PENDAHULUAN
1
sebesar 0,7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7 %)
(Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013
yang merujuk hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 di Sumatera Utara, prevalensi
hipertensi berdasarkan pengukuran pada umur ≥ 18 tahun di provinsi Sumatera
Utara yaitu sebesar 24,7% (Riskesdas, 2013).
Obesitas adalah istilah untuk menyatakan lemak tubuh yang dapat
membahayakan kesehatan sedangkan overweight menggambarkan kelebihan
dibandingkan berat badan normal. Orang dengan obesitas lebih berisiko besar
terhadap berbagai penyakit degeneratif atau noninfeksi seperti tekanan darah
tinggi, penyakit pembuluh darah otak, kencing manis, jantung koroner,
aterosklerosis, gangguan menstruasi, gangguan kesuburan dan penyakit sendi.
Indeks massa tubuh yang merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan (Supariasa, 2012).
Berdasarkan hasil data Riskesdas 2013 diketahui bahwa di Indonesia
terdapat 15 propinsi memiliki prevalensi obesitas diatas angka prevalensi
nasional, dan salah satunya adalah Propinsi Jawa Tengah. Di Propinsi Jawa
Tengah prevalensi obesitas berdasarkan IMT pada penduduk usia 13-15 tahun
sebesar 2,8% lebih tinggi dibandingkan prevalensi obesitas tingkat nasional yang
hanya sebesar 2.5% (Riskesdas, 2013).
Hipertensi termasuk 10 daftar penyakit terbesar di wilayah kerja
Puskesmas Titi Papan Kecamatan, Medan Utara pada tahun 2019. Oleh karena itu
berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
berat badan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Titi
Papan tahun 2020.
2
1.3 Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.
Ha : Ada pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di UPT Puskesmas Titi Papan.
3
2. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan adalah sebagai bahan
referensi dan dapat digunakan sebagai data dan informasi untuk peneliti
selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar bisa dijadikan refrensi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti tentang pengaruh berat badan dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi dan menambah pengalaman dalam
melakukanpenelitian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontraktilitas Volume
miokard darah
5
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistance).
Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup (strokevolume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik
vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer
ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh
darah dan viskositas darah. Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem renin-angiotensin-
aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah (Nafrialdi, 2012).
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan
tekanan darah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat
kontraktilitas miokard, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem
parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah karena
menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif berdasarkan
efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan aldosteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume
darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang
saling memperkuat efek masing-masing (Nafrialdi, 2012).
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat / tenang. Hipertensi mengenai lebih dari 20%
populasi dan merupakan faktor risiko untuk banyak penyakit kardiovaskular.
Kelainan ini didefinisikan sebagai keadaan dengan tekanan sistolik yang terus-
menerus ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik yang ≥90 mmHg. Untuk setiap
peningkatan sistolik sebesar 20 mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg dapat
terjadi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dua kali lipat. Ras keturunan
Afrika lebih berisiko daripada ras Kaukasia dan ras Kaukasia lebih berisiko dari
6
ras Asian, obesitas, diabetes, usia lanjut, penggunaan pil Keluarga Berencana,
riwayat keluarga, konsumsi alkohol yang berlebihan dan merokok (Kendall &
Tao, 2013).
2.2.2 Etiologi
Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan penyebabnya, yaitu
hipertensi essensial dan hipertensi sekunder:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 90 %
kasus. Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh beragam kausa tak diketahui dan
bukan suatu entinitas tunggal. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti usia, jenis kelamin dan kencenderungan genetik yang kuat untuk
mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh
faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti stress, alkohol, merokok,
obesitas dan kebiasaan makan seperti asupan garam berlebihan serta diet
yang kurang mengandung buah, sayuran dan produk susu (Sherwood,
2015).
7
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 10% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma,
koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-
lain (Kenning, 2014).
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint Commite on Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure-VII(JNC-VII), klasifikasi hipertensi dibagi
menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan hipertensi
derajat II. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi untuk
mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke
klasifikasi hipertensi. Hipertensi derajat I dan hipertensi derajat II adalah kategori
yang harus diberikan terapi obat (Riskesdas, 2013).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII
Klasifikasi Tekanan TekananDarah Tekanan Darah
Darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi Derajat I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi Derajat II >160 mmHg >100 mmHg
8
perifer apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokonstriksi. Bila asupan NaCl
meningkat, maka ginjal akan merespon agar ekskresi garam keluar bersama urine
ini juga meningkat. Tetapi bila upaya mengeskresikan NaCl melebihi ambang
kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intravascular meningkat. Pada gilirannya cardiac output atau curah jantung juga
akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga
tekanan darah meningkat (Yogiantoro, 2014).
2. Peran Kendali Saraf Autonom
Aktivitas berlebihan dari sistem saraf simpatis mempunyai peranan
penting pada awal terjadinya hipertensi primer. Pada awalnya terjadi peningkatan
denyut jantung, curah jantung, kadar norepinefrin plasma dan urin, berlebihnya
norepinefrin ditingkat regional, rangsangan saraf simpatis post ganglion dan
reseptor α-adrenergik menyebabkan vasokonstriksi disirkulasi perifer (Mohani,
2014).
3. Peran Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem renin angiotensin aldosteron
akan dipicu. Renin akan disekresikan, lalu angiotensin I, angiotensin II dan
seterusnya sampai tekanan darah menibgkat kembali. Adapun proses
pembentukan renin dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang dibuat oleh
hati, selanjutnya angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh renin
yang dihasilkan oleh macula densa apparatus juxtaglomerular ginjal. Lalu
angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II oleh enzim ACE (angiotensin
converting enzyme). Akhirnya angiotensin II ini akan bekerja pada reseptor-
reseptor yang terkait tugasnya dalam fisiologis autoregulasi tekanan darah
(Yogiantoro, 2014).
4. Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah
Hipertensi adalah The continuum cardiovascular disease, penyakit yang
berlanjut terus menerus sepanjang umur. Hipertensi dimulai dengan disfungsi
endotel, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular, vaskular biologi berubah
9
karena mengalami kerusakan berupa lesi vaskular dan remodelling, lalu berakhir
dengan kerusakan organ target (Yogiantoro, 2014).
10
4. Jenis kelamin
Hingga usia 45 tahun, pria lebih berisiko mengalami hipertensi. Pada usia
45 tahun sampai 64 tahun, baik pria maupun wanita memiliki tingkat
risiko yang sama. Tetapi pada usia di atas itu, wanita lebih berisiko
mengalami hipertensi.
5. Kurangnya aktivitas fisik
Biasanya seseorang yang tinggal di kota besar cenderung memiliki
kegiatan fisik yang kurang. Bekerja di kantor, duduk terus menerus dan
kurangnya aktivitas olahraga akan berisiko meningkatkan penyempitan
atau penyumbatan di pembuluh darah dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
6. Pola makan
Makanan tinggi kalori, lemak dan gula menjadi risiko untuk terjadinya
hipertensi. Selain itu, konsumsi garam dalam jumlah yang banyak dapat
menahan cairan dalam tubuh sehingga meningkatkan tekanan darah.
7. Konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah.
Trigliserida adalah kolesterol jahat yang berpotensi menyebabkan tekanan
darah meningkat.
8. Stres
Berada disituasi yang penuh tekanan dapat meningkatkan tekanan darah.
Tetapi para peneliti mengatakan bahwa stres tidak terbukti sebagai
penyebab hipertensi.
9. Merokok
Selain dapat meningkatkan tekanan darah, merokok juga dapat
menyebabkan aterosklerosis.
2.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi
Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak mempunyai gejala spesifik
yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi pada
pemeriksaan fisik. Jika gejala membuat pasien ke dokter, dapat digolongkan
menjadi tiga kategori. Pasien dihubungkan dengan kenaikan tekanan darah itu
11
sendiri, penyakit vaskular hipertensif dan penyakit yang mendasari pada kasus
hipertensi sekunder. Meskipun dengan popular dianggap gejala kenaikan tekanan
darah, sakit kepala hanya karakteristik untuk hipertensi berat, paling sering
terletak pada daerah oksipital, terjadi ketika pasien bangun pada pagi hari, dan
berkurang secara spontan setelah beberapa jam. Keluhan lain yang mungkin
berhubungan adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, epistaksis dan impotensi
(Williams, 2014).
1. Anamnesis
Evaluasi pasien hipertensi bertujuan untuk menilai pola hidup dan
mengidentifikasi faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan,
mencari penyebab kenaikan tekanan darah dan menentukan ada tidaknya
kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular. Anamnesis pada pasien
hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder, seperti adanya penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih hematuri, pemakaian obat-obatan tertentu
c. Faktor faktor resiko yang mempengaruhi tekanan darah, seperti
riwayat hipertensi atau penyakit kardiovakular pasien dan keluarga
pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, pola makan, obesitas dan stress.
d. Gejala kerusakan organ, seperti sakit kepala, vertigo, gangguan
penglihatan, palpitasi, nyeri dada, sesak, edema pretibial, tidur dengan
bantal tinggi, poliuria, nokturia, hematuria, ekstremitas dingin,
klaudikasio intermitten.
e. Pengobatan anti-hipertensi sebelumnya.
f. Faktor pribadi, keluarga dan lingkungan (Mohani, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis hipertensi dapat dilakukan cukup akurat dengan pemeriksaan
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer, suatu manset yang dapat
dikembungkan dan dipasang secara eksternal ke pengukur tekanan. Pengukuran
12
tekanan darah dilakukan pada penderita dalam keadaan nyaman, relaks dan tidak
tertutup atau tertekan pakaian. Ketika manset dilingkarkan di sekitar lengan atas
dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis. Teknik ini melibatkan penyeimbangan antara tekanan
di manset dan tekanan di arteri. Selama penentuan tekanan darah, stetoskop
diletakkan di atas arteri brakialis disisi dalam siku tepat di bawah manset. Aliran
darah turbulen menciptakan getaran yang dapat terdengar. Bunyi yang terdengar
ketika memeriksa tekanan darah dikenal sebagai bunyi korotkoff. Bunyi pertama
dapat didengar menunjukkan tekanan sistolik, bunyi terakhir terdengar pada
tekanan diastolik minimal (Sherwood, 2015).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibagi menjadi pemeriksaan yang sebaiknya
dilakukan pada semua pasien dengan hipertensi yang menetap (pemeriksaan
dasar) dan pemeriksaan yang sebaiknya ditambahkan jika dari pemeriksaan awal
diduga ada bentuk hipertensi sekunder dan/atau tekanan arteri tidak terkendali
setelah terapi awal.
Pemeriksaan status ginjal dievaluasi dengan menilai adanya protein, darah,
glukosa urin, mengukur kreatinin serum dan/atau nitrogen urea darah (BUN,
blood urea nitrogen). Kimia darah lainnya juga mungkin berguna, terutama
seringkali dapat diminta sebagai serangkaian tes automatis dengan biaya yang
minimal pada pasien. Contohnya, penentuan glukosa darah membantu karena
diabetes melitus mungkin disertai dengan aterosklerosis, penyakit vaskular renal
dan nefropati diabetik pada pasien dengan hipertensi. Kolesterol serum, kolesterol
HDL dan trigliserida juga dapat diukur untuk mengidentifikasi faktor lain yang
mempercepat timbulnya aterosklerosis. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
pada semua kasus sebagai penilaian keadaan jantung (Williams, 2012).
13
parameter dalam satuan kilogram (kg) yang digunakan untuk pengukuran tubuh.
Melalui berat badan dapat diketahui berbagai informasi untuk menganalisa
kondisi tubuh seseorang seperti Body Surface Area (BSA) dan Body Mass Index
(BMI) (Rahman et al, 2017).
Nilai Indeks Masa Tubuh (IMT) diperoleh dari pengkuruan berat badan
(BB) dalam satuan kilogram dan tinggi badan (TB) dalam satuan
meter.Selanjutnya hasil pengukuran dihitung berdasarkan rumus IMT.
IMT = BB (kilogram)
TB2(meter)
IMT dapat digunakan untuk mengetahui apakah berat badan seseorang
telah ideal atau belum. Untuk mengetahuinya, dapat digunakan tabel di bawah ini:
Tabel 2.2Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (Perkeni, 2015)
Hasil IMT Kategori
< 18,5 Berat Badan Kurang
18,5 – 22,9 Berat Badan Normal
≥23,0 Berat Badan Berlebih
23,0 -24,9 Berat Badandengan Resiko
25,0 – 29,9 Obesitas I
≥30,0 Obesitas II
14
2.3.1 Faktor yang Mmempengaruhi Berat Badan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan, antara lain:
1. Pola makan
Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak
serta rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas.
Masyarakatdi perkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsum
si makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui
bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan di
dalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak.
Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh,
terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang
dimakan melebihi kebutuhab tubuh. Bayi yang terlalu gemuk pada usia enam
minggu pertama menunjukkan bahwa 80% dari anak-anak yang kegemukan akan
tumbuh menjadi anak dewasa yang kegemukan juga
2. Kekurangan aktivitas dan kemudahan hidup
Kegemukan dapat terjadi bukan hanya kerena makanan berlebih, tetapi
juga karena aktivitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi.
Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik, serta
kemauan teknologi di berbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk
menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat
3. Faktor psikologis dan genetik
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang
mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan
psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak
menguntungkan. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya ke
generasi berikutnya dalam sebuah keluarga.
4. Faktor Hormonal
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makanan terletak pada
suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung banyak
pembuluh darah dari daerah lain di otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi
oleh unsir kimiawi darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi
15
penyerapan makanan yaitu hipolamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu
makan (awal atau pusat makanan), hipotalamus ventro-edial (HVM) yang
bertugas menggerakkan nafsu makan (pemberi pusat kenyang). Pada penggunaan
progesteron yang lama (jangka panjang) menyebabkan pertambahan berat badan
akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi nafsu makan.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi
gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk
adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut cenderung
untuk menjadi gemuk (Chandra et all, 2014).
2.3.2 Pengukuran Berat Badan
a. Timbangan Injak
Timbangan injak biasanya digunakan utuk mengetahui berat badan
pada orang normal remaja dan dewasa.
b. Timbangan dengan Pengukur Tinggi Badan
Timbangan dengan pengukur tinggi badan Contoh timbangan yang
lengkap dengan pengukur tinggi badan sebagai berikut (Chandra et al,
2014).
16
Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur timbangan, alat ukur
ini digunakan baik untuk mengukur berat badan orang dewasa dan anak yang
sudah bisa berdiri. Langkah pertama adalah penyiapan alat ukur, yaitu:
1. Meletakan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras. Jika berada di
atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau permadani, maka pasang
kaki tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya pegas
dari alas yang tebal.
2. Pastikan alat timbang menunjukkan angka 00.00 sebelum
melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.
Jika alat timbang tidak menunjukkan angka 00.00, periksa apakah ada
baterai pada alat timbang tersebut, periksa apakah posisi positif dan negatif
baterai sudah sesuai, ganti baterai baru
3. Pastikan saat menimbang tidak menggunakan pakaian tebal agar
mendapatkan berat badan seakurat mungkin.
4. Ketika jarum timbangan sudah menunjukkan angka 00.00 lalu berdiri di
tengah-tengah alat timbang.
5. Pastikan posisi badan dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke
arah depan, kaki tidak menekuk.
6. Setelah berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan (Chandra et al, 2014).
17
Sistem renin angiotensin aldosteron sangat berperan dalam hipertensi pada
obesitas dalam mengatur volume cairan dan tonus pembuluh darah. Penurunan
berat badan 5% dapat menurunkan angiotensin plasma, renin, aldosteron dan
aktivitas ACE serta angiotensin dalam jaringan adiposa. Pada obesitas jaringan
adiposa meningkat sehingga jika hal ini terus menerus dapat meningkatkan SRAA
sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium ginjal. Resistensi insulin
berhubungan langsung dengan tingkat keparahan hipertensi, hal ini melibatkan
retensi natrium ginjal, aktivitas yang berlebih dari sistem saraf simpatis dan
proliferasi pembuluh darah. Obesitas juga berhubungan dengan vasodilatasi arteri
ginjal dan peningkatan laju filtrasi glomerulus sebagai kompensasi dalam
mengatasi peningkatan reabsorbsi natrium tubular dan menjaga kesimbangan
natrium, namun jika vasodilatasi di ginjal bersifat kronis maka dapat
meningkatkan tekanan hidrostatik dan stes pada dinding glomerulus. Pada obesita
terjadi peningkatan lipid dan glukosa yang dapat menyebabkan
glomerulosklerosis dan hilangnya fungsi nefron sehingga dapat menyebabkan
hipertensi (Ramadhani, 2013)
Faktor resiko
Hipertensi
Tekanan Darah
Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian
18
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
19
BAB III
METODE PENELITIAN
20
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah subset (bagian) populasi yang diteliti (Sastroasmoro, 2015).
Sampel pada penelitian ini pasien hipertensi yang berobat di UPT Puskesmas Titi
Papan dan memenuhi kriteria inklusi.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah krakteristik umum subyek penelitian pada populasi
(Sastroasmoro, 2015). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien hipertensi yang datang berobat ke Puskesmas Titi Papan pada
bulan Desember 2019 – Januari tahun 2020.
b. Pasien yang terdiagnosa dengan hipertensi.
c. Pasien yang memiliki rekam medik yang lengkap, meliputi: nama,
umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan serta hasil antropometri.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi
namun harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab (Sastroasmoro,
2015). Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:
a. Pasien adalah seorang ibu hamil.
b. Pasien adalah seorang olahragawan.
c. Pasien yang tidak memiliki rekam medis yang lengkap (identitas
pasien dan hasil antropometri), rusak atau tidak terbaca.
21
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang apabila ia berubah akan
mengakibatkan perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro, 2015). Variabel
independen (bebas) dalam penelitian ini adalah berat badan pasien hipertensi di
UPT Puskesmas Titi Papan.
3.5.2Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah variabel yang berubah akibat perubahan
variabel independen (Sastroasmoro, 2015). Variabel dependen (terikat) dalam
penelitian ini adalah tekanan darah pada pasien dengan hipertensi di UPT
Puskesmas Titi Papan.
22
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam sebuah
penelitian (Notoadmojo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini adalah timbangan
badan analog,Sphygmomanometer, stetoskop, anamnesa, pemeriksaan tekanan
darah dan rekam medis yang didapat dari Puskesmas Titi Papan pada Desember
2019 – Januari tahun 2020.
23
menggunakan ujichi square pada tingkat signifikan p > 0,05 maka Ho diterima.
Bila p < 0,05 maka Ho ditolak.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
4.1.3 Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian. Pada
analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap
variabel yang berhubungan dengan pengaruh berat badan terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi di Puskesmas Titi Papan.
26
4.1.4 Hasil Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah data hasil analisa bivariat
pengaruh berat badan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas
Titi Papan.
27
ini terjadi disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatnya hipertensi antara lain obesitas berhubungan dengan vasodilatasi
arteri ginjal dan peningkatan laju filtrasi glomerulus sebagai kompensasi dalam
mengatasi peningkatan reabsorbsi natrium tubular dan menjaga kesimbangan
natrium, namun jika vasodilatasi di ginjal bersifat kronis maka dapat
meningkatkan tekanan hidrostatik dan stes pada dinding glomerulus. Obesitas
juga terjadi peningkatan lipid dan glukosa yang dapat menyebabkan
glomerulosklerosis dan hilangnya fungsi nefron sehingga dapat menyebabkan
hipertensi.
Pada tabel 4.2 diketahui bahwa dari 50 orang pasien hipertensi di
Puskesmas Titi Papan dijumpai berat badan terbanyak yang menderita hipertensi
adalah kelompok berat badan berlebih sebanyak 33 orang atau sekitar 66% dari
keseluruhan sampel. Hal ini sejalan dengan teori menurut AHA (2015) yang
menyatakan bahwa overweight dan obesitas merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi. Hal ini didukung juga oleh Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
menjadi salah satu faktor risiko hipertensi. IMT dapat digunakan untuk
mengetahui apakah berat badan seseorang telah ideal atau belum. Nilai IMT
diperoleh dari pengkuruan berat badan dalam satuan kilogram dan tinggi badan
dalam satuan meter. IMT dengan nilai antara 25 sampai 30 disebut dengan
overweight. Sedangkan IMT dengan nilai lebih dari 30 disebut dengan obesitas.
Orang dengan berat badan berlebih berisiko besar terhadap berbagai penyakit
degeneratif atau noninfeksi seperti tekanan darah tinggi, penyakit pembuluh darah
otak, kencing manis, jantung koroner, aterosklerosis, gangguan menstruasi,
gangguan kesuburan dan penyakit sendi. Tetapi hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian Hafiz et al (2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan hipertensi yang menunjukkan bahwa pasien yang mengalami hipertensi
lebih banyak terjadi pada orang yang tidak obesitas sebanyak 36 orang
dibandingkan dengan orang obesitas sebanyak 33 orang. Dengan demikian
hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh obesitas melainkan ada beberapa faktor
resiko terjadinya hipertensi antara lain kurangnya aktivitas fisik, merokok,
konsumsi alkohol, stres, usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
28
4.2.2 Pembahasan Hasil Bivariat
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Titi Papan menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara berat badan terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi dengan nilai p = 0,011 dimana jika nilai p <0,05 maka hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa berat badan mempengaruhi tekanan darah penderita
hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian Hafiz et al (2016) terdapat Hubungan
IMT dengan hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I. Selain itu
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Misrini (2018)
Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranomut Kota Manado. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pasien hipertensi di
Puskesmas Titi Papan memiliki gaya hidup yang kurang dalam memperhatikan
asupan gizi sehari-hari, sehingga asupan gizi pada pasien hipertensi di Puskesmas
Titi Papan cenderung berlebih membuat meningkatnya faktor resiko terjadinya
hipertensi yaitu obesitas. Dimana obesitas merupakan faktor resiko yang paling
sering terabaikan sehingga pengaruh obesitas terhadap meningkatnya kejadian
hipertensi tidak dapat dihindari.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat ukur yang sederhana dalam
pemantauan status gizi orang dewasa terkait dengan kelebihan dan kekurangan
berat badan .Menurut Kendall et al (2013) IMT dapat mengambarkan kadar
adipositas atau akumulasi lemak dalam tubuh seseorang. Lemak yang berlebihan
dalam tubuh dapat menyebabkan timbulnya risiko terhadap kesehatan. Salah satu
risiko yang dihadapi adalah obesitas atau kegemukan. Obesitas terjadi karena
salah satu faktornya adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu, aktivitas
fisik seperti olahraga diperlukan dalam menjaga berlangsungnya mekanisme
pembakaran lemak tertimbun dalam tubuh. Penderita obesitas memiliki potensi
untuk mengidap darah tinggi yang disebabkan oleh pembuluh darah vena ataupun
arteri dipenuhi oleh lemak.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Instansi Kesehatan terutama Puskesmas Titi Papan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mengurangi angka kejadian
Hipertensi.
5.2.2 Bagi masyarakat disarankan untuk selalu mengontrol tekanan darah dan
tetap menjaga kebiasaan hidup sehat agar terhindar dari penyakit
hipertensi.
5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh berat badan terhadap tekanan darah.
30
DAFTAR PUSTAKA
Mohani, C.I. 2014. Hipertensi Primer In: Sudoyo, A.W. et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.6thed. Jakarta: Interna Publishing.
31
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2015. Available from:
https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-
Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-
PERKENI-2015.pdf
Ramadhani, AD. 2013. Hubungan Kontrol Tekanan Darah Dengan Indeks Masa
Tubuh Pada Pasien Hipertensi. Jakarta. Dikutip Dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26337/1/
ALMIRA%20DWINA%20RAMADHANI-fkik.pdf
Rahman F. 2017. Analisa Metode Pengukuran Berat Badan Manusia Dengan
Pengolahan Citra. Bandung. Dikutip Dari:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik
RISKESDAS. Penyakit Tidak Menular.2013. Available from :
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
Sastroasmoro, Sudigdo. 2015. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Alih bahasa: Brahm
U. Pedit. Jakarta: EGC.
Supariasa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Williams, G.H. 2014. Penyakit Vaskular Hipertensi. In: Isselbacher K.J. et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 13th ed. Jakarta: EGC
World Health Organization. 2013. measure your blood pressure, reduce your risk.
[Online] Available at:
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day_20
130403/en/.
32
Yogiantoro M, 2014, Pendekatan Klinis Hipertensi: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi Keenam Jilid II, Interna Publishing, Jakarta.
33
LAMPIRAN 1
H 32 52
Laki-laki 120/70
S 44 56
Perempuan 115/80
J 56 87
Laki-laki 160/90
P 44 76
Laki-laki 200/130
S 44 52
Perempuan 170/120
B 57 56
Laki-laki 180/120
I 48 68
Laki-laki 160/80
S 57 100
Laki-laki 140/100
R 19 43
Perempuan 115/70
P 39 52
Perempuan 140/90
D 57 68
Laki-laki 160/90
D 46 59
Perempuan 160/100
N 57 72
Perempuan 200/100
R 52 78
Perempuan 160/90
A 48 55
Perempuan 110/70
S 50 77
Perempuan 150/110
M 55 55
Perempuan 140/90
N 54 67
Perempuan 160/90
M 58 90
Perempuan 160/90
S 52 58
Perempuan 140/90
T 34 45
Perempuan 120/70
N 43 82
Perempuan 140/100
N 50 60
Perempuan 180/100
B 38 51
Perempuan 120/70
R 50 74
Perempuan 150/100
34
S 59 69
Laki-laki 140/100
T 58 62
Laki-laki 140/100
S 25 53
Perempuan 110/80
A 24 51
Laki-laki 120/80
P 37 53
Perempuan 100/80
N 54 69
Perempuan 150/90
M 59 73
Laki-laki 150/100
A 50 54
Perempuan 140/100
S 58 53
Laki-laki 160/80
F 53 65
Perempuan 160/90
S 48 54
Perempuan 150/100
P 53 72
Laki-laki 150/100
S 39 54
Perempuan 110/80
P 67 65
Laki-laki 160/100
A 41 67
Perempuan 140/100
H 62 90
Perempuan 160/80
D 65 60
Laki-laki 170/70
A 66 54
Perempuan 140/90
Y 69 75
Perempuan 150/80
S 63 68
Perempuan 140/10
E 61 69
Laki-laki 160/90
P 62 65
Laki-laki 160/90
B 78 57
Laki-laki 160/90
A 70 63
Laki-laki 170/110
K 61 70
Perempuan 140/110
LAMPIRAN 2
35
OUTPUT SPSS DISTRIBUSI FREKUENSI PENELITIAN
Statistics
N Valid 50 50
Missing 0 0
Mean 1,66 1,70
Std. Error of Mean ,068 ,065
Median 2,00 2,00
Mode 2 2
Std. Deviation ,479 ,463
Variance ,229 ,214
Range 1 1
Percentiles 25 1,00 1,00
50 2,00 2,00
75 2,00 2,00
Frequency Table
berat badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 17 34,0 34,0 34,0
tekanan darah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
36
Case Processing Summary
Cases
tekanan darah
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,10.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 3
37
38