Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH PERBANDINGAN PEMBERIAN REBUSAN

DAUN SALAM DENGAN JUS MENTIMUN

TERHADAP TEKANAN DARAH

DI PUSKESMAS SIBELA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

RIZKY WULAN PRIMADHANI

ST162055
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi yaitu bila tekanan darah yang

terukur dengan alat sphygmomanometer baik manual maupun digital lebih dari

nilai normal yaitu 120/80 mmHg (milimeter air raksa). Sering juga disebut
sebagai silent killer (pembunuh diamdiam) karena tidak bergejala. Tanda pasti

dari hiepertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara rutin.

Keluhan penyerta yang juga bisa dirasakan klien yaitu sakit kepala, rasa berat

ditengkuk dan sering emosi (Kemenkes RI, 2012 dalam Dafriani, Putri. 2016).
Penyakit kardiovaskular global menyumbang sekitar 17 juta kematian

per tahun. Dari jumlah tersebut, komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta

kebahwa rebusan daun salam dapat menurunkan tekanan darah.


Mentimun (Cucumis sativus) mampu membantu menurunkan tekanan

darah, kandungan pada tiap 100 gram mentimun diantaranya kalium

(potassium) sebesar 73 mg, dan fosfor 24 mg. Kandungan pada

mentimun efektif mengobati hipertensi salah satunya kalium yang

merupakan penghasil elektrolit yang baik bagi hati, dan membantu

menurunkan tekanan darah tinggi serta mengatur irama detak jantung dengan

melawan efek buruk dari natrium. Selain itu, mentimun juga bersifat

diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu

menurunkan tekanan darah (Dewi & Familia, 2010, dalam Elfandari, dkk,

2015).
Penelitian oleh Ponggohong, dkk (2015), hasil penelitiannya

menunjukkan tekanan darah sistole sesudah dilakukan pemberian terapi jus

mentimun pada kelompok intervensi ada perbedaan tekanan darah dengan rata-

rata 113,13 dan kelompok kontrol 123,75. Hasil penelitian tekanan darah

diastole sesudah dilakukan pemberian terapi jus mentimun pada kelompok

intervensi ada perbedaan tekanan darah dengan rata-rata 83,13 dan kelompok

kontrol 84,38.
Berdasarkan pemaparan di atas tentang daun salam dan mentimun untuk

penurunan tekanan darah dan dari penelitian-penelitian yang mendukung,


hipertensi merupakan penyakit yang banyak dikeluhkan masyarakat. Terapi

yang digunakan adalah dengan mengkonsumsi obat farmakologi, masyarakat

tidak mengetahui dengan jelas tentang pengobatan non farmakologi yaitu

dengan memanfaatkan buah dan sayuran yang salah satunya yaitu dengan daun

salam dan mentimun, masyarakat hanya mengetahui sayur tersebut untuk

pelengkap masakan saja.


Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 2 Januari 2018 di

Puskesmas Sibela diperoleh data hipertensi 265 kasus dalam 3 bulan terakhir

antara bulan Oktober 2017 sampai bulan Desember 2017. Puskesmas Sibela

menaungi sebanyak 37 RW, dengan data tertinggi terdapat pada RW 9 dengan

21 kasus hipertensi, diikuti RW 4 dengan 19 kasus hipertensi dan RW 3 dengan

17 kasus hipertensi, sedang data terendah terdapat pada RW 14 dan RW 17

dengan tidak adanya kasus hipertensi. Berdasarkan wawancara dengan

perawat, penanganan pada pasien hipertensi di Puskesmas Sibela dengan terapi

farmakologis yaitu pemberian Amlodipin dan Captopril. Berdasarkan

wawancara dengan pasien, untuk menangani penyakit hipertensi, pasien

mengonsumsi obat yang didapatkan dari puskesmas ketika berobat. Untuk

penanganan hipertensi dengan terapi non farmakologis baik dari Puskesmas

Sibela maupun dari pasien masih kurang informasi, sehingga dari Puskesmas

Sibela maupun dari pasien hanya mengandalkan terapi farmakologis.


Berdasarkan permasalah tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh perbandingan rebusan daun salam dan jus mentimun terhadap tekanan

darah di Puskesmas Sibela Surakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Tekanan darah tinggi dianggap sebagai resiko utama bagi

berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler. Penanganan

masalah hipertensi dapat dilakukan menggunakan metode farmakologis

(menggunakan obat) dan non farmakologis (tanpa obat). Daun salam dan

mentimun merupakan salah satu metode pengobatan non farmakologi karena

dapat menurunkan tekanan darah.


Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan masalah penelitian,

yaitu “Bagaimanakah pengaruh perbandingan rebusan daun salam dan jus

mentimun terhadap tekanan darah di Puskesmas Sibela Surakarta?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui adanya pengaruh perbandingan pemberian rebusan

daun salam dan jus mentimun terhadap tekanan darah di Puskesmas

Sibela Surakarta.
1.3.2 Khusus
a. Mengetahui karakteristik setiap responden berdasarkan umur, jenis

kelamin dan pekerjaan.


b. Mengetahui tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan

sesudah diberikan rebusan daun salam.


c. Mengetahui tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan

sesudah diberikan jus mentimun.


d. Menganalisis perbedaan pengaruh rebusan daun salam dan jus

mentimun terhadap tekanan darah di Puskesmas Sibela

Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi responden
Menambah informasi responden, sehingga hasil penelitian ini menjadi

bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang praktis


dan tepat yaitu dengan memanfaatkan daun salam dan mentimun

sebagai terapi non farmakologi untuk mengontrol tekanan darah.


1.4.2 Bagi perawat
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan perawat

dalam memberikan informasi tentang keefektifan terapi komplementer

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


1.4.3 Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur mengenai

keefektifan terapi farmakologis dan terapi komplementer pada pasien

hipertensi dalam menurunkan tekanan darah tinggi.


1.4.4 Bagi tempat penelitian
Sebagai bahan masukan tentang penanganan hipertensi dengan terapi

komplementer sehingga masyarakat/lansia mempunyai pengetahuan

pengobatan selain terapi farmakologis.


1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti dan

dapat dijadikan sumber atau acuan informasi bagi peneliti selanjutnya

untuk membandingkan keefektifan terapi-terapi lain dalam menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan


peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/

mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase

dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase

darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90

menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Menurut Rudianto (2013), hipertensi adalah suatu keadaan di

mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang ditunjukkan oleh angka systole (bagian atas) dan angka bawah

(diastole) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur

tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ataupun alat digital

lainnya.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Angka pengukuran tekanan darah hanya menunjukkan besarnya

tekanan arah pada saat diulakukan pengukuran (Djunaedi, dkk, 2013).

Kategori hipertensi dapat dibagi seperti tampak pada tabel berikut :

9
Tabel 2.1. Kategori Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Sistolik

Normal ≤ 120 ≤ 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 140-159 90-99
1
Hipertensi tahap ≥ 160 ≥ 100
2
Sumber: WHO-JNC (2005) dalam Triyanto (2014).

2.1.3 Etiologi

Lewa, dkk (2010) menjelaskan, faktor penyebab yang

mempengaruhi hipertensi ada 2 yaitu tidak dapat dikontrol dan dapat

dikontrol.

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

1. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada laki-laki sama dengan

perempuan. Namun perempuan terlindung dari penyakit

kardiovaskuler sebelum menopause. Perempuan yang belum

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein).

Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Hipertensi lebih

banyak terjadi pada laki-laki bila terjadi pada usia dewasa muda.

2. Usia
Insiden peningkatan tekanan darah meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi

tekanan darahnya, jadi jika orang lebih tua cenderung mempunyai

tekanan darah tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Pada

orang lanjut usia (usia >60 tahun) terkadang mengalami

peningkatan tekanan nadi karena arteri lebih kaku akibat

terjadinya arterioklerosis sehingga menjadi tidak lentur.

3. Keturunan (Genetik)

Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi juga, karena

hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium

intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

individu. Seseorang dengan riwayat keluraga hipertensi

mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi. Jadi seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol

1. Rokok

Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah

masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan


darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah

didokumentasikan secara nyata. Merokok menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan

dengan peningkatan insiden hipertensi maligna.

2. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan

tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin

plasma. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu

faktor resiko hipertensi.

3. Kurang Aktivitas Olahraga

Kurang aktifitas fisik dapat mengakibatkan berbagai macam

keluhan. Salah satunya pada sistem kardiovaskular yaitu ditandai

dengan menurunnya denyut nadi maksimal serta menurunnya

jumlah darah yang dipompa dalam tiap denyutan. Kurang

aktifitas fisik juga dapat meningkatkan tekanan darah, dengan

latihan olahraga yang rutin diharapkan akan menurunkan tekanan

darah dengan sendirinya.

4. Obesitas

Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana

berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah

jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan

tekanan darah. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.


Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai macam

penyakit seperti atritis, jantung, dan hipertensi.

5. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui

aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktifitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan

darah secara intermiten (tidak menentu). Apabila stress

berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi

Pembuluh darah arteri bekerja tanpa henti, tugasnya

memompakan darah ke seluruh tubuh. Jika tak ada gangguan maka porsi

tekanan yang dibutuhkan oleh tubuh dengan sendirinya akan sesuai

dengan mekanisme tubuh. Namun perlu diingat, tekanan akan meningkat

dengan sendirinya bila dirasa ada hambatan. Inilah yang menyebabkan

tekanan darah menjadi tinggi. Semakin besar hambatan, semakin tinggi

tekanan darah (Dewi, 2010 dalam Margowati, dkk, 2016).

Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem saraf

yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain

dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Hal

lain yang ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah refleks

baroreseptor. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan


frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila

diameternya menurun (vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat, bila

diameternya meningkat (vasodilatsi), tahanan perifer akan menurun

(Muttaqin, 2012).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Wahdah (2011), manifestasi klinis dari hipertensi pada

masing-masing individu hampir sama gejalanya antara lain sakit kepala,

kelelahan, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur karena adanya

kerusakan pada otak.

Menurut Padila (2013), bahwa tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala : tidak ada gejala yang spesifik yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan

tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi

arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak

terukur.

b. Gejala yang lazim : sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang dikeluhkan

kebanyakan pasien hipertensi.


2.1.6 Komplikasi hipertensi

Menurut Julianti (2009) tekanan darah yang menetap pada

kisaran angka tinggi membawa resiko berbahaya. Biasanya, muncul

berbagai komplikasi. Berikut ini komplikasi hipertensi yang dapat terjadi

a. Kerusakan dan gangguan pada otak

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan

pembuluh darah sulit meregang sehingga aliran darah ke otak

berkurang dan menyebabkan otak kekurangan oksigen. Pembuluh

darah di otak sangat sensitif sehingga apabila terjadi kerusakan atau

gangguan di otak akan menimbulkan perdarahan yang dikarenakan

oleh pecahnya pembuluh darah.

b. Gangguan dan kerusakan mata

Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah

di belakang mata. Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.

c. Gangguan dan kerusakan jantung

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah

dengan tenaga yang ekstra keras. Otot jantung semakin menebal dan

lemah sehingga kehabisan energi untuk memompa lagi. Gejalanya


yaitu pembengkakan pada pergelangan kaki, peningkatan berat badan,

dan napas yang tersengal-sengal.

d. Gangguan dan kerusakan ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan

zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah terlalu

tinggi, pembuluh darah di ginjal akan rusak dan ginjal tidak mampu

lagi untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat sisa. Umumnya,

gejala kerusakan ginjal tidak tampak. Namun, jika dibiarkan terus

menerus akan menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk

mengendalikan angka kesakitan, komplikasi dan kematian akibat

penyakit hipertensi. Menurut KEMENKES RI, 2013 penatalaksanaan

hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu farmakologis dan non farmakologis.

a. Terapi Farmakologis

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa

kerja yang panjang, sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya

mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama


perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok

bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap

obat anti hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi

sebagai berikut :

1) Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab

hipertensi.

2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi.

3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan

obat anti hipertensi.

4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

5) Jenis-jenis Obat Anti Hipertensi (OAH) :

a) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan

cairan tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh

berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih

ringan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan

sebagai obat pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya

penyakit lainnya.
b) Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf

simpatis. Contoh obat yang termasuk dalam golongan

penghambat simpatis adalah metildopa, klonodin dan reserpin.

Efek samping yang dijumpai adalah: anemia hemolitik,

gangguan fungsi hati dan kadang-kadang dapat menyebabkan

penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.

c) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan

pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan

pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan

betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan

bisoprolol. Pemberian obat betabloker harus hati-hati pada

penderita diabetes karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.

d) Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Contoh obat

dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek

samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah

pusing dan sakit kepala.

e) Penghambat enzim konversi angiotensin


Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

angiotensin II. Contoh obat yang termasuk golongan ini

adalah kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah

batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

f) Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung

dengan menghambat kontraksi otot jantung. Contoh golongan

obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek

samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit

kepala dan muntah.

g) Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan

ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk

golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin

timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

b. Terapi Non Farmakologis

Pada hipertensi esensial ringan, penggunaan asupan garam

dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah

awal pengobatan hipertensi. Anjuran pengurangan asupan garam

sebanyak 60 mmol/hari, berarti tidak ada penambahan asupan garam

waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari penggunaan


makanan yang sudah diasinkan, menggunakan mentega yang bebas

garam, merupakan pengurangan garam dengan ketat dan akan

mempengaruhi kebiasaan makan penderita secara drastis, sehingga hal

ini akan sulit dilaksanakan (Djunaedi, dkk, 2013).

Pengobatan non farmakologis yang lain, yaitu

menghindarkan factor risiko seperti merokok, minum alkohol,

hiperlipidemia, dan stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan

darah, walaupun pada beberapa survei didapat pada kelompok

perokok, tekanan darahnya lebih rendah daripada kelompok yang

tidak merokok. Alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah,

sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan

hipertensi. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan

tekanan perifer, sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Dengan

olahraga, akan timbul perasaan santai, dapat menurunkan berat

badan, sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Rudianto, 2013).

Terapi non farmakologis harus selalu digunakan pada

pasien dengan hipertensi perbatasan dan tanpa kerusakan organ,

terutama pada orang yang kegemukan (obesitas). Terapi non

farmakologis mencakup penurunan berat badan, pembatasan garam,

latihan fisik, dan pengubahan pola hidup mengurangi asupan lemak,

menghentikan kebasaan merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol

(Nugroho, 2008).
Mekanisme obesitas dapat dilakukan dengan: penurunan

berat badan akan menurunkan tekanan darah melalui penurunan tonus

simpatis. Modifikasi gaya hidup dapat mempunyai pengaruh yang

mendasar terhadap morbiditas dan mortalitas. Diet yang kaya buah-

buahan, sayuran dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh dapat

menurunkan tekanan darah. Terapi tambahan dapat mencegah atau

mengurangi hipertensi akibat kardiovaskuler.

Penggunaan herbal dan bahan alami sudah banyak

dilakukan oleh masyarakat dunia untuk mengontrol dan mengobati

penyakit, salah satunya pada penyakit hipertensi. Banyak tanaman

obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat

antihipertensi. Beberapa tanaman baik secara tradisional ataupun yang

telah didukung dengan pembuktian secara preklinis (pengujian

terhadap hewan coba) maupun secara klinis (pengujian terhadap

manusia) dapat mengontrol atau mengendalikan tekanan darah

(Djunaedi, dkk, 2013).

Mekanisme secara umum tanaman obat dalam mengontrol

tekanan darah, antara lain memberikan efek dilatasi pada pembuluh

darah dan menghambat efek dilatasi pada pembuluh darah dan

menghambat angiotensin converting enzyme (ACE). Selain itu,

sediaan herbal dapat pula berupa kombinasi antara efek diuretik, efek

penenang atau obat tidur, dan efek terapi yang lebih baik (Munim dan

Hanani, 2011).
Pengurangan volume cairan dalam darah dengan diuretik,

dapat menstimulasi penurunan jumlah natrium pada ginjal sehingga

tekanan darah menurun. Ginjal dapat menurunkan tekanan darah

melalui sistem renin-angiotensin. Ginjal akan mengekskresikan renin

dalam responnya untuk menurunkan natrium atau sinyal dari susunan

saraf simpatik. Penghambatan sistem renin-angiotensin

memungkinkan dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam

meningkatkan tekanan darah (Munim dan Hanani, 2011). Beberapa

tanaman yang dapat dijadikan pengobatan secara herbal meliputi daun

salam, daun alpukat, seledri, wortel, mentimun, semangka, dan

belimbing.

2.1.8 Daun Salam (Syzygium polyanthum)


Salam (Syzygium polyanthum) adalah nama pohon penghasil

daun rempah yang banyak digunakan dalam masakan Indonesia. Obat

tradisional ini secara empiris berkhasiat dalam terapi Hipertensi. Daun

salam tumbuh menyebar di Asia Tenggara dan sering ditemukan di

pekarangan rumah. Selain sebagai bumbu dapur, daun salam memiliki

banyak manfaat untuk kesehatan misalnya untuk mengobati diabetes

militus, gastritis, pruritus, diare, mabuk karena alkohol, dan hipertensi.

(Agoes, 2010)
Dalam jurnal dalam Margowati, dkk, (2016), Daun salam

(Syzygium polyanthum) merupakan tanaman yang mempunyai banyak

manfaat sebagai obat herbal. Daun salam dipercaya mampu mengatasi


berbagai penyakit, salah satunya yaitu penyakit hipertensi. Kandungan

kimia dalam daun salam yang mempunyai fungsi menurunkan tekanan

darah yaitu minyak asiri, tannin, dan flavonoida. Mekanisme kerja dari

kandungan kimia dalam daun salam merangsang sekresi cairan empedu

sehingga kolesterol akan keluar bersama cairan empedu menuju usus,

dan merangsang sirkulasi darah sehingga mengurangi terjadinya

pengendapan lemak pada pembuluh darah.


Kandungan Flavonoid akan mempengaruhi kerja dari

Angiotensin Converting Enzym (ACE). Penghambatan ACE akan

menginhibisi perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, yang

menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi perifer turun dan

dapat menurunkan tekanan darah. Efek lainnya dapat menyebabkan

penurunan retensi air dan garam oleh ginjal, sekresi aldosteron, dan

sekresi Anti Diuretic Hormone (ADH) oleh kelenjar hipopituitari.

Sekresi aldosteron yang menurun berefek terhadap penurunan retensi air

dan garam oleh ginjal, sedangkan penurunan sekresi ADH menyebabkan

penurunan absorpsi air. Penurunan retensi air dan garam serta absorpsi

air menyebabkan volume darah menurun, sehingga tekanan darah

menurun (Irawati, 2015).


Contoh ramuan daun salam dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bahan :

1) Daun salam segar : 5 lembar

2) Air bersih : 3 gelas

Cara membuat dan aturan pemakaian :


Daun salam di cuci bersih. Lalu direbus dengan air sampai

beberapa waktu hingga volumenya tinggal 1 gelas.

Penelitian oleh Yulianti, dkk (2014), menunjukkan bahwa ada

pengaruh konsumsi rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di Dukuh Jangkung Rejo. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai tekanan darah

setelah diberi rebusan daun salam yaitu dengan hasil nilai rata-rata

tekanan darah sistole 126.43 mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah

diastole 80.18 mmHg. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

rebusan daun salam dapat menurunkan tekanan darah.

2.1.9 Mentimun (Cucumis sativus)


Mentimun (Cucumis sativus) adalah jenis tumbuhan dari famili

Cucurbitaceae yang mempunyai nama ilmiah Cucumis sativus yang

bersifat menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang yang

berbentuk spiral (Samadi, 2002 dalam Nurhidayat, 2012). Mentimun

mampu membantu menurunkan tekanan darah, Kandungan pada tiap

100 gram mentimun terdapat kalium (potassium) sebesar 73 mg, dan

fosfor 24 mg. Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, 98%

kalium tubuh berada di dalam sel dan 2% sisanya berada di luar sel.

Kalium sebanyak 2% inilah yang penting untuk fungsi neuromuskuler,

kalium mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung.

Kandungan mineral kalium, magnesium dan serat dalam mentimun


bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Mineral magnesium

berperan melancarkan aliran darah. Unsur fosfor, asam folat dan vitamin

C pada mentimun bermanfaat bermanfaat menghilangkan ketegangan

atau setres (Antika dan Diana, 2016).


Kandungan kalium dalam mentimun dapat menurunkan sekresi

renin yang mengakibatkan penghambatan pada Renin-Angiotensin

System (penurunan angiotensin I dan II sehingga vasokonstriksi

pembuluh darah berkurang). Akibatnya terjadi penurunan reabsorpsi

natrium dan air pada ginjal. Penghambatan pada Renin-Angiotensin

System juga turut menyebabkan terjadinya penurunan ekskresi

aldosteron, sehingga terjadi penurunan reabsorpsi natrium dan air di

tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme tersebut, maka terjadi peningkatan

diuresis yang menyebabkan berkurangnya volume darah, sehingga

tekanan darah pun menjadi turun. Kalium juga merupakan ion utama di

dalam cairan intraseluler. Kalium mempunyai efek dalam pompa Na-K

yaitu kalium dipompa dari cairan ekstraselular ke dalam sel, dan natrium

dipompa keluar sel. Ginjal sebagai regulator utama kalium di dalam

tubuh menjaga agar kadarnya tetap di dalam darah dengan mengontrol

eksresinya. Kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan eksresi

natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah

(Antika dan Diana, 2016).


Contoh membuat jus mentimun dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Bahan :

1) Buah mentimun : 100 gr


2) Air : 50cc

Cara membuat dan aturan pemakaian :

Buah mentimun di cuci bersih, dikupas lalu di blender kemudian

di blender setelah itu di tuang ke dalam gelas belimbing (200 ml).

Penelitian oleh Ponggohong, dkk (2015), hasil penelitiannya

menunjukkan tekanan darah sistole sesudah dilakukan pemberian terapi

jus mentimun pada kelompok intervensi ada perbedaan tekanan darah

dengan rata-rata 113,13 dan kelompok kontrol 123,75. Hasil penelitian

tekanan darah diastole sesudah dilakukan pemberian terapi jus mentimun

pada kelompok intervensi ada perbedaan tekanan darah dengan rata-rata

83,13 dan kelompok kontrol 84,38.

2.2 Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada

penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat

dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut :

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil

1. Yulianti, dkk Pengaruh Air Rancangan Ada pengaruh


(2014), Rebusan penelitian konsumsi
Daun Salam dengan rebusan daun
Tehadap Penelitian salam terhadap
Penurunan eksperimen penurunan
Tekanan semu atau quasi tekanan darah
Darah Pada eksperimen pada penderita
Penderita dengan hipertensi di
Hipertensi rancangan pre Dukuh Jangkung
Di Dukuh post Rejo.
Jangkung eksperimental
Rejo dengan teknik
Nogosari sampling jenuh
Boyolali dengan
mengambil
semua dari
populasi menjadi
sampel
penelitian. Alat
analisis uji
Paired T-Test

2. Ponggohong, Pengaruh Desain penelitian Ada pengaruh


dkk (2015) Pemberian yang digunakan pemberian jus
Jus adalah Quasi- mentimun
Mentimun experimental terhadap
Terhadap design dengan tekanan darah
Tekanan rancangan pada penderita
Darah Pada penelitian hipertensi
Penderita Pretest-posttest
Hipertensi di with control
Desa group adalah
Tolombukan dilakukan
Kec. Pasan dengan dua
Kab. kelompok.
Minahasa
Tenggara
Tahun 2015
3. Tamsuri dan Pengaruh Desain penelitian Ada pengaruh
Chamida, rebusan yang digunakan rebusan daun
2013 daun salam dalam penelitian salam terhadap
terhadap ini adalah pra penurunan
penurunan eksperimental tekanan darah
tekanan dengan pada pasien
darah pada rancangan One Hipertensi
pasien group pre-post
hipertensi test design dan
teknik sampling
yang digunakan
dalam bentuk
Purposive
Sampling
2.3 Kerangka Teori

ETIOLOGI
1. Faktor resiko yang tidak dapat
dikontrol:
Penanganan Hipertensi
a. Jenis kelamin
b. Usia

c. Keturunan
(genetik)
2. Faktor yang dapat dikontrol
a. Kebiasaan merokok

b. Stress

Hipertensi

FARMAKOLOGI NON FARMAKOLOGI

a. Deuretik a. Mengurangi berat


badan jika berlebih
b. Penghambat simpatis
b. Batasi asupan alkohol
c. Betabloker
c. Senam hipertensi
d. Vasodilatator
d. Herbal
e. Antagonis kalsium
1) Daun salam (minyak
asiri, tanin dan
flavonoida)

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: (Djunaedi, dkk, 2013), KEMENKES RI (2013), Lewa, dkk (2010)


2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Rebusan daun salam Tekanan darah


2. Jus mentimun

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh rebusan daun salam dan jus mentimun terhadap

tekanan darah di Puskesmas Sibela.

Ha : Ada pengaruh pengaruh rebusan daun salam dan jus mentimun terhadap

tekanan darah di Puskesmas Sibela.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan

rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi exsperiment dengan

pre test and post test nonequivalent control group. Quasi exsperiment

merupakan rancangan penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan

hubungan sebab akibat pada eksperimen (Nursalam, 2016). Berikut ini

adalah skema rancangan penelitian Quasi exsperiment dengan pre test and

post test nonequivalent control group:


Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Quasi exsperiment dengan pre test and

post test nonequivalent control group


Keterangan :

R : Responden penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan rebusan daun salam
R2 : Responden kelompok perlakuan jus mentimun
O1 : Pre test pada kelompok rebusan daun salam
O2 : Post test pada kelompok rebusan daun salam
O3 : Pre test pada kelompok jus mentimun
O4 : Post test pada kelompok jus mentimun
X1 : Kelompok dengan perlakuan pemberian rebusan daun salam
X2 : Kelompok dengan perlakuan pemberian jus mentimun

3.2. Populasi dan Sampel 31


3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien hipertensi di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta.

Berdasarkan data dari Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta

terdapat 265 pasien kasus hipertensi yang datang ke Puskesmas

Sibela Mojosongo Surakarta pada 3 bulan terakhir. Populasi pada

bulan Februari 2018 di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta

terdapat 69 pasien kasus hipertensi.


3.2.2 Sampel
Teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2016). Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Pengambilan sampel yang


digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik non

probability sampling yaitu purposive sampling yang didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

Pada penelitian eksperimen jumlah sampel minimum yaitu 15 orang

dari masing-masing kelompok (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini

terdapat 2 kelompok perlakuan dan setiap kelompok perlakuan

besar sampel 15 orang.

Adapun kriteria menjadi responden adalah :


a. Kriteria inklusi
1. Responden dengan hipertensi grade 2 (≥160/100)
2. Responden dengan usia 40-60 tahun.
3. Mempunyai riwayat hipertensi ≥ 5 tahun
4. Responden yang kooperatif.
b. Kriteria eksklusi
1. Responden yang mempunyai penyakit kronis lainnya

(misalnya, stroke dan kegawatan).


2. Responden dengan perawatan khusus dan perawatan

medis (misalnya, stroke dengan fisioterapi).

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Puskesmas Sibela

Mojosongo Kota Surakarta.


3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan April — Mei 2018.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala pengukuran
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam peneltian ini dikategorikan menjadi dua yaitu

(Sugiyono 2013) :
a. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel


terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu rebusan

daun salam dan jus mentimun


b. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini yaitu tekanan darah.


3.4.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,

sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat 2007). Definisi operasional

dan skala pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 3.1.Variabel, Definisi Operasional, dan Skala pengukuran

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1. Rebusan daun salam yang Gelas Sebelum Nominal
daun salam direbus dengan dan
(Variabel 2 gelas air sesudah
sampai beberapa
Independen pemberian
waktu hingga
t) volume menjadi rebusan
1 gelas. daun
salam

2. Jus Jus yang di buat Gelas , Sebelum Nominal


mentimun dari mentimun timbangan dan
(Variabel dengan cara sesudah
Independen mentimun pemberian
t) sebanyak 100 jus
gram dan mentimun
ditambah air 50
ml kemudian di
blander dengan
sampai halus
kemudian di
tuangkan ke
dalam gelas
belimbing
(200ml)
kemudian
diminum.

3. Tekanan Angka yang Tensimeter Hipotensi Ordinal


darah didapat dari hasil dan <90/60
(Variabel pengukuran stetoskop
Dependent) tekanan darah
pada responden Normal
dengan 90/60-
menggunakan 120/80
tensimeter yang
dilakukan
sebelum dan
Hipertensi
sesudah
>140/90
diberikan
rebusan daun
salam dan jus
mentimun

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah sebagai

berikut :
a. Tensi meter
b. Stetoskop
c. Bolpoin
d. Buku tulis
e. Timbangan
f. Gelas
g. Lembar observasi
h. Rebusan daun salam : berdasarkan jurnal Margowati, dkk, (2016)

dosis pemberian rebusan daun salam yaitu 5 lembar daun salam

dengan ukuran yang sama, direbus dengan 3 gelas air hingga

tinggal 1 gelas. Menurut Tamsuri dan Chamida, (2013),

pemberian rebusan daun salam dilakukan sehari 1 kali selama 7

hari. Menurut Hasanah, (2014), air rebusan daun salam diminum

sebelum makan.
i. Jus mentimun : berdasarkan jurnal Lebalado dan Mulyati, (2014)

dosis pemberian jus mentimun yaitu mentimun sebanyak 100

gram dan ditambah air 50 ml kemudian di blender setelah itu di

tuang ke dalam gelas belimbing (200 ml). Menurut Batin, dkk,

(2017) pemberian jus mentimun dilakukan sehari sekali selama 7

hari. Menurut Kusnul dan Zainal, (2012), jus mentimun diminum

setelah makan.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan

data penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan

tahap sebagai berikut:


a. Tahap persiapan
1. Peneliti meminta surat keterangan dari kampus STIKES

Kusuma Husada Surakarta untuk mengajukan permohonan

ijin studi pendahuluan ke Dinas Kesehatan Surakarta.


2. Peneliti mengajukan permohonan ijin studi pendahuluan ke

Dinas Kesehatan Surakarta.


3. Peneliti mengajukan permohonan ijin studi pendahuluan

kepada Kepala Puskesmas Sibela untuk pengambilan data di

wilayah kerja Puskesmas Sibela.


4. Peneliti menghubungi asisten peneliti unuk membantu dalam

penelitian.
b. Tahap pelaksanaan
1. Peneliti menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi penelitian.
2. Peneliti meminta bantuan kepada kader dalam pengumpulan

responden
3. Melakukan wawancara pada responden tentang

kesediaannya menjadi responden.


4. Menjelaskan pada responden tentang tujuan,manfaat dan

akibat menjadi responden.


5. Calon responden yang setuju diminta tanda tangan pada

lembar surat pernyataan kesanggupan menjadi responden.


6. Memberi penjelasan kepada responden tentang tata cara

membuat, komposisi, aturan minum air rebusan daun salam

dan jus mentimun yang dilakukan satu kali dalam sehari.


7. Mengukur tekanan darah responden sebelum mengkonsumsi

air rebusan daun salam dan jus mentimun


8. Pemberian rebusan daun salam dan jus mentimun

dilakukan sehari sekali dalam 7 hari.


9. Setelah 3 hari peneliti kembali melakukan pengukuran

terhadap tekanan darah responden setelah mengkonsumsi air

rebusan daun salam dan jus mentimun.


10. Peneliti melakukan observasi akhir atau pengukuran tekanan

darah pada penderita hipertensi pada hari ke 7 penelitian.


11. Melakukan rekapitulasi data responden.
c. Tahap Pengolahan
Setelah data lengkap peneliti melakukan analisis dan

pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Data yang

diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data dengan sistem

komputerisasi.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul. Berikut ini tahap

pengolahan data meliputi:


a. Penyuntingan (Editing)
Data diambil dari jumlah sampel (pre-post test). Editing data

dilakukan dengan pengelompokan data dari sampel yang sudah

ada sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan tekanan darah.


b. Coding
Data yang sudah melalui proses editing diberikan kode data.

Kode data untuk pre-test responden sebelum pemberian

perlakuan dengan rebusan daun salam ditandai dengan kode (01),

post-test setelah pemberian perlakuan dengan rebusan daun salam

ditandai dengan kode (02), pre-test responden sebelum

pemberian perlakuan dengan jus mentimun ditandai dengan kode

(03), post-test setelah pemberian perlakuan dengan jus mentimun

ditandai dengan kode (04).


c. Entry Data
Data yang sudah diberi kode dimasukkan dalam program aplikasi

microsoft excel untuk mempermudah dalam memasukkan sistem

analisis SPSS.
d. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi yaitu menyusun dan menghitung data hasil coding untuk

disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis, kegiatan ini

adalah membuat data induk penelitian yang berbentuk tabel yang

bersumberkan pada hasil penelitian pre-post test.


3.6.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat Digunakan untuk menganalisa tekanan

darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan rebusan daun

salam dan jus mentimun. Kemudian data ini diolah dengan

menggunakan SPSS dengan ukuran pemusatan data

menggunakan mean dan median. Apabila uji normalitas datanya

berdistribusi normal menggunakan mean, sedangkan apabila data

tidak berdistribusi normal menggunakan median.


b. Analisis Bivariat
Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah data

nominal dan data ordinal yang dianalisis dengan metode statistik

non parametrik. Analisis ini digunakan untuk menganalisis

pengaruh terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan

perlakuan dengan rebusan daun salam, dan menganalisis

pengaruh terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan

perlakuan dengan jus mentimun, dengan menggunakan analisa

sistem SPSS Uji t-berpasangan untuk menguji hipotesis

komparatif. Jika uji normalitas tidak terdistribusi normal, maka

diganti dengan Uji Wilcoxon Sign test.


Jika nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) <0,05, maka H0

ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menjelaskan bahwa ada

perbandingan tekanan darah antara sebelum dan sesudah

dilakukan eksperimen. Jika nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed)

>0,05, maka Ha ditolak dan H0 diterima. Hal tersebut

menjelaskan bahwa tidak ada perbandingan tekanan darah antara

sebelum dan sesudah dilakukan eksperimen.


Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah

rebusan daun salam lebih efektif dari jus mentimun atau

sebaliknya. Analisis untuk dua sampel yang independen

digunakan untuk menganalisis perbandingan efektifitas antara

rebusan daun salam dengan jus mentimun terhadap tekanan darah

menggunakan analisa sistem SPSS, menggunakan Uji t-tidak

berpasangan untuk menguji hipotesis komparatif. Jika uji

normalitas tidak terdistribusi normal, maka diganti dengan Uji

Man Whitney.
Jika nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) <0,05, maka H0

ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menjelaskan bahwa ada

perbandingan efektifitas antara rebusan daun salam dan jus

mentimun terhadap tekanan darah. Jika nilai probabilitas atau

Sig. (2-tailed) >0,05, maka Ha ditolak dan H0 diterima. Hal

tersebut menjelaskan bahwa tidak ada perbandingan pengaruh

antara rebusan daun salam dan jus mentimun terhadap tekanan

darah. Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan dengan

komputerisasi.

3.7. Etika Penelitian


Menurut Hidayat (2007) masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain sebagai berikut:


a. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar

persetujuan. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan penelitian serta

manfaat penelitian kepada responden dan memberikan kebebasan untuk


menjadi responden atau menolak, setelah mendapat persetujuan

responden diminta untuk menandatangani informed concent yang telah

disiapkan. Beberapa informasi yang harus ada dalam Informed Consent

adalah partisipasi pasien, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang

akan terjadi, manfaat, kerahasiaan dan informasi yang mudah

dihubungi.

b. Tanpa Nama (Anonimity)


Peneliti memberi jaminan dalam penggunaan subyek penelitian

dengan cara tidak mencantumkan nama responden tetapi menggunakan

inisial saja pada lembar alat ukur.


c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah lain. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan riset.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Antika, Intan Damaya dan Diana Mayasari. 2016. Efektivitas Mentimun (Cucumis
sativus L) Dan Daun Seledri (Apium graveolens L) Sebagai Terapi Non-
Farmokologi Pada Hipertensi. www.googlescolar.com. Sumber :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/935. Di
akses pada 1 November 2017 || 19.00 WIB.

Dafriani, Putri. 2016. Pengaruh Rebusan Daun Salam (Syzigium Polyanthum


Wight Walp) Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Sungai
Bungkal, Kerinci 2016. www.googlescolar.com. Sumber :
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/56. Di
akses pada 1 November 2017 || 19.00 WIB.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015.
Semarang : Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

Djunaedi, Edi, Yulianti S, dan Rinata MG. 2013. Hipertensi Kandas Berkat
Herbal. Jakarta: FMedia.

Elfandari, S., Suriadi., Ramadhaniyati. 2015. Efektifitas Jus Belimbing Manis Dan
Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Kampung Bangka
Kecamatan Pontianak Tenggara. www.googlescolar.com Sumber :
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/11011.
Di akses pada 1 November 2017 || 19.00 WIB.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data. Salemba


Medika: Jakarta.

Hasanah, H. 2014. Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. www.scribd.com. Sumber :
https://www.scribd.com/document/324718063/Jurnal-Daun-Salam-
Sebagai-Hipertensi. Di akses pada 6 Mei 2018 || 19.00 WIB.

Irawati, Nur Ayu Virginia. 2015. Antihypertensive Effects Of Avocado Leaf


Extract (Persea Americana Mill). www.googlescolar.com. Sumber :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/500. Di
akses pada 4 Januari 2018 || 19.00 WIB.

Julianti, E. D., dkk. 2009. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Jakarta : Puspa
Sehat.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar


2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Teknis Penemuan Dan


Tatalaksana Hipertensi. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
www.googlescolar.com Sumber :
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/hipertensi_2013.pdf.

Kusnul, Z., dan Zainal Munir. 2012. Efek Pemberian Jus Mentimun Terhadap
Penurunan Tekanan Darah. www.googlescolar.com Sumber :
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/view/173. Di
akses pada 6 Mei 2018 || 19.00 WIB.

Lewa, Abdul Farid., I Dewa Putu Pramantara., Th. Baning Rahayujati. 2010.
Faktor-faktor risiko hipertensi sistolik terisolasi pada lanjut usia.
www.googlescolar.com Sumber :
https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3456. Di akses pada 4 Januari
2018 || 19.00 WIB.

Margowati, Sri., Sigit Priyanto., Mita Wiharyani. 2016. Efektivitas Pengunaan


Rebusan Daun Alpukat Dengan Rebusan Daun Salam Dalam Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia. www.googlescolar.com Sumber :
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/6759. Di akses pada 1
November 2017 || 19.00 WIB.

Munim, A. & Hanani, E. 2011. Fitoterapi Dasar. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.

Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardivaskular dan Hematologi. Salemba Medika. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :


Jakarta
Nugroho, Andri. 2008. Hidup Sehat di Usia Senja. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Nurhidayat, Saiful. 2012. Efektivitas Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. Ponorogo : Muhammadiyah
University of Ponorogo Press.

Nursalam, 2016. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ponggohong, Cerry Elfind., Sefti S.J. Rompas., A. Yudi Ismanto. 2015. Pengaruh
Pemberian Jus Mentimun Terhadaptekanan Darah Pada Penderita
Hipertensidi Desa Tolombukan Kec. Pasan Kab. Minahasa Tenggara
Tahun 2015. www.googlescolar.com. Sumber :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8088. Di akses
pada 1 November 2017 || 19.00 WIB.

Rudianto. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Sakkhasukma.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.


Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.


Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta.

Sujarweni V.W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta: Gava

Tamsuri, Anas dan Afif Yunia Nur Chamida. 2013. Pengaruh Rebusan Daun
Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.
www.googlescolar.com. Sumber :
http://ejournal.akperpamenang.ac.id/index.php/akp/article/view/78. Di
akses pada 1 November 2017 || 19.00 WIB.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi


secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahdah, Nurul. 2011. Menaklukkan hipertensi dan diabetes. Multi


Solusindo: Yogyakarta.

WHO. 2013. A Global Brief on Hypertension : Silent Killer, Global Public Health
Crisis.

Yulianti, Tunjung Sri., Rahayu S., Mega S. 2014. Pengaruh Air Rebusan Daun
Salam Tehadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Dukuh Jangkung Rejo Nogosari Boyolali. www.googlescolar.com.
Sumber :
http://ejurnal.akperpantikosala.ac.id/index.php/jik/article/view/13. Di
akses pada 1 November 2017 || 19.00 WIB.
Lampiran 3

PENGAJUAN IJIN STUDI PENDAHULUAN (F.04)

Nama : Rizky Wulan Primadhani


NIM : ST 162055

Tempat Penelitian : Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta

Judul Skripsi : Pengaruh Perbandingan Pemberian Rebusan daun salam

Dengan Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah Di

Puskesmas Sibela

Surakarta, 7 Desember 2017

Pemohon,

(Rizky Wulan P)

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7
Lampiran 8

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Concent)

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Menyatakan bahwa :

1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “Pengaruh Perbandingan


Pemberian Rebusan Daun Salam Dengan Jus Mentimun Terhadap Tekanan
Darah Di Puskesmas Sibela”
2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban terbuka
dari peneliti
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemugkinan dampak buruk yang terjadi dari penelitian yang dilakukan.
Dengan pertimbangan diatas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari
pihak manapun juga, bahwa saya bersedia/tidak bersedia*berpartisipasi menjadi
responden dalam penelittian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, ...........................2018

Responden
(...................................)

Lampiran 9
Kuisioner Data Demografi

Nomor Responden :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pekerjaan :

Jawab pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda centang (√)

Apakah menurut anda hipertensi itu berbahaya?


Ya Tidak

Apakah anda mempunyai riwayat keturunan hipertensi?


Ya Tidak

Berapa lama anda menderita hipertensi?


≤ 5 tahun ≥ 5 tahun

Menurut anda, apakah daun salam dapat menurunkan tekanan darah?


Ya Tidak

Menurut anda, apakah mentimun dapat menurunkan tekanan darah?


Ya Tidak
Lampiran 10

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH

No. Hari / Tanggal / Jam Pre test Post Test

1 Mmhg Mmhg
2 Mmhg Mmhg

3 Mmhg Mmhg
4 Mmhg Mmhg

5 Mmhg Mmhg
6 Mmhg Mmhg

7 Mmhg Mmhg
Lampiran 11

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN HIPERTENSI

Beri tanda centang (√) yang sesuai dengan aktivitas Anda.

Pola Tidur Pola Aktivitas

Susah Sering Sering Merokok Olah Raga Alkohol


Hari <6 >6
memulai terbangun bangun Ya (berapa
Jam Jam Tidak Ya Tidak Ya Tidak
tidur dimalam hari terlalu dini batang/hari)
1

2
Lampiran 11

4
5

6
7

Tulislah menu makan anda di kolom bawah ini.

Pola Makan
Hari
Pagi Siang Malam

1
2

3
4
Lampiran 11

6
7

Anda mungkin juga menyukai