amndi tiap 2 hari 1x

Rasional : sering mandi membuat kulit kering

3) Gunakan krimmkulit 2 x sehari

Rasional : Melicinkan sirkulasi pada kulit,

meniingkatkan tonus kulit

4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk

mempertahankan aktifitas

15
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit

dengan mencegah tekanan lama pada jaringan

5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat

Rasional : Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan

memperbaiki kondisi klien.

d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : pasien diharapkan mampu meningkatkan toleransi

aktifitas

Kriteria hasil :

➢ Peningkatan kekuatan otot berhubungan dengan tidak

diaprosies

Intervensi :

1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan

tenang

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenganan,

menyediakan energi yang digunakan untuk

penyembuhan

2) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai indikasi

Rasional ; Memungkinkan periode tambahan istirahat

tanpa gangguan.

3) Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, abntu

melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif

16
Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan

kemampuan.

4) Periksa tanda vital sebelum dan segera aktifitas

khususnya penggunaan diuren

Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan

aktifitas.

5) Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukan tidak

toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan

pada perawat/dokter

Rasional : Palpitasi nadi tak teratur dapat

mengindikasikan kebutuhan perubahan program

olahraga atau obat.

e) Resiko penurunan COP berhubungan dengan penurunan

vaskuler sistemik

Tujuan : mempertahankan curah jantung

Kriteria Hasil :

➢ Tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada perubahan

EKG

Intervensi :

1) Auskultasi bunyi jantung dan paru

Rasional : Takipnea, frekuensi ajntung tak teratur

menunjukan GGK

17
2) Evaluasi bunyi jantung, TD, Nadi perifer, Pengisian

kapiler, Suhu.

Rasional : Hipotensi tiba-tiba, nadi paradoksik,

penyempitan tekanan nadi, penurunan nadi perifer,

pucat, penyimpanan mental cepat menunjukan

tamponade, yang merupakan kedaruratan medik

3) Kaji tingkat Ktifitas, respon terhadap aktifitas

Rasional : kelelahan dapat menyertai animea

4) Awasi pemeriksaan lab, contoh : elektolit

(kalium,Natrium,kalsium,magnesium)

Rasional : Ketidakseimbangan dapat menggangu

kondisi elektrikal dan fx jantung

5) Catat warna kulit dan kualitas nadi

Rasional : Sirkulasi prefer menurun bila curah

jantung menurun membuat kulit pucat dan

menurunnya kekuatan nadi.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodic

setelah pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada

pengkajian, diagnose, keperawatan, intervensi keperawatan, dan

implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis dengan

format SOAP yaitu:

18
1) S (subjektif) yaitu respon pasien setelah dilakukan Tindakan

keperawatan

2) O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat

setelah dilakukan Tindakan keperawatan

3) A (analisis) yaitu masalah keperawatan pada pasien apakah

sudah teratasi, teratasi Sebagian, belum teratasi, atau timbbul

masalah keperawatan baru

4) P (planning) yaitu rencana intervensi dihentikan,

dilanjutkan, ditambah, atau dimodifikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, S. A. (2003). Retrieved from


http://www.kompas.com/kesadaran/0307/14/103451.
Donna, D. I. (1992). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
dr, D. B. (n.d.). Retrieved from https://www.alomedika.com.
https://telemed.ihc.id. (2021). Retrieved from https://telemed.ihc.id.
Tamsuri, a. (2008). klien gangguan keseimbangan cairan & elektrolit. Jakarta :
EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai