Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan kontributor
paling banyak untuk penyakit jantung dan stroke, yang mana secara bersamaan
menjadi penyebab kematian dini dan kecacatan nomor satu di dunia. Para peneliti
memperkirakan bahwa hampir 9,4 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular setiap tahunnya termasuk hipertensi. Hal ini juga meningkatkan
risiko terjadinya gagal ginjal dan kebutaan (World Health Organization, 2013).
Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia mungkin mencapai satu miliar
orang dan sekitar 7,1 juta kematian akibat hipertensi terjadi setiap tahunnya.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5%) serta mencapai 6,8% dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia. (Arif et al, 2013).
Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 78 juta
penduduk. Menurut data National Health and Nutrition Evaluation Survey
(NHANES) pada tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita
hipertensi menyadari bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima
pengobatan, 52,5% pasien hipertensi terkontrol dan 47,5% pasien hipertensi tidak
terkontrol. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat
sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2013 (Go, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada
umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis
tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden
yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi

1
sebesar 0,7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7 %)
(Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013
yang merujuk hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 di Sumatera Utara, prevalensi
hipertensi berdasarkan pengukuran pada umur ≥ 18 tahun di provinsi Sumatera
Utara yaitu sebesar 24,7% (Riskesdas, 2013).
Obesitas adalah istilah untuk menyatakan lemak tubuh yang dapat
membahayakan kesehatan sedangkan overweight menggambarkan kelebihan
dibandingkan berat badan normal. Orang dengan obesitas lebih berisiko besar
terhadap berbagai penyakit degeneratif atau noninfeksi seperti tekanan darah
tinggi, penyakit pembuluh darah otak, kencing manis, jantung koroner,
aterosklerosis, gangguan menstruasi, gangguan kesuburan dan penyakit sendi.
Indeks massa tubuh yang merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan (Supariasa, 2012).
Berdasarkan hasil data Riskesdas 2013 diketahui bahwa di Indonesia
terdapat 15 propinsi memiliki prevalensi obesitas diatas angka prevalensi
nasional, dan salah satunya adalah Propinsi Jawa Tengah. Di Propinsi Jawa
Tengah prevalensi obesitas berdasarkan IMT pada penduduk usia 13-15 tahun
sebesar 2,8% lebih tinggi dibandingkan prevalensi obesitas tingkat nasional yang
hanya sebesar 2.5% (Riskesdas, 2013).
Hipertensi termasuk 10 daftar penyakit terbesar di wilayah kerja
Puskesmas Titi Papan Kecamatan, Medan Utara pada tahun 2019. Oleh karena itu
berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
berat badan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi
Papan tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah adakahpengaruh berat badan terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan tahun 2020.

2
1.3 Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.
Ha : Ada pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada
pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.
1.4.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan derajat hipertensi
pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.
2. Untuk mengetahui gambaran berat badan berdasarkan kelompok berat
badan pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.
3. Untuk mengetahui gambaran usia pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi
Papan.
4. Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin pasien hipertensi di UPT
Puskesmas Titi Papan.
5. Untuk mengetahui besaranpengaruh berat badan terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Pihak Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi pelayanan kesehatan terutama
UPTPuskesmas Titi Papanagar dapat meningkatkan perencanaan program
pelayanan kesehatan dalam penyediaan fasilitas perawatan bagi penderita
hipertensi

3
2. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan adalah sebagai bahan
referensi dan dapat digunakan sebagai data dan informasi untuk peneliti
selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar bisa dijadikan refrensi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti tentang pengaruh berat badan dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi dan menambah pengalaman dalam
melakukanpenelitian.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah


2.1.1 Definisi Tekanan Darah
Menurut American Heart Association(AHA) pada tahun 2016 tekanan
darah terdiri dari dua angka dengan rasio sebagai berikut:
1. Sistolik
Sistolik merupakan angka tertinggi dari rasio tekanan darah dimana
mengukur tekanan di pembuluh darah dan jantung saat berkontraksi.
2. Diastolik
Diastolik merupakan angka rasio dari tekanan darah dimana mengukur
tekanan pada arteri antara detak jantung dan otot jantung saat mengisi
ulang darah.
2.1.2 Pengaturan Tekanan Darah
TEKANAN
DARAH

Curah Jantung Resistensi Perifer

Frekuensi Isi Sekuncup Tonus pb. Elastisitas


darah pb. darah

Kontraktilitas Volume
miokard darah

PARASIMPATIS SIMPATIS SRAA Faktor Lokal


Gambar 2.1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah
Sumber: Nafrialdi. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

5
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistance).
Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup (strokevolume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik
vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer
ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh
darah dan viskositas darah. Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem renin-angiotensin-
aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah (Nafrialdi, 2012).
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan
tekanan darah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat
kontraktilitas miokard, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem
parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah karena
menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif berdasarkan
efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan aldosteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume
darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang
saling memperkuat efek masing-masing (Nafrialdi, 2012).

2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat / tenang. Hipertensi mengenai lebih dari 20%
populasi dan merupakan faktor risiko untuk banyak penyakit kardiovaskular.
Kelainan ini didefinisikan sebagai keadaan dengan tekanan sistolik yang terus-
menerus ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik yang ≥90 mmHg. Untuk setiap
peningkatan sistolik sebesar 20 mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg dapat
terjadi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dua kali lipat. Ras keturunan
Afrika lebih berisiko daripada ras Kaukasia dan ras Kaukasia lebih berisiko dari

6
ras Asian, obesitas, diabetes, usia lanjut, penggunaan pil Keluarga Berencana,
riwayat keluarga, konsumsi alkohol yang berlebihan dan merokok (Kendall &
Tao, 2013).

Gambar 2.2. Organ Hipertensi

2.2.2 Etiologi
Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan penyebabnya, yaitu
hipertensi essensial dan hipertensi sekunder:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 90 %
kasus. Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh beragam kausa tak diketahui dan
bukan suatu entinitas tunggal. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti usia, jenis kelamin dan kencenderungan genetik yang kuat untuk
mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh
faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti stress, alkohol, merokok,
obesitas dan kebiasaan makan seperti asupan garam berlebihan serta diet
yang kurang mengandung buah, sayuran dan produk susu (Sherwood,
2015).

7
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 10% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma,
koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-
lain (Kenning, 2014).
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint Commite on Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure-VII(JNC-VII), klasifikasi hipertensi dibagi
menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan hipertensi
derajat II. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi untuk
mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke
klasifikasi hipertensi. Hipertensi derajat I dan hipertensi derajat II adalah kategori
yang harus diberikan terapi obat (Riskesdas, 2013).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII
Klasifikasi Tekanan TekananDarah Tekanan Darah
Darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi Derajat I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi Derajat II >160 mmHg >100 mmHg

2.2.4 Patogenesis Hipertensi


Hipertensi merupakan penyakit yang bukan hanya disebabkan oleh satu
macam mekanisme, akan tetapi bersifat multifaktoral, yang timbul akibat dari
interaksi berbagai macam faktor resiko. Ada empat faktor yang mendominasi
terjadinya hipertensi:
1. Peran Volume Intravaskular
Tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output atau
curah jantung dan tahanan total perifer yang masing-masing dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk
kestabilan tekanan darah dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan tahanan total

8
perifer apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokonstriksi. Bila asupan NaCl
meningkat, maka ginjal akan merespon agar ekskresi garam keluar bersama urine
ini juga meningkat. Tetapi bila upaya mengeskresikan NaCl melebihi ambang
kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intravascular meningkat. Pada gilirannya cardiac output atau curah jantung juga
akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga
tekanan darah meningkat (Yogiantoro, 2014).
2. Peran Kendali Saraf Autonom
Aktivitas berlebihan dari sistem saraf simpatis mempunyai peranan
penting pada awal terjadinya hipertensi primer. Pada awalnya terjadi peningkatan
denyut jantung, curah jantung, kadar norepinefrin plasma dan urin, berlebihnya
norepinefrin ditingkat regional, rangsangan saraf simpatis post ganglion dan
reseptor α-adrenergik menyebabkan vasokonstriksi disirkulasi perifer (Mohani,
2014).
3. Peran Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem renin angiotensin aldosteron
akan dipicu. Renin akan disekresikan, lalu angiotensin I, angiotensin II dan
seterusnya sampai tekanan darah menibgkat kembali. Adapun proses
pembentukan renin dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang dibuat oleh
hati, selanjutnya angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh renin
yang dihasilkan oleh macula densa apparatus juxtaglomerular ginjal. Lalu
angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II oleh enzim ACE (angiotensin
converting enzyme). Akhirnya angiotensin II ini akan bekerja pada reseptor-
reseptor yang terkait tugasnya dalam fisiologis autoregulasi tekanan darah
(Yogiantoro, 2014).
4. Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah
Hipertensi adalah The continuum cardiovascular disease, penyakit yang
berlanjut terus menerus sepanjang umur. Hipertensi dimulai dengan disfungsi
endotel, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular, vaskular biologi berubah

9
karena mengalami kerusakan berupa lesi vaskular dan remodelling, lalu berakhir
dengan kerusakan organ target (Yogiantoro, 2014).

Gambar 2.3 Patogenesis Hipertensi (Mohani, 2014).


2.2.5 Faktor Predisposisi
Menurut AHA (2015) menyatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatnya risiko hipertensi, yaitu:
1. Overweight dan obesitas
Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi salah satu faktor risiko hipertensi.
IMT dengan nilai antara 25 sampai 30 disebut dengan overweight.
Sedangkan IMT dengan nilai lebih dari 30 disebut dengan obesitas.
2. Riwayat keluarga
Jika salah satu atau kedua orang tua mengalami hipertensi, kemungkinan
anaknya pun memiliki risiko yang tinggi untuk mengalaminya.
3. Usia
Semakin bertambahnya usia, elastisitas pembuluh darah akan semakin
berkurang dan cenderung mengalami penyempitan pembuluh darah yang
mengakibatkan tekanan darah akan meningkat.

10
4. Jenis kelamin
Hingga usia 45 tahun, pria lebih berisiko mengalami hipertensi. Pada usia
45 tahun sampai 64 tahun, baik pria maupun wanita memiliki tingkat
risiko yang sama. Tetapi pada usia di atas itu, wanita lebih berisiko
mengalami hipertensi.
5. Kurangnya aktivitas fisik
Biasanya seseorang yang tinggal di kota besar cenderung memiliki
kegiatan fisik yang kurang. Bekerja di kantor, duduk terus menerus dan
kurangnya aktivitas olahraga akan berisiko meningkatkan penyempitan
atau penyumbatan di pembuluh darah dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
6. Pola makan
Makanan tinggi kalori, lemak dan gula menjadi risiko untuk terjadinya
hipertensi. Selain itu, konsumsi garam dalam jumlah yang banyak dapat
menahan cairan dalam tubuh sehingga meningkatkan tekanan darah.
7. Konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah.
Trigliserida adalah kolesterol jahat yang berpotensi menyebabkan tekanan
darah meningkat.
8. Stres
Berada disituasi yang penuh tekanan dapat meningkatkan tekanan darah.
Tetapi para peneliti mengatakan bahwa stres tidak terbukti sebagai
penyebab hipertensi.
9. Merokok
Selain dapat meningkatkan tekanan darah, merokok juga dapat
menyebabkan aterosklerosis.
2.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi
Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak mempunyai gejala spesifik
yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi pada
pemeriksaan fisik. Jika gejala membuat pasien ke dokter, dapat digolongkan
menjadi tiga kategori. Pasien dihubungkan dengan kenaikan tekanan darah itu

11
sendiri, penyakit vaskular hipertensif dan penyakit yang mendasari pada kasus
hipertensi sekunder. Meskipun dengan popular dianggap gejala kenaikan tekanan
darah, sakit kepala hanya karakteristik untuk hipertensi berat, paling sering
terletak pada daerah oksipital, terjadi ketika pasien bangun pada pagi hari, dan
berkurang secara spontan setelah beberapa jam. Keluhan lain yang mungkin
berhubungan adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, epistaksis dan impotensi
(Williams, 2014).
1. Anamnesis
Evaluasi pasien hipertensi bertujuan untuk menilai pola hidup dan
mengidentifikasi faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan,
mencari penyebab kenaikan tekanan darah dan menentukan ada tidaknya
kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular. Anamnesis pada pasien
hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder, seperti adanya penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih hematuri, pemakaian obat-obatan tertentu
c. Faktor faktor resiko yang mempengaruhi tekanan darah, seperti
riwayat hipertensi atau penyakit kardiovakular pasien dan keluarga
pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, pola makan, obesitas dan stress.
d. Gejala kerusakan organ, seperti sakit kepala, vertigo, gangguan
penglihatan, palpitasi, nyeri dada, sesak, edema pretibial, tidur dengan
bantal tinggi, poliuria, nokturia, hematuria, ekstremitas dingin,
klaudikasio intermitten.
e. Pengobatan anti-hipertensi sebelumnya.
f. Faktor pribadi, keluarga dan lingkungan (Mohani, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis hipertensi dapat dilakukan cukup akurat dengan pemeriksaan
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer, suatu manset yang dapat
dikembungkan dan dipasang secara eksternal ke pengukur tekanan. Pengukuran

12
tekanan darah dilakukan pada penderita dalam keadaan nyaman, relaks dan tidak
tertutup atau tertekan pakaian. Ketika manset dilingkarkan di sekitar lengan atas
dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis. Teknik ini melibatkan penyeimbangan antara tekanan
di manset dan tekanan di arteri. Selama penentuan tekanan darah, stetoskop
diletakkan di atas arteri brakialis disisi dalam siku tepat di bawah manset. Aliran
darah turbulen menciptakan getaran yang dapat terdengar. Bunyi yang terdengar
ketika memeriksa tekanan darah dikenal sebagai bunyi korotkoff. Bunyi pertama
dapat didengar menunjukkan tekanan sistolik, bunyi terakhir terdengar pada
tekanan diastolik minimal (Sherwood, 2015).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibagi menjadi pemeriksaan yang sebaiknya
dilakukan pada semua pasien dengan hipertensi yang menetap (pemeriksaan
dasar) dan pemeriksaan yang sebaiknya ditambahkan jika dari pemeriksaan awal
diduga ada bentuk hipertensi sekunder dan/atau tekanan arteri tidak terkendali
setelah terapi awal.
Pemeriksaan status ginjal dievaluasi dengan menilai adanya protein, darah,
glukosa urin, mengukur kreatinin serum dan/atau nitrogen urea darah (BUN,
blood urea nitrogen). Kimia darah lainnya juga mungkin berguna, terutama
seringkali dapat diminta sebagai serangkaian tes automatis dengan biaya yang
minimal pada pasien. Contohnya, penentuan glukosa darah membantu karena
diabetes melitus mungkin disertai dengan aterosklerosis, penyakit vaskular renal
dan nefropati diabetik pada pasien dengan hipertensi. Kolesterol serum, kolesterol
HDL dan trigliserida juga dapat diukur untuk mengidentifikasi faktor lain yang
mempercepat timbulnya aterosklerosis. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
pada semua kasus sebagai penilaian keadaan jantung (Williams, 2012).

2.3 Berat Badan


Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan
yang ada pada tubuh misalnya tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh.
Menurut World Health Organization (WHO) berat badan merupakan salah satu

13
parameter dalam satuan kilogram (kg) yang digunakan untuk pengukuran tubuh.
Melalui berat badan dapat diketahui berbagai informasi untuk menganalisa
kondisi tubuh seseorang seperti Body Surface Area (BSA) dan Body Mass Index
(BMI) (Rahman et al, 2017).
Nilai Indeks Masa Tubuh (IMT) diperoleh dari pengkuruan berat badan
(BB) dalam satuan kilogram dan tinggi badan (TB) dalam satuan
meter.Selanjutnya hasil pengukuran dihitung berdasarkan rumus IMT.
IMT = BB (kilogram)

TB2(meter)
IMT dapat digunakan untuk mengetahui apakah berat badan seseorang
telah ideal atau belum. Untuk mengetahuinya, dapat digunakan tabel di bawah ini:
Tabel 2.2Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (Perkeni, 2015)
Hasil IMT Kategori
< 18,5 Berat Badan Kurang
18,5 – 22,9 Berat Badan Normal
≥23,0 Berat Badan Berlebih
23,0 -24,9 Berat Badandengan Resiko
25,0 – 29,9 Obesitas I
≥30,0 Obesitas II

Dengan menggunakan IMT dapat diketahui apakah berat badan


seseorangdinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk
orangdewasa berumur diatas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak,remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Pengukuran dianjurkan untuk
mengukur berat badan berdasarkan nilai presentil yang dibedakan atas jenis
kelamin dan usia anak karena kecepatan pertumbuhan tinggi badan serta berat
badan tidak berlangsung dengan kecepatan yang sama, jumlah lemak tubuh yang
masih sering berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan
perbedaan jumlah lemak tubuh untuk anak laki-laki dan perempuan juga berbeda
selama pertumbuhan berlangsung. (Dinsdale H, Ridler C, Ells L, 2011).

14
2.3.1 Faktor yang Mmempengaruhi Berat Badan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan, antara lain:
1. Pola makan
Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak
serta rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas.
Masyarakatdi perkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsum
si makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui
bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan di
dalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak.
Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh,
terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang
dimakan melebihi kebutuhab tubuh. Bayi yang terlalu gemuk pada usia enam
minggu pertama menunjukkan bahwa 80% dari anak-anak yang kegemukan akan
tumbuh menjadi anak dewasa yang kegemukan juga
2. Kekurangan aktivitas dan kemudahan hidup
Kegemukan dapat terjadi bukan hanya kerena makanan berlebih, tetapi
juga karena aktivitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi.
Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik, serta
kemauan teknologi di berbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk
menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat
3. Faktor psikologis dan genetik
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang
mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan
psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak
menguntungkan. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya ke
generasi berikutnya dalam sebuah keluarga.
4. Faktor Hormonal
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makanan terletak pada
suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung banyak
pembuluh darah dari daerah lain di otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi
oleh unsir kimiawi darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi

15
penyerapan makanan yaitu hipolamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu
makan (awal atau pusat makanan), hipotalamus ventro-edial (HVM) yang
bertugas menggerakkan nafsu makan (pemberi pusat kenyang). Pada penggunaan
progesteron yang lama (jangka panjang) menyebabkan pertambahan berat badan
akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi nafsu makan.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi
gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk
adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut cenderung
untuk menjadi gemuk (Chandra et all, 2014).
2.3.2 Pengukuran Berat Badan
a. Timbangan Injak
Timbangan injak biasanya digunakan utuk mengetahui berat badan
pada orang normal remaja dan dewasa.
b. Timbangan dengan Pengukur Tinggi Badan
Timbangan dengan pengukur tinggi badan Contoh timbangan yang
lengkap dengan pengukur tinggi badan sebagai berikut (Chandra et al,
2014).

Gambar 2.4 Timbangan Injak dan Timbangan dengan Pengukur Tinggi

16
Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur timbangan, alat ukur
ini digunakan baik untuk mengukur berat badan orang dewasa dan anak yang
sudah bisa berdiri. Langkah pertama adalah penyiapan alat ukur, yaitu:
1. Meletakan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras. Jika berada di
atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau permadani, maka pasang
kaki tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya pegas
dari alas yang tebal.
2. Pastikan alat timbang menunjukkan angka 00.00 sebelum
melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.
Jika alat timbang tidak menunjukkan angka 00.00, periksa apakah ada
baterai pada alat timbang tersebut, periksa apakah posisi positif dan negatif
baterai sudah sesuai, ganti baterai baru
3. Pastikan saat menimbang tidak menggunakan pakaian tebal agar
mendapatkan berat badan seakurat mungkin.
4. Ketika jarum timbangan sudah menunjukkan angka 00.00 lalu berdiri di
tengah-tengah alat timbang.
5. Pastikan posisi badan dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke
arah depan, kaki tidak menekuk.
6. Setelah berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan (Chandra et al, 2014).

2.4 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi


Obesitas dan berat badan merupakan penentu paling penting dari
hipertensi. Dalam patogenesis hipertensi pada obesitas banyak faktor yang
berperan seperti genetik, kelainan endokrin, lingkungan, psikososial, diet serta
aktivitas fisik yang kurang. Mekanisme yang berhubungan dengan hipertensi dan
obesitas adalah peningkatan aktivitas dari sistem renin angiotensis aldosteron
(SRAA), peningkatan sistem saraf simpatis dan resistensi insulin. Obesitas juga
berhubungan dengan reabsorbsi natrium ginjal, gangguan tekanan natriuresis dan
ekspansi volume (Ramadhani, 2013).

17
Sistem renin angiotensin aldosteron sangat berperan dalam hipertensi pada
obesitas dalam mengatur volume cairan dan tonus pembuluh darah. Penurunan
berat badan 5% dapat menurunkan angiotensin plasma, renin, aldosteron dan
aktivitas ACE serta angiotensin dalam jaringan adiposa. Pada obesitas jaringan
adiposa meningkat sehingga jika hal ini terus menerus dapat meningkatkan SRAA
sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium ginjal. Resistensi insulin
berhubungan langsung dengan tingkat keparahan hipertensi, hal ini melibatkan
retensi natrium ginjal, aktivitas yang berlebih dari sistem saraf simpatis dan
proliferasi pembuluh darah. Obesitas juga berhubungan dengan vasodilatasi arteri
ginjal dan peningkatan laju filtrasi glomerulus sebagai kompensasi dalam
mengatasi peningkatan reabsorbsi natrium tubular dan menjaga kesimbangan
natrium, namun jika vasodilatasi di ginjal bersifat kronis maka dapat
meningkatkan tekanan hidrostatik dan stes pada dinding glomerulus. Pada obesita
terjadi peningkatan lipid dan glukosa yang dapat menyebabkan
glomerulosklerosis dan hilangnya fungsi nefron sehingga dapat menyebabkan
hipertensi (Ramadhani, 2013)

2.5 Kerangka Teori Penelitian

Faktor resiko
Hipertensi

Tidak dapat Dapat


dikontrol dikontrol

Ras/etnik Usia Jenis Riwayat Status Pola makan, Meroko, Lainnya


kelamin Keluarga gizi / aktivitas minuman
Berat fisik, stres alkohol,
Badan berkafein

Tekanan Darah
Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian

18
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Berat Badan Tekanan Darah

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional yaitu penelitian yang
pengukuran variabelnya-variabelnya dilakukan pada suatu saat (point time
approach) (Notoatmodjo, 2010). Dimana penelitian ini akan mencari pengaruh
berat badan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi
Papan tahun 2020.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Titi Papan di Jalan
Platina IV Kelurahan Titi Papan , Medan Utara, Kecamatan Medan Deli.
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas data survey awal bahwa hipertensi
merupakan diagnosa penyakit terbanyak keempat didalam sepuluh daftar penyakit
terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas Titi Papan tahun 2019.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulanDesember 2019 –Januari tahun
2020.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu
(Sastroasmoro, 2015). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi
yang berobat di UPT Puskesmas Titi Papan pada bulan Desember 2019 – Januari
tahun 2020.

20
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah subset (bagian) populasi yang diteliti (Sastroasmoro, 2015).
Sampel pada penelitian ini pasien hipertensi yang berobat di UPT Puskesmas Titi
Papan dan memenuhi kriteria inklusi.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah krakteristik umum subyek penelitian pada populasi
(Sastroasmoro, 2015). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien hipertensi yang datang berobat ke Puskesmas Titi Papan pada
bulan Desember 2019 – Januari tahun 2020.
b. Pasien yang terdiagnosa dengan hipertensi.
c. Pasien yang memiliki rekam medik yang lengkap, meliputi: nama,
umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan serta hasil antropometri.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi
namun harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab (Sastroasmoro,
2015). Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:
a. Pasien adalah seorang ibu hamil.
b. Pasien adalah seorang olahragawan.
c. Pasien yang tidak memiliki rekam medis yang lengkap (identitas
pasien dan hasil antropometri), rusak atau tidak terbaca.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Sampling adalah cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan teknik Total sampling. Hal ini dilakukan dengan cara
pemilihan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu(Nursalam, 2010).
Dalam penelitian ini, jumlah sampelnya sebanyak 50 orang.

21
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang apabila ia berubah akan
mengakibatkan perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro, 2015). Variabel
independen (bebas) dalam penelitian ini adalah berat badan pasien hipertensi di
UPT Puskesmas Titi Papan.

3.5.2Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah variabel yang berubah akibat perubahan
variabel independen (Sastroasmoro, 2015). Variabel dependen (terikat) dalam
penelitian ini adalah tekanan darah pada pasien dengan hipertensi di UPT
Puskesmas Titi Papan.

3.7 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional.
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Metode Hasil Ukur Skala
ukur Ukur

1 Berat Ditentukan dengan cara Timbangan Mengukur 1. Berat Nominal


Badan pengukuran menggunakan badan analog IMT badan normal
timbangan dengan 2. Berat
ketelitian 0,01 dalam badan
satuan kilogram berlebih

2 Tekanan Ditentukan dengan cara - Anamnesa Mengukur 1. Tekanan Nominal


Darah pengukuran menggunakan - Pemeriksaan tekanan Darah
alat ukur dengan rasio Tekanan Darah darah Normal
sistolik dan diastolik (Sphygmomano- dengan 2. Hipertensi
dalam satuan mmHg meterdan Sphygmom
stetoskop) ano-meter
- Rekam Medik

22
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam sebuah
penelitian (Notoadmojo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini adalah timbangan
badan analog,Sphygmomanometer, stetoskop, anamnesa, pemeriksaan tekanan
darah dan rekam medis yang didapat dari Puskesmas Titi Papan pada Desember
2019 – Januari tahun 2020.

3.9 Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer
yang diambil langsung dari pemeriksaan langsung terhadap sampel dan data
sekunder yang diperoleh dari bagian rekam medis Puskesmas Titi Papan pada
Desember 2019 – Januari tahun 2020.Data hasil pengukuran tekanan darah dan
berat badan dimasukkan ke dalam checklist form yang telah disediakan.

3.10 Analisis Data


Dalam penelitian ini menggunakan Analisa Univariat dan Analisa
Bivariat, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
3.10.1 Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan data seperti rata-rata,
median, modus, proporsi dan seterusnya (Sastroasmoro, 2015). Analisa univariat
dalam penelitian ini yaitu setiap variabel dalam tabel distribusi frekuensi. Analisa
univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran terbanyak berdasarkan derajat
hipertensi, gambaran terbanyak berdasarkan kelompok berat badan, gambaran
rata-rata berat badan pada pasien hipertensi, gambaran terbanyak berdasarkan
kelompok usia, gambaran terbanyak berdasarkan jenis kelamin.

3.10.2 Analisis Bivariat


Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisa terhadap dua variabel
yakni satu variabel bebas dan satu variabel tergantung yang diduga berhubungan
atau berkolerasi (Sastroasmoro, 2015). Analisa data ini dilakukan dengan

23
menggunakan ujichi square pada tingkat signifikan p > 0,05 maka Ho diterima.
Bila p < 0,05 maka Ho ditolak.

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Titi Papan d Jl. Platina IV kel. Titi
Papan Kecamatan Medan Deli. Luas wilayah kerja Puskesmas Titi Papan adalah
1.180 Ha dengan jumlah kelurahan 3 kelurahan yang terdiri dari 47 Lingkungan.
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019- Januari 2020.

Gambar 4.1 Lokasi Puskesmas Titi Papan


4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang
berobat di Puskesmas Titi Papan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumah
sampel yaitu sebanyak 50 orang. Pada penelitian ini, pengambilan besar sampel
ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling.
Dari keseluruhan pasien hipertensi yang diamati adalah besaran pengaruh
berat badan terhadap tekanan darah, distribusi frekuensi berdasarkan derajat
hipertensi dan kelompok berat badan.

25
4.1.3 Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian. Pada
analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap
variabel yang berhubungan dengan pengaruh berat badan terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi di Puskesmas Titi Papan.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah


Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)
Normal 15 30.0
Hipertensi 35 70.0
Total 50 100

Pada tabel 4.1 distribusi sampel tekanan darah didapatkan pasien


hipertensi sebanyak 35 orang (70.0%) dari keseluruhan sampel. Sementara itu
pasien dengan tekanan darah normal sebanyak 15 orang (30.0%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Berat Badan


Berat Badan Frekuensi Persentase (%)
Normal 17 34
Berlebih 33 66
Total 50 100

Pada tabel 4.2 distribusi sampel berdasarkan berat badan didapatkan


jumlah sampel terbanyak yaitu kelompok berat badan berlebih, sebanyak 33 orang
(66%) dari keseluruhan sampel. Diikuti oleh kelompok berat badan normal,
sebanyak 17 orang (34%) dari keseluruhan sampel.

26
4.1.4 Hasil Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah data hasil analisa bivariat
pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas
Titi Papan.

Tabel 4.3 Pengaruh Berat Badan Terhadap Tekanan Darah


Tekanan Darah
Normal Hipertensi Total Nilai p
Berat Normal 9 8 17
Badan Berlebih 6 27 33 0,011
Total 15 35 50

Berdasarkan tabel 4.3 mengenai pengaruh berat badan terhadap tekanan


darah melalui uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh berat badan terhadap
tekanan darah dengan nilai probabilitas (p) = 0,011 dimana jika nilai p < 0,05
maka Ho ditolak atau gagal diterima sedangkan Ha diterima.

4.2 Pembahasan Hasil


4.2.1 Pembahasan Hasil Univariat
Derajat hipertensi yang digunakan pada penelitian ini menurut Joint
Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure-VII
(JNC-VII), klasifikasi hipertensi dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat I (sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg) serta
hipertensi derajat II ( sistolik >160 mmHg dan diastolik >100 mmHg). Dari tabel
4.1 diketahui bahwa dari 50 orang pasien hipertensi di Puskesmas Titi Papan
dijumpai derajat hipertensi terbanyak adalah berjumlah 35 orang atau sekitar
70.0% dari keseluruhan sampel. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Awad et al (2013) di Manado bahwa penderita hipertensi
terbanyak di RSU Prof. Dr. R. Kandou Manado adalah hipertensi derajat II. Hal

27
ini terjadi disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatnya hipertensi antara lain obesitas berhubungan dengan vasodilatasi
arteri ginjal dan peningkatan laju filtrasi glomerulus sebagai kompensasi dalam
mengatasi peningkatan reabsorbsi natrium tubular dan menjaga kesimbangan
natrium, namun jika vasodilatasi di ginjal bersifat kronis maka dapat
meningkatkan tekanan hidrostatik dan stes pada dinding glomerulus. Obesitas
juga terjadi peningkatan lipid dan glukosa yang dapat menyebabkan
glomerulosklerosis dan hilangnya fungsi nefron sehingga dapat menyebabkan
hipertensi.
Pada tabel 4.2 diketahui bahwa dari 50 orang pasien hipertensi di
Puskesmas Titi Papan dijumpai berat badan terbanyak yang menderita hipertensi
adalah kelompok berat badan berlebih sebanyak 33 orang atau sekitar 66% dari
keseluruhan sampel. Hal ini sejalan dengan teori menurut AHA (2015) yang
menyatakan bahwa overweight dan obesitas merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi. Hal ini didukung juga oleh Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
menjadi salah satu faktor risiko hipertensi. IMT dapat digunakan untuk
mengetahui apakah berat badan seseorang telah ideal atau belum. Nilai IMT
diperoleh dari pengkuruan berat badan dalam satuan kilogram dan tinggi badan
dalam satuan meter. IMT dengan nilai antara 25 sampai 30 disebut dengan
overweight. Sedangkan IMT dengan nilai lebih dari 30 disebut dengan obesitas.
Orang dengan berat badan berlebih berisiko besar terhadap berbagai penyakit
degeneratif atau noninfeksi seperti tekanan darah tinggi, penyakit pembuluh darah
otak, kencing manis, jantung koroner, aterosklerosis, gangguan menstruasi,
gangguan kesuburan dan penyakit sendi. Tetapi hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian Hafiz et al (2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan hipertensi yang menunjukkan bahwa pasien yang mengalami hipertensi
lebih banyak terjadi pada orang yang tidak obesitas sebanyak 36 orang
dibandingkan dengan orang obesitas sebanyak 33 orang. Dengan demikian
hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh obesitas melainkan ada beberapa faktor
resiko terjadinya hipertensi antara lain kurangnya aktivitas fisik, merokok,
konsumsi alkohol, stres, usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.

28
4.2.2 Pembahasan Hasil Bivariat
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Titi Papan menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara berat badan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi dengan nilai p = 0,011 dimana jika nilai p <0,05 maka hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa berat badan mempengaruhi tekanan darah penderita
hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian Hafiz et al (2016) terdapat Hubungan
IMT dengan hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I. Selain itu
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Misrini (2018)
Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranomut Kota Manado. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pasien hipertensi di
Puskesmas Titi Papan memiliki gaya hidup yang kurang dalam memperhatikan
asupan gizi sehari-hari, sehingga asupan gizi pada pasien hipertensi di Puskesmas
Titi Papan cenderung berlebih membuat meningkatnya faktor resiko terjadinya
hipertensi yaitu obesitas. Dimana obesitas merupakan faktor resiko yang paling
sering terabaikan sehingga pengaruh obesitas terhadap meningkatnya kejadian
hipertensi tidak dapat dihindari.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat ukur yang sederhana dalam
pemantauan status gizi orang dewasa terkait dengan kelebihan dan kekurangan
berat badan .Menurut Kendall et al (2013) IMT dapat mengambarkan kadar
adipositas atau akumulasi lemak dalam tubuh seseorang. Lemak yang berlebihan
dalam tubuh dapat menyebabkan timbulnya risiko terhadap kesehatan. Salah satu
risiko yang dihadapi adalah obesitas atau kegemukan. Obesitas terjadi karena
salah satu faktornya adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu, aktivitas
fisik seperti olahraga diperlukan dalam menjaga berlangsungnya mekanisme
pembakaran lemak tertimbun dalam tubuh. Penderita obesitas memiliki potensi
untuk mengidap darah tinggi yang disebabkan oleh pembuluh darah vena ataupun
arteri dipenuhi oleh lemak.

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini Pengaruh Berat


Badan Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Titi Papan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Derajat Hipertensi hasil pada penelitian ini diperoleh
mayoritas responden terdiagnosa hipertensi sebanyak 35 orang (70%).
2. Berdasarkan Kelompok Berat Badan pada penelitian ini diperoleh
mayoritas responden memiliki berat badan berlebih sebanyak 33 orang
(66%).
3. Terdapat pengaruh antara berat badan dan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Puskesmas Medan Titi Papan. Dimana nilai p = 0,011

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Instansi Kesehatan terutama Puskesmas Titi Papan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mengurangi angka kejadian
Hipertensi.
5.2.2 Bagi masyarakat disarankan untuk selalu mengontrol tekanan darah dan
tetap menjaga kebiasaan hidup sehat agar terhindar dari penyakit
hipertensi.
5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh berat badan terhadap tekanan darah.

30
DAFTAR PUSTAKA

BIBLIOGRAPHY American Heart Association. 2016. Understanding Blood Pressure


Readings. [Online] Available at:
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBlo
odPressure/Understanding-Blood-Pressure-
Readings_UCM_301764_Article.jsp#.V2CKCdKLRdi[Accessed 9 Mei 2016].
Arif, D., Rusnoto, & Hartinah, D. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Pusling Desa Klumpit UPT
Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Kudus: STIKES Muhammadiyh
Kudus.
Chandra, T. 2014. Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan. Yogyakarta.
Dikutip Dari:
https://www.academia.edu/9020967/pengukuran_tinggi_badan_dan_berat
_badan
Dinsdale H, Ridler C, Ells L. 2011. A simple guide to classifying body mass index
in children. Oxford: National Obesity Observatory.
Go, A.S. et al. 2014. An Effective Approach to High Blood Pressure Control.
Journal of the American College of Cardiology.
http://hyper.ahajournals.org
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. [Online] Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
Kendall, K., & Tao, L. 2013. Sinopsis Organ System Kardiovaskular. Tangerang:
Karishma Publishing Group.
Kenning I, et al. 2014. Health Care Guideline Hypertension Diagnosis and
Treatment. Institute for Clinical Systems Improvement.
https://www.icsi.org/_asset/wjqy4g/HTN.pdf

Mohani, C.I. 2014. Hipertensi Primer In: Sudoyo, A.W. et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.6thed. Jakarta: Interna Publishing.

Nafrialdi. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

31
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2015. Available from:
https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-
Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-
PERKENI-2015.pdf
Ramadhani, AD. 2013. Hubungan Kontrol Tekanan Darah Dengan Indeks Masa
Tubuh Pada Pasien Hipertensi. Jakarta. Dikutip Dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26337/1/
ALMIRA%20DWINA%20RAMADHANI-fkik.pdf
Rahman F. 2017. Analisa Metode Pengukuran Berat Badan Manusia Dengan
Pengolahan Citra. Bandung. Dikutip Dari:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik
RISKESDAS. Penyakit Tidak Menular.2013. Available from :
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
Sastroasmoro, Sudigdo. 2015. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Alih bahasa: Brahm
U. Pedit. Jakarta: EGC.
Supariasa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Williams, G.H. 2014. Penyakit Vaskular Hipertensi. In: Isselbacher K.J. et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 13th ed. Jakarta: EGC
World Health Organization. 2013. measure your blood pressure, reduce your risk.
[Online] Available at:
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day_20
130403/en/.

32
Yogiantoro M, 2014, Pendekatan Klinis Hipertensi: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi Keenam Jilid II, Interna Publishing, Jakarta.

33
LAMPIRAN 1

Checklist Form Pengaruh Berat Badan Terhadap Tekanan Darah Pada


Pasien Hipertensi di Puskesmas Titi Papan Bulan Desember 2019 – Januari
2020

Nama Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tekanan Darah

H 32 52
Laki-laki 120/70
S 44 56
Perempuan 115/80
J 56 87
Laki-laki 160/90
P 44 76
Laki-laki 200/130
S 44 52
Perempuan 170/120
B 57 56
Laki-laki 180/120
I 48 68
Laki-laki 160/80
S 57 100
Laki-laki 140/100
R 19 43
Perempuan 115/70
P 39 52
Perempuan 140/90
D 57 68
Laki-laki 160/90
D 46 59
Perempuan 160/100
N 57 72
Perempuan 200/100
R 52 78
Perempuan 160/90
A 48 55
Perempuan 110/70
S 50 77
Perempuan 150/110
M 55 55
Perempuan 140/90
N 54 67
Perempuan 160/90
M 58 90
Perempuan 160/90
S 52 58
Perempuan 140/90
T 34 45
Perempuan 120/70
N 43 82
Perempuan 140/100
N 50 60
Perempuan 180/100
B 38 51
Perempuan 120/70
R 50 74
Perempuan 150/100

34
S 59 69
Laki-laki 140/100
T 58 62
Laki-laki 140/100
S 25 53
Perempuan 110/80
A 24 51
Laki-laki 120/80
P 37 53
Perempuan 100/80
N 54 69
Perempuan 150/90
M 59 73
Laki-laki 150/100
A 50 54
Perempuan 140/100
S 58 53
Laki-laki 160/80
F 53 65
Perempuan 160/90
S 48 54
Perempuan 150/100
P 53 72
Laki-laki 150/100
S 39 54
Perempuan 110/80
P 67 65
Laki-laki 160/100
A 41 67
Perempuan 140/100
H 62 90
Perempuan 160/80
D 65 60
Laki-laki 170/70
A 66 54
Perempuan 140/90
Y 69 75
Perempuan 150/80
S 63 68
Perempuan 140/10
E 61 69
Laki-laki 160/90
P 62 65
Laki-laki 160/90
B 78 57
Laki-laki 160/90
A 70 63
Laki-laki 170/110
K 61 70
Perempuan 140/110

LAMPIRAN 2

35
OUTPUT SPSS DISTRIBUSI FREKUENSI PENELITIAN

Statistics

berat badan tekanan darah

N Valid 50 50

Missing 0 0
Mean 1,66 1,70
Std. Error of Mean ,068 ,065
Median 2,00 2,00
Mode 2 2
Std. Deviation ,479 ,463
Variance ,229 ,214
Range 1 1
Percentiles 25 1,00 1,00

50 2,00 2,00

75 2,00 2,00

Frequency Table

berat badan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 17 34,0 34,0 34,0

berlebih 33 66,0 66,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

tekanan darah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 15 30,0 30,0 30,0

hipertensi 35 70,0 70,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


Crosstabs

36
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

berat badan * tekanan darah 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

berat badan * tekanan darah Crosstabulation


Count

tekanan darah

normal hipertensi Total

berat badan normal 9 8 17


berlebih 6 27 33
Total 15 35 50

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,455a 1 ,011


b
Continuity Correction 4,906 1 ,027
Likelihood Ratio 6,285 1 ,012
Fisher's Exact Test ,021 ,014
Linear-by-Linear Association 6,326 1 ,012
N of Valid Cases 50

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,10.
b. Computed only for a 2x2 table

LAMPIRAN 3

37
38

Anda mungkin juga menyukai