Anda di halaman 1dari 42

KARYA ILMIAH AKHIR

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIPERTENSI DAN PENERAPAN INTERVENSI AROMA TERAPI
LAVENDER

ANUGRAH PRATAMA
NIM : 22223008

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN

TEKNOLOGI MUHAMADIYAH

PALEMBANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular namun

memiliki resiko kematian tinggi. Adapun penyakit kardiovaskular menjadi

penyebab kematian nomor satu diseluruh dunia dan menjadi penyebab lebih dari

30% kematian (Sabilla et al., 2022). Diperkirakan tahun 2030 kematian karena

kardiovaskular meningkat menjadi 22 juta jiwa jika tidak segera diatasi

(Dirjayanto et al., 2021). Data tahun 2015 menunjukan bahwa 70% kematian

didunia disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari

56,4 juta kematian.

Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi

pada lanjut usia (lansia) dan karena usia lanjut mereka lebih mungkin

mengalami komplikasi sekunder sampai kenaikan tekanan kronis (Erlita

Kundartiari dkk,2020). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diatolik

diatas 90 mmHg (Aspiani, 2016).

Badan penelitian Kesehatan dunia WHO tahun 2012 menunjukan, diseluruh

dunia 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan

perbandingan 26,6% pria dan 26,1% Wanita. Angka ini kemungkinan akan

meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 (WHO,2012). Berdasarkan data World

Health Organization (WHO) di dalam Ansar J (2019), prevalensi tekanan darah

tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%.
Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51%

kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu

penyakit tida menular yang paling banyak di derita Masyarakat Indonesia

(57,6%).

Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Hipertensi di

dunia pada Tahun 2015 sekitar 1,13 Miliar orang artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Diperkirakan tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang

terkena hipertensi, dan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

komplikasi dari hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Secara Nasional

Laporan Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi

hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk dengan umur > 18

tahun adalah 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada Perempuan

(36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34). Berdasarkan hasil

Riskesdas (2018), didapatkan data bahwa provinsi yang memiliki prevalensi

hipertensi tertinggi yaitu provinsi Kalimantan Selatan (44,13%) diikuti provinsi

Jawa Barat (38,6%) dan Kalimantan timur (39,3%). Provinsi yang mengalami

peningkatan prevalensi tertingi di indonesia yaitu provinsi DKI Jakarta

mengalami kenaikan sebesar 13,4% provinsi Kalimantan Selatan mengalami

peningkatan sebesar 13,4% dan Provinsi Sulawesi Barat mengalami kenaikan

sebesar 12,3% (Kemenkes,2019).

Menurut penelitian Raharjo, S. E (2016) tentang pengobatan untuk penyakit

hipertensi ini biasa dilakukan dengan cara farmakologi dan non farmakologi

pengobatan secara farmakologi biasanya dengan diberikan obat-obatan jenis


diuretic seperti HCT, alpha, beta dan alpha-betha bloker seperti propranolol,

penghambat simpatetik seperti metildopa, vasodilator seperti hidralasin dan

banyak lainnya yang memberikan efek yang cepat terhadap penyembuhan.

Sedangkan pengobatan secara non farmakologi biasanya dilakukan terapi

relaksasi terbukti dapat mencegah akibat stress pada diri manusia dengan

menurunkan denyut jantung dan tekanan darah serta memberikan rasa tenang.

Rileksasi dapat dilakukan dengan meditasi,, latihan pernapasan dalam

pemijatan.

Terapi Rileksasi dengan menggunakan aroma terapi termasuk pengobatan

non farmakologi. Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi.

Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan Terapi berarti pengobatan. Jadi

Aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan

bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum

dan enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta,2010). Hal serupa juga

diutarakan oleh watt & Janca (2008) yang menyebutkan bahwa aromaterapi

adalah terapi yang menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu

mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman

seperti cemas, depresi, menurunkan tekanan darah dan nyeri. Aromaterapi

merupakan cara efektif dan lembut untuk meningkatkan Kesehatan tubuh,

mengatasi gangguan-gangguan ringan, serta membuat rileks (Charlish &

Davies, 2005).

Aromaterapi bisa membantu penyembuhan penderita hipertensi dalam

membebaskan mereka dari stress maupun gejala-gejala lain yang terkait dengan
stress seperti kecemasan, insomnia, hingga depresi. Menghirup minyak

aromaterapi sendiri dianggap sebagai cara penyembuhan yang paling langsung

dan cepat. Hal ini dikarenakan molekul-molekul minyak esensial yang muda

menguap bereaksi langsung pada organ penciuman dan langsung dipersepsikan

oleh otak (Umi Soraya, 2014). Jadi aroma terapi adalah salah satu pengobatan

alternatif yang menggunakan bahan tanaman yang mudah menguap seperti

minyak esensial dan senyawa aromatic lainnya yang bisa mempengaruhhi jiwa,

emosi dan Kesehatan seseorang (Nurgiwati,2015). Aroma terapi bekerja dengan

mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi dan penurun darah

(Setiono dan Hidayat).

Minyak esensial seperti Lavender, ylang-ylang, helich rysum, marjoram,

dan lemon biasanya digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Walsh,

2011). Lavender diketahui efektif terhadap kecemasan, stress dan depresi

sebagai seb uah obat penenang yang kuat, memulihkan kelelahan otot dan

membantu sirkulasi darah (Buckle et al., 1997). Lavender mengandung

sebagian besar ester (26%-52%) yang mana dapat menenangkan dan

memberikan efek langsung pada system saraf (Young DG, 2003 dalam Walsh

et al., 2011).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harti dan Rahmad

(2023) yang berjudul pengaruh terapi lavender terhadap penurunan tekanan

darah ringgi diruang igd dr.soeratno gemolong sragen dengan hasil yang

ditunjukan bahwa aroma terapi Lavender mampu menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi berkisar sistolik 24 mmHg, dan distolik 10 mmHg.


Penelitian oleh Puri, Chloranyta dan Dewi (2022) yang berjudul penerapan

aromaterapi lavender menurunkan rerata tekanan darah pada hipertensi dengan

hasil yang ditunjukan bahwa ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dari hasil tekanan darah

yang awalnya pasien pertama dari 158/90 mmHg turun menjadi 130/80 mmHg

dan pasien kedua dari 142/80 mmHg turun menjadi 130/80 mmHg . Penelitian

oleh Milani dan Burhanto (2022) yang berjudul pengaruh intervensi

aromaterapi lavender terhadap kestabilan tekanan darah pada penderita

hipertensi desa sidomulyo kecamatan tabang dengan hasil yang ditunjukan

bahwa aromaterapi Lavender berpengaruh terhadap kestabilan tekanan darah

penderita hipertensi rata-rata tekanan darah sistolik sebelim intervensi adalah

155 mmHg dan rata-rata setelah intervensi aromaterapi lavender adalah 130

mmHg, rata-rata tekanan darah diastolic sebelum intervensi adalah 90,5 mmHg

dan rata-rata setelah intervensi relaksasi otot progresif adalah 77 mmHg.

Berdasarkan latar belakang diatas sehingga menjadi penting untuk dilakukan

penerapan analisis asuhan keperawatan terhadap pasien dengan hipertensi dan

penerapan intervensi aroma terapi lavender untuk menurunkan nilai tekanan

darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini

adalah bagaimana analisis asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi

dan penerapan intervensi aroma terapi lavender.


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk melakukan anilisis asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi dan penerapan intervensi dengan aroma

terapi lavender.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan data hasil pengkajian pada pasien hipertensi

b. Medeskripsikan masalah keperawatan pada pasien hipertensi.

c. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien hipertensi.

d. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi.

e. Mengetahui keefektifan penerapan intervensi aroma terapi lavender dalam

analisis asuhan keperawatan pada pasien yang memiliki penyakit hipertensi.

D. Manfaat Penulisan

1) Bagi IKesT Muhamadiyah Palembang

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan informasi

sebagai referensi dalam pengembangan laporan kasus asuhan keperawatan

selanjutnya serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan

intervensi aroma terapi lavender pada penderita hipertensi.


2) Bagi penulis

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti Profesi Ners di IKesT

Muhamadiyah Palembang.

3) Bagi Praktik Keperawatan

Sebagai bahan evaluasi untuk memperhatikan implementasi yang sesuai

pada pasien dengan hipertensi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah persisten

dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di

atas 90 mmHg. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan

darah melebihi batas normal, di mana tekanan darah normal sebesar

110/90 mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung,

tahanan perifer pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah yang

bersirkulasi. (Kemenkes, 2014) (Siyad, 2011) (PERHI, 2021).

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda baik yang

bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan

maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam,

rokok dan kopi.

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit

jantung coroner, left ventricle hypertrophy, dan stroke. Risiko

morbiditas dan mortalitas kardiovaskular secara langsung

berkorelasi dengan tekanan darah seperti stroke, infark miokard,

angina, gagal ginjal. Hipertensi sering disebut sebagai “the silent

killer” karena umumnya memiliki tidak ada gejala sampai

komplikasi serius berkembang. (Schiffrin & Touyz, 2013).


2. Anatomi dan Fisiologi

1) Anatomi

Sistem kardiovaskular adalah suatu system peredaran yang

membawa ga-gas pernafasan, nutrisi hormon-hormon dan zat lain ke

dari dan jaringan tubuh. Sistem kardiovaskular dibangun oleh:

a) Jantung

Jantung merupakan organ muskulur berongga, bentuknya

menyerupai pyramid atau jantung pisang yang merupakan pusat

sirkulasi darah ke seluruh tubuh, sebelah kiri bawah dari

pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya

terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari dibawah

papilla mamae. Lapisan jantung terdiri dari:

(1) Endokardium

Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat,

terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir endocardium,

kecualia urikula dan bagian ke depan krista, sinus vena kava.

(2) . Pembuluh Darah

Pemmbuluh Darah Arteri merupakan jenis pembuluh darah

yamg keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh

tubuh ventrikel sinistra disebut juga aorta. Arteri mempunyai

3 lapisan yang kuat dan tebal yaitu: Tunika intima/ interna,

Tunika Media, Tunika eksterna/adventesiab).


c). Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba

dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali

dari bawah mikroskop kapiler pembentuk anyaman di

seluruh jaringan tubuh.

d). Vena (pembuluh darah balik)

Vena yang akan membawa darah kotor Kembali ke jantung.

Beberapa vena yang penting:

(1) Vena cava superior

Bermuara ke dalam bagian atas atrium kanan. Muara ini tidak

memiliki katub, menembalikan darah dari separuh atas

tubuh.

(2). Vena cava interior

Lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke dalam

bagian bawah atrium kanan, mengembalikan darah ke

janrung dari separuhbadan bagian bawah.

(3). Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.


Gambar 2.1 Anatomi Jantung (Syaifudin, 2012).\

3. Fisiologi

Jantung dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait

fungsinya sebagai pemompa darah Masing-masing terdiri dari satu

atrium-vertikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian

pommpa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru

sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi

sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh

jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan

sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.

4. Etiologi Hipertensi

Menurut Smeltzer (2013) dan Budi (2015) berdasarkan

penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas dua bagian dan beberapa

faktor risiko yaitu :


1) Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasaantara

90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang

dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat

multifaktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf

simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang

meningkatkan risiko seperti obesitas dan merokok (Smeltzer &

Bare, 2013) (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014)

(Hasnawati, 2021)

Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan akan tetapi bisa

dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik

mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer

danbentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara

bertahap selama bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015)

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan

hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10%

dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi sekunder

berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal.

Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penggunaan

ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer (sindrom Conn), sindrom Cushing,


feokromositoma, dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan (Hasnawati, 2021)

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan

tekanan darah dan disertai penyebab yang spesifik seperti

penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan

penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi

akut yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah

jantung (Ignatavicius, Workman,& Rebar, 2017).

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak

menimbulkan gejala yang khusus. Meskipun secara tidak sengaja

beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan hipertensi. Gejala

hipertensi yang dimaksud adalah sakit kepala sebelah, wajah

kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, mual, muntah,

sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena

adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penderita

hipertensi berat kadang-kadang mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak


Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan

penanganan segera. Apabila tidak ditangani keadaannya akan

semakin parah dan dapat memicu kematian. Gejala-gejala tersebut

bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal (Susilo & Wulandari,

2011)

6. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipertahankan oleh empat sistem kontrol yang

meliputi, sistem renin angiotensin, auturegulasi, beroreseptor arteri

dan pengatur volume cairan dalam tubuh (Udjianti, 2010) (Black &

Hawks, 2014)

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi

juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini

memonitor derajattekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan

peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan

jantung oleh respon vegal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi

dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, reflek kontrol

sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan

baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila

tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini

gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditunjukkan untuk

menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan

meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan


darah ada (Nurhidayat, 2015) (Black & Hawks, 2014)

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri

sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan

darah meningkat melalui ekspansi volume darah yang mengubah

aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah

jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan

arteri mengakibtakan diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi

patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam

mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri

sistemik (Nurhidayat, 2015) (Black & Hawks, 2014)

Renin dilepaskan dari aparatus jugstaglomerular ginjal,

masuk dalam darah melalui arteriol eferen. Pengatur utama tekanan

darah adalah renin dan angiotensin. Ginjal sebagai enzim yang

bertindak sebagai subtrat protein plasma untuk memisahkan

angiotensin I, kemudian diubah oleh converting enzim dalam paru

menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III.

Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat

sebagai pengontrol pelepasan aldosteron. Aldosteron primer sangat

bermakna dalam hipertensi. Melalui peningkatan aktivitas sistem

saraf simpatis, angitensin II dan III juga mempunyai efek

menghambat sekresi garam yang mengakibatkan tekanan darah

meningkat (Nurhidayat, 2015) (Black & Hawks, 2014)

Meningkatnya tahanan perifer pada hipertensi disebabkan


oleh sekresi renin yang tidak adekuat. Tekanan darah tinggi kadar

renin harus diturunkan karena dapat menghambat sekresi renin.

Peningkatan tekanan darah secara terus menerus akan

mengakibatkkan iskemia pada pembluh dan organ vital lainnya.

Hipertensi esensial mengakibatkan penebalan arteriol. Penebalan

pada pembuluh darah mengakibatkan perfusi jaringan menurun dan

terjadinya kerusakan organ dan menyebabkan gagal jantungm infark

miokard ataupun gagal ginjal (Nurhidayat, 2015) Autoregulasi

vaskuler merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi.

Autoregulasi vaskuler merupakan proses mempertahankan jaringan

tubuh supaya teteap konstan. Jika aliran berubah, proses-proses

autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskuler sangat penting

dalam overload garam dan air yang berhubungan dengan hipertensi

(Udjianti, 2016.
7. Pathway Hipertensi

(Sumber : Nurarif dan Hadi, 2015)


8. Komplikasi Hipertensi

Menurut Elizabeth J Corwin dalam Hasnawati (2021) dan

Sylvestris (2014) komplikasi dari hipertensi adalah :

a) Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlapas dari pembuluh non-otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal sehingga aliran meningkatkan

kemungkinan terbentuknyaaneurisma

b) Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke

miokardium apabila terbentuk trombus yang dapat menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi

kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen

miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.Demikian hipertrofi ventrikel

sehingga terjadi distrimia dan hipoksia jantung

c) Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan

padakapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat

darah mengalir ke unit fungsional ginjal, neuron terganggu, dan


berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Rusaknya glomerulus

menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan

osmotik koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada

penderita hipertensi kronik.

d) Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi

maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan

cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang

membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

ke dalam ruang interstitium diseluruh susunan saraf pusat.

Akibatnya neuron-neuron disekitarnya terjadi kolaps serta

kematian.

9. Penatalaksanaan Hipertensi

Tata laksana hipertensi meliputi non farmakologis dan

farmakologis menurut Kemenkes (2013)

a) Tatalaksana farmakologis umumnya dilakukan dengan

memberikan obat obatan antihipertensi di fasilitas kesehatan.

Jenis-jenis obat yang dianjurkan untuk tekanan darah tinggi

yaitu Deuritika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau

AlelosteroneAntagonise (Aldo Ant), Penyekat beta (Beta

Blocker), Penghambat masuknya kalium (Calcium Channel

Blocker (CCB)), Angiotens Converting Enzyme Inhibitor

(ACEI) dan Angiotensin II Respotor Blocker (ARB)


b) Terapi non farmakologis yaitu mengubah pola hidup seperti

(1) Makan gizi seimbang dengan modifikasi diet dapat

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Prinsip diet

yang dianjurkan adalah gizi seimbang: membatasi gula,

konsumsi garam dalam 1 hari satu sendok teh kecil, cukup

buah, sayuran, kacang-kacangan,biji-bijian, makanan rendah

lemak jenuh.

(2) Mengatasasi obesitas menurunkan kelebihan berat badan

dengan mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2, lingkar

pinggang < 90 cm untuk laki-laki atau < 80 cm untuk

perempuan

(3) Berhenti merokok

(4) Mengurangi konsumsi alkohol

(5) Melakukan olahraga teratur seperti senam aerobik atau

jalan cepat selama 30-45 menit (sejauh 3 kilometer) lima

kali per minggu. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,

yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf,

sehingga menurunkan tekanan darah Terapi

komplementer dapat dipertimbangkan sebagai terapi non

farmakologis terapi ini bersifat pengobatan alami untuk

menangani penyebab penyakit dan memacu tubuh sendiri

untuk menyembuhkan penyakitnya. Terapi komplementer

ini antara lain adalah terapi herbal, relaksasi progresif,


terapi musik, latihan nafas, meditasi (Cushman &

Hoffman, 2004). Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT) yang merupakan penggabungan dari beberapa

teknik terapi yakni meditasisehingga bisa disebut sebagai

simpel meditasi (Zainuddin, 2009) selain itu aromaterapi

dapat menurunkan aktivitas motorik menurut Walsh,

Debra, & Tisha (2011)

B. Konsep Aromaterapi

1. Definisi Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan

menggunakan bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

bunga, pohon yang berbau harum dan enak. Minyak astiri digunakan

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan

penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak astiri (Craig,

2013).

Minyak esensial adalah minyak yang berasal dari

saripati tumbuhan aromatis yang biasa disebut minyak atsiri.

Minyak atsiri ini merupakan hormon atau life force tumbuhan,

yang biasa didapatdengancara ekstraksi. Minyak esensial itu

berefek sebagai antibakteri dan antivirus, juga merangsang

kekebalan tubuh untuk melawan infeksi tersebut. Minyak

esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil


penyulingan dari bunga, tumbuhan, dan pohon (Sunito, 2010).

Nama Lavender berasal dari bahasa latin “lavera” yang

berarti menyegarkan dan orang-orang Roma telah memakainya

sebagai parfum dan minyak mandi sejak zaman dahulu. Manfaat

bunga lavender adalah dapat dijadikan minyak esensial yang sering

dipakai sebagai aromaterapi karena dapat memberikan manfaat

relaksasi dan memiliki efek sedasi (Dewi & Iga, 2013)

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas

beberapa kandungan. Menurut penelitian dalam 100 gram bunga

lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti: minyak esensial

(1 -3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-

myrcene (5,33%), pcymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol

(0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol

(4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan

caryophyllene (7,55%).

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa

kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan

linalool (C10H18O). Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender

untuk mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek

anti cemas/relaksasi) menggunakan Geller conflict test dan Vogel

conflict test.
2. Manfaat

Aromaterapi lavender ini mempunyai efek yang positif

karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang

sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ lainnya

sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi (Wikipedia,

2013). Aromaterapi lavender secara alami berfungsi sebagai

antibakteri, jamur, virus seperti infeksi saluran pernafasan, saluran

reproduksi, luka bakar, infeksi kulit, gigitan serangga, menurubkan

marah, cemas depresi, meningkatkan keseimbangan jiwa dan raga

serta menurunkan tekanan darah (Nurgiwati,2015). Aromaterapi

lavender mengandung linool yang berfungsi sebagai efek sedative

sehingga Ketika seseorang menghirup aromaterapi bunga lavender

maka aroma yang dikeluarkan akan menstimulasi reseptor silia saraf

olfaktorius yang berada di epitel olfaktori untuk meneruskan aroma

tersebut ke bulbus olfaktorius melalui saraf olfactorius. Bulbus

olfactorius berhubungan dengan system limbik (Wahyuni, Enik &

Priyatno,2017)

3. Mekanisme Aromaterapi

Mekanisme aromaterapi menurut Craig (2013) bisa digunakan

dengan cara :
1) Inhalasi

Biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan

dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak

esensial ke dalam mangkuk air mengepul. Uap tersebut

kemudian dihirup selama beberapa saat, dengan efek yang

ditingkatkan dengan menempatkan handuk diatas kepala dan

mangkuk sehingga membentuk tenda untuk menangkap udara

yang dilembabkan dan bau.

2) Pijat

Menggunakan minyak esensial aromatik dikombinasikan

dengan minyak dasar yang dapat menenangkan atau

merangsang, tergantung pada minyak yang digunakan. Pijat

minyak esensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu atau

ke seluruh tubuh.

3) Difusi

Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati

beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan

penyemprotan senyawa yang mengandung minyak ke udara

dengan cara yang sama dengan udara freshener. Hal ini juga

dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes minyak

esensial 3-4 tetes dalam diffuser 30-40 ml air dan menyalakan

sumber panas. Duduk dalam jarak tiga kaki dari diffuser atau 50-

100 cm, pengobatan biasanya berlangsung sekitar 15-30 menit.

25
4) Kompres

Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial

dapat digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan

sakit kepala.

5) Perendaman

Mandi yang mengandung minyak esensial dan

berlangsung selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk

masalah kulit dan menenangkan saraf Jalur sisi medial juga

berakhir pada sistem limbik. Limbik merupakan bagian dari otak

yang berbentuk seperti huruf C sebagai tempat pusat memori,

suasana hati, dan intelektualitas berada. Bagian darilimbik yaitu

amigdala bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap

aroma. Sehingga akan memacu memori dan emosional yang

lewat di hipotalamus yang bekerja sebagai pemancar serta

regulator menyebabkan pesan tersebut dikirm ke bagia otak yang

lainnya. Kemudian pesan akan diterima terjadi pelepasan zat

neurokimia yang bersifat eurofik, relaks,dan sedative. (Rini,

2020) (Juniawan & Ashar, 2020) Selain itu, setelah ke limbic

aromaterapi menstimulasi pengeluaran enkefalin atau endorfin

pada kelenjar hipothalamus, PAG dan medula rostral

ventromedial. Enkefalin merangsang daerah di otak yang disebut

raphe nucleus untuk mensekresi serotonin sehingga

menimbulkan efek rileks, tenang dan menurunkan kecemasan.

26
Serotonin juga bekerja sebagai neuromodulator untuk

menghambat informasi nosiseptif dalam medula spinalis.

Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan cara

menempati reseptor di kornu dorsalis sehingga menghambat

pelepasan substansi P. Penghambatan substansi P akan membuat

impuls nyeri tidak dapat melalui neuron proyeksi, sehingga tidak

dapat diteruskan pada proses yang lebih tinggi di kortek

somatosensoris dan transisional. (Rini, 2020) (Sutrisno,

Widayati, & Rahmawati, 2021) (Kusyati, Santi, & Hapsari, 2018)

4. Evidence Based Nursing

a. Artikel 1

Judul : Pengaruh Intervensi Aromaterapi Lavender terhadap Kestabilan

tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Desa Sidomulyo

Kecamatan Tabang.

Validity : a). Desain artikel ini menggunakan jenis penelitian pre-eksperimental

dengan rancangan one group pretest-posttest.

b). Sampel, sampel dalam penelitian ini adalah 17 orang.

c). Kriteria, kriteria yang digunakan Inklusi dan Eklusi

d). Randominasi, pada artikel ini tidak dilakukan randominasi dalam

pengambilan sample.

Important: a). Karekreristik subjek, pada artikel ini memiliki karakteristik subjek

meliputi: umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.

27
b). Beda proporsi, Umur responden banyak terdapat antara rentang 46-

55, jenis kelamin laki-laki 9, jenis pekerjaan petani

c). Beda Mean, rata-rata tekanan darah sistolik sebelum intervensi

adalah 155 mmGh, dan rata-rata setelah intervensi aromaterapi

lavender adalah 130 mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolic

sebelum intervensi adalah 90,5 mmGh, dan rata-rata setelah

intervensi relaksasiotot progresif adalah 77 mmHg.

Applicable : Mengiindintefikasi hasil dari studi ini yang dilakukan pada pasien

hipertensi didapatkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah setelah

dilakukannya intervensi aromaterapi lavender.

b. Artikel 2

Judul : Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Tinggi Diruang IGD Dr. Soeratno Gemolong Sragen

Validity : a. Desain, artikel ini menggunakan jenis penelitian pre-

eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest.

b. Sampel : sampel penelitian ini seorang pasien

c. Kriteria : kriteria inklusi pada penelitian ini berusia 58 tahun

d. Randominasi : pada artikel ini tidak dilakukan randominasi

dalam pengambilan sample.

Important : a. Karakteristik subjek, pada artikel ini memiliki karekteristik

subjek meliputi: responden berusia 58 tahun

28
b. Beda proporsi pada artikel ini hanya dilakukan pada satu

responden berusia 58 tahun.

c. Beda mean, tidak ada

Applicable : Hasil evaluasi Tindakan selama 4 jam diruang IGD didapatkan hasil

respon subyektif pasien mengatakan kepala pusing nyeri, ditengkuk

leher terasa berat dan sulit tidur, kepala pusing berkurang, tengkuk leher

sedikit berkurang dengan pemberian aroma terapi lavender selama 10-

15 m3nit dan didapatkan hasil objektif pasien tampak sudah tidak pucat,

tidak lesu dan sudah tidak merintih sakit kepala.

c. Artikel 3

Judul : Penerapan Aromaterapi Lavender Menurunkan Rerata Tekanan

Darah Pada Hipertensi

Validity : a. Desain, menggunakan studi kasus multipe

b. Sampel, sampel penelitian ini menggunakan 2 orang responden

c. Kriteria, kriteria inklusi

d. Randominasi, pada artikel ini tidak dilakukan randominasi

dalam pengambilan sample.

Important : a. Karakteristik subjek, penderita hipertensi

b. Beda proporsi : 2 responden penderita hipertensi derajat 1

c. Beda Mean, tidak ada

29
Applicable : Sebelum dilakukan terapi romaterapi lavender kedua responden

mengalami hipertensi derajat 1yaitu responden 1 hasil tekanan darah

158/90 mmHg dan responden kedua hasil tekanan darah 142/80 mmHg,

dan setelah dilakukan terapi aromaterapi lavender mengalami

penurunan, responden 1 hasil tekanan darah 138/90 mmHg dan

responden 2 hasil tekanan darah 130/80 mmHg, aromaterapi lavender

terbukti efektif pada penderita hipertensi.

30
5. Prosedur Intervensi Aromaterapi Lavender Terhadap Hipertensi

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok bahasan : Aromaterapi lavender terhadap hipertensi

Sub pokok :

a. Pengertian tentang Hipertensi

b. Patogenesis tentang Hipertensi

c. Faktor tentang Hipertensi

d. Gejala tentang Hipertensi

e. Komplikasi tentang Hipertensi

f. Aromaterapi lavender terhadap Hipertensi

Sasaran : Pasien

Hari/Tanggal : -

Tempat : Rumah sakit Muhammadiyah Palembang/ RSUD Palembang Bari

Waktu : 40 menit

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan informasi kepada pasien hipertensi tentang aromaterapi

supaya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat

membantu menjaga tekanan darah tetap normal.

31
2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :

a. Mengetahui pengertian Hipertensi

b. Mengetahui phatogenesis hipertensi

c. Mengetahui faktor resiko hipertensi

d. Mengetahui gejala hipertensi

e. Mengetahui komplikasi hipertensi

f. Mengetahui dan memahami hipertensi.

B. Sasaran

Sasaran penyuluhan adalah pasien hipertensi dengan masalah

ketidakstabilan tekanan darah.

C. Metode

Metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab.

D. Media

Media yang digunakan saat penyuluhan yaitu leaflet.

E. Kegiatan Edukasi

Tahap Wakt Kegiatan Kegiatan Metod Medi

u Edukasi Peserta e a

Pembuka 5 1. Memberi 1. Menjawab Ceram -


Salam
an menit salam ah
2. Memperkena
2. Mendengar
lkan diri
3. Menjelaskan kan
tujuan dan
3. Menjawab
maksud
32
penyuluhan pertanyaan

Pelaksana 30 1. Menjelaskan Mendengarka Ceram Leafl

an menit pengertian n dan ah et

hipertensi memperhatik

2. Menjelaskan an

tujuan dan

pokok materi

yg akan

disampaikan

Penutup 3 1. Meminta

menit peserta untuk

menjelaskan

Kembali materi

yang telah

disampaikan

secara singkat

2.Memberikan

oertanyaan

kepada peserta

tentang materi

yang telah

disampaikan

33
3. Menutupacara

dengan

mengucapkan

salam

F. Evaluasi

1. Struktural

a) Peserta hadir di tempat penyuluhan

b) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruangan

c) Pengorganisasian peneyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1

hari sebelumnya

d) Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat sebelum

penyuluhan selesai.

2. Proses

a) Pemateri bekerja sesuai dengan tugasnya

b) Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan

3. Hasil

Peserta memahami Penjelasan yang disampaikan ileh pemateri yaitu

tentang:

a) Pengertian Hipertensi

b) Pathogenesis Hipertensi

c) Faktor resiko Hipertensi

d) Gejala Hipertensi

34
e) Komplikasi Hipertensi

f) Intervensi aromaterapi terhadap Hipertensi.

35
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Ilmiah Akhir

Studi kasus ini merupakan deskriftif kualitatif yang berbentuk studi kasus

untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan dengan menerapkan

penatalaksanaan intervensi edukasi pada pasien dengan aroma terapi lavender

terhadap hipertensi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

B. Subjek Karya Ilmiah Akhir

Partisipasinya berjumlah 1 orang penderita hipertensi. Instrumen dalam

studi kasus ini berupa Leaflet

1. Kriteria inklusi

a). Klien berseia menjadi responden

b). Klien mampu mendengar dan berbicara

2. Kriteria Enklusi

a). Klien yang tidak bersedia menjadi responden penelitian

b). Klien menolak melanjutkan intervensi/meninggal.

C. Lokasi dan Waktu Karya Ilmiah Akhir

1. Tempat Penelitian

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang/ RSUD Palembang Bari

2. Waktu penelitian

Penelitian akan di laksanakan pada bulan Oktober 2023

36
D. Fokus Karya Ilmiah Akhir

Penerapan Analisis Keperawatan pada Pasien Hipertensi Intervensi Aroma

Terapi Lavender.

E. Instrumen Karya Ilmiah Akhir

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner

pertanyaan pengetahuan tentang Aroma terapi lavender terhadap hipertensi

dan media leaflet serta satuan acara penyuluhan (SAP). Pengumpulan data

dilakukan dengan melakukan pre test dan post teest dengan menggunakan

kuesioner pertanyaan pengetahuan tentang aromaterapi lavender terhadap

hipertensi, SAP dan media leaflet lalu menjumlahkan hasil skoring.

F. Metode Pengumpulan Data Karya Ilmiah Akhir

Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Meminta izin/persetujuan kepada klien dengan infomed consent

2. Memberikan penjelasan terkait intervensi yang akan diberikan kepada

klien yakni aroma terapi lavender dengan memberikan pre-test dan

post-test sebelum dan sesudah dilakukannya edukasi dengan tujuan

untuk meningkatkan pengetahuan klien mengenai sejauh mana

pengetahuan klien tentang edukasi aromaterapi lavender terhadap

hipertensi/

3. Melakukan Tindakan edukasi diet menggunakan media leaflet dan SAP.

4. Intervensi dilakukan dengan pre-test dan post-test selama 10-15 menit

dan dilakukan evaluasi serta tingkat skoring dari hasil edukasi

37
aromaterapi yang diberikan.

5. Mengobservasi perkembangan pengaruh aromaterapi dengan

memperhatikan pengetahuanklien dan keluarga klien.

G. Etika Karya Ilmiah Akhir

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika

penelitian yang meliputi (Nursalam, 2016):

1. Infomed consent (lembar persetujuan)

Infomed consent merupakan Tindakan persetujuan dari responden pada

peneliti, Infomed consent diberikan terlebih dahulu agar responden

pahamdengan maksud, tujuan, serta efeknya Ketika berpartisipasi

sebagai responden dalam penelitian. Infomed consent yang diberikan

pada penelitian ini akan ditandatangani dengan penuh kesadaran dan

tanpa paksaan.

2. Anonymity (inisial tanpa nama)

Anonymity harus dilakukan oleh peneliti untuk menjaga privasi

responden. Pada penelitian ini responden tidak diperkenankan untuk

mengisi nama dengan nama lengkap pada setiap lembar pengumpulan

data dan akan diganti dengan kode tertentu sebagai pengingat

responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality dilakukan untuk menghindari kebocoran informasi dari

identitas responden maupun informasi yang telah diterima. Pada

38
penelitian ini hanya dilakukan pelaporan pada kelompok data tertentu

berdasarkan hasil penelitian.

4. Justice (keadilan)

Dilakukan sebagai bentuk perlakuan yang sama pada seluruh responden

berdasarkan hak responden sebagai manusia yang bermartabat dan

bermoral. Pada penelitian ini tidak akan memberikan Tindakan yang

khusus pada beberapa responden.

5. Beneficence (kemanfaatan)

Beneficence merupakan manfaat yang dapat diperoleh dari hasil

penelitian. Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dengan maksimal dari hasil penelitian ini yaitu merubah pola hidup yang

lebih sehat pada remaja sejak dini dengan pengetahuan yang didapat dari

mengetahui faktor risiko hipertensi.

6. Non maleficence (tidak merugikan)

Non maleficence berarti tidak memberikan dampak yang merugikan

pada responden yang telah bersedia berperan dalam penelitian ini. Pada

penelitian ini akan dilakukan dengan cara menjaga komunikasi yang

baik pada seluruh responden dan menguatkan teori yang menjadi dasar

dalam penelitian yang dilakukan.

7. Respect Of Person (menghargai orang)

Dalam etika ini, peneliti harus memperhatikan dua hal secara mendalam

terhadap kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian.

Perlindungan diperlakukan terhadap subjek penelitian yang rentan

39
terhadap bahaya penelitian (Nursalam,2016). Peneliti disini

memberikan responden untuk bebas memilih ingin menjadi responden

atau tidak, sehingga peneliti tidak akan memaksa calon responden yang

tidak bersedia menjadi responden.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (n.d.). Hipertensi Esensial : Diagnosa dan tatalaksana terbaru pada


dewasa. 46(3), 172-178.
Ansar j, d. m. (2019). determinan kejadian hipertensi pada pengunjung posbindu di
wilayah kerja puskesmas ballaparang kota makasar. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan, 1, 28-35.
Aspiani. (2016). Buku ajar asuhan keperawatan gerontik. Jakarta: Trans info media.
Aulia, N. (2023, maret). pengaruh terapi kombinasi relaksasi benson dan
aromaterapi jasmine terhadap tekanan darah pasien hipertensi. jurnal ilmiah
sultan agung, 346-352.
Emil, F. S. (2023). inovasi pemberian aromaterapi lavender pada tn. m untuk
menurunkan tingkat nyeri, kecemasan dan tekanan darah pada lansia yang
mengalami hipertensi di desa naumbai wilayah kerja upt puskesmas airtiris.
sehat : jurnal kesehatann terpadu, 2(1), 134-139.
Harti, P. (2023). pengaruh aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah
tinggi diruang igd dr soeratno gemolong srageb. program studi profesi ners
program profesi fakultas ilmu kesehatan universitas kusumawisada
surakarta.
Kementerian Kesehatan, I. R. (n.d.). Hasil Utama Riskesdas 2018. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_
2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf.
Kementerian, K. (n.d.). .2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf.
Kementerian, K. (n.d.). .2018. Profil Kesehatan indonesia 2017. Jakarta:Kemenkes
RI Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-tahun-2017.pdf.
Kementerian, K. R. (n.d.). .2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi balita Pendek. Jakarta Selatan.
Kementerian, K. R. (n.d.). Kesehatan Indonesia Tahun 2018, Jakarta: Kemenkes
RI;2019.

41
Kundartiari, E. &. (2020). Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam dan Murottal
Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI
Pangkalpinang, 8(2), 114. Retrieved from
https://doi.org/10.32922/jkp.v8i2.186
Milani, I. (2022). pengaruh intervensi aromaterapi lavender terhadap kestabilan
tekanan darah pada penderita hipertensi desa sidomulyo kecamatan tabang.
borneo student research, 3(1), 2716-2724.
Puri, W. T. (2022, maret). penerapan aromaterapi lavender menurunkan rerata
tekanan darah pada hipertensi. jurnal ilmu keperawatan indonesia (JIKPI),
3(1), 27-33.
Risat Kesehatan Dasar, (. (2018). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan
kementerian RI tahun 2018. Retrieved from
https://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop
_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf.
Riskesdas. (2018). Hasil Laporan Riset kesehatan dasar tahun 2016 Jakarta;
Departemen kesehatan RI.
Taukhit. (2018, agustus). pengaruh terapi kombinasi aromaterapi lavender dan
dzikir terhadap penurunan stres dan tekanan darah pada penderita
hipertensi. jurnal keperawatan notokusumo, VI(1), 68-79.
watt, g. a. (2008). Aromatherapy in nursing and mental health care. Journal of
Contempory Nurse, 30(1), 69-75.
World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2019. Geneva: WHO
Press; 2019. (n.d.).
World Health Organization. World Health Statistics. (2012).

42

Anda mungkin juga menyukai