Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA

REMAJA

Disusun Oleh :
Vani Monica 88190014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ARS BANDUNG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri di sebut sebagai tekanan darah. Tekanan
puncak terjadi pada saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan
darah terendah yang terjadi saat jantung beristirahat disebut sebagai tekanan diastolik.
Tekanan darah dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai normal,
orang tersebut menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sebaliknya,jika kurang dari
nilai normal, orang tersebut dikatakan menderita tekanan darah rendah atau hipotensi.
Prehipertensi dan hipertensi diperkirakan meningkat secara nyata pada anak-anak dan
remaja sebesar 2,3% dan 1%. Tekanan darah tinggi tidak hanya menyerang di usia tua
saja, tetapi remaja juga bisa mengalaminya (Farabi et al., 2017). Menurut hasil riskesdas
2018, penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi di indonesia saat ini mencapai
34,1%, meningkat sebesar 8,3% dari hasil riskesdas 2013 (kementrian kesehatan RI,
2018).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri. Secara umum,
hipertensi merupakan penyakit tanpa gejala, dan tekanan tinggi yang tidak normal pada
arteri menyebabkan peningkatan risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung, dan kerusakan ginjal (Kemenkes, 2016). Ada dua faktor penyebab hipertensi.
Salah satunya yaitu faktor yang dapat diubah dan yang kedua yaitu faktor bawaan
(setyanda skk.,2015). Faktor yang tidak dapat di ubah yaitu usia, jenis kelamin, dan ras
atau keturunan sedangkan faktor yang dapat di ubah yaitu gaya hidup seperti
mengonsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kurang olahraga, diet yang tidak sehat, dan
konsumsi garam yang berlebih (setyanda dkk., 2015).

Merokok masih menjadi masalah di indonesia. Menurut Kementrian Kesehatan RI, angka
merokok di indonesia pada tahun 2013 sebesar 24,3% (pusat data dan informasi
kementrian kesehatan RI,2014). Menurut (yosadi dkk., 2015) Kebiasaan merokok pada
setiap individu akan meningkat sesuai kondisi serta perkembangan individu itu sendiri.
Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya frekuensi serta intensitas merokok.
Nikotin yaitu sejenis alkoloid yang menimbulkan efek kecanduan baik pada perokok aktif
atau perokok pasif karena bersifat stimulan (Mukuan, 2012 dalam yosadi dkk., 2015).
Usia perokok remaja terus meningkat dengan usia yang sangat belia. Sebanyak 20%
mulai merokok saat duduk di kelas 6 SD, 60% saat SMP kelas 1 dan masing-masing 10%
saat berada di kelas 2 dan 3. Semua itu bermula dari coba-coba sampai akhirnya
ketagihan, (Yunus and Malinti, 2019).

Secara psikologi, saat saat remaja berada pada tahapan dimana mereka mulai mencari
identitas, sehingga remaja sering terjebak dalam arus coba-coba. Selain itu, remaja
cenderung meniru dan mengikuti perilaku orang dewasa, salah satunya merokok. Selain
hanya ingin coba-coba merokok, rasa keingintahuan remaja yang sangat besar juga dapat
mendorong mereka ke hal yang lebih buruk seperti penyalahgunaan narkoba
(Gultom,2017). Jumlah perokok dikalangan remaja sangat menghawatirkan, karena
kurannya pengetahuan siswa tentang bahaya nya merokok dan faktor seriko yang dapat
muncul karena merokok. Merokok merupakan masalah yang sangat sulit diselesaikan.
Banyak sekali faktor resiko yang muncul karena kebiassan merokok salah satunya yaitu
hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Sehubungan dengan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
antara hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah


Begitu banyak efek negatif yang timbul karena kebiasaan merokok, salah satunya yaitu,
peningkatan tekanan darah. Kandungan pada rokok yang mengakibatkan tekanan darah
tinggi antara lain ; nikotin, tar dan karbon monoksida. (angraini,2016). Seseorang yang
sering merokok dalam waktu yang lama, memiliki resiko tinggi hipertensi. Hal ini terjadi
karena dari gas CO atau carbon monoksida yang dihasilkan dari asap yang terhirup yang
akan mengakibatkan pembuluh darah mengalami kondisi kurang elastis, sehingga
tekanan darah meningkat dan kondisi tersebut diperparah oleh efek nikotin yang
membuat pembuluh darah mengalami vasokonstriksi yang akan membuat kerja jantung
semakin berat dan tekanan darah meningkat, (Setyanda,Sulastri and Lestari, 2015).
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengidentifikasi hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada
remaja. Penelitian dilakukan dengan memfokuskan pada remaja yang mempunyai
kebiasaan merokok. Adapun ruusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada
hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada remaja”

1.3. Pernyataan Penelitian


a. Bagaiana karakteristik kebiasaan merokok pada remaja (lama merokok, jumlah
rokok yang di konsumsi)
b. Apakah ada hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada remaja
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan kebiasaan merokok
dengan kepatuhan minum obat hipertensi
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tekanan darah pada remaja
b. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada remaja
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat aplikatif
Setelah diperolehnya hasil dari apakah ada hubungan kebiasaan merokok dengan
tekanan darah pada remaja, diharapkan menjadi data dasar dalam program
mengurangi frekuensi kebiasaan merokok pada remaja.
1.5.2. Manfaat Keilmuan
a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai Evidence Based Practice dalam
praktik keperawatan medikal bedah dan memperkuat dukungan terhadap
pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah.
1.5.3. Metodologis
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, hasil penelitan ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan sebagai dasar untuk pengembangan dalam penelitian lebih
lanjut yang berbentuk kualitatif dengan eksperimen.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Tekanan Darah


2.1.1 Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan yang didapatkan pada saat darah mengeluarkan
tenaga untuk melawan dinding pembuluh darah arteri. Ada dua jenis tekanan
darah,yang pertama tekanan sistolik dan yang kedua tekanan diastolik. Sistolik
yaitu tekanan yang dihasilakn saat ventrikel jantung berkontraksi,sedangkan
diastolik yaitu tekanan yang dihasilkan saat jantung dalam kondisi relaksasi.
Untuk dapat mengetahuai tekanan darah atau mengukur tekanan darah dapat
dilakukan dengan menggunakan tensimeter dan spigmomanometer dengan satuan
milimeter air raksa (mmHg) (prasetyaanigrum,2014).
Tekanan darah normalnya memiliki nilai sistolik kurang dari 120 mmHg dan nilai
diastolik kurang dari 80 mmHg (American Heart Association). Seseorang dapat
dikatakan mengalami Hipertensi pada saat peningkatakan tekanan darah arteri
dalam keadaan Ketika jantung sedang berkontraksi atau sistolik naik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik naik diatas 90 mmHg (menurut
WHO,2013). Hipertensi adalah salah satu masalah Kesehatan yang saat ini
menjadi momok penyebab kematian nomer satu di dunia.
2.1.2 Klasifikasi
Menurut WHO tekanan darah diklasifikasikan dengan berdasarkan tingginya.
a. Normal
Normal tekanan darah yaitu kurang atau sama dengan 120/80 mmHg
b. Prahipertensi
Prahipertensi pada tekanandarah dapat mencapai angka di atas 120/80
mmHg hingga 139/89 mmHg. Kondisi tersebut memiliki resiko yang lebih
tinggi terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler
c. Hipertensi
Jika angka tekanan darah diatas 140/90 mmHg maka dapat disimpulkan
bahwa keadaan tersebut adalah hipertensi.
d. Hipotensi
Hipotensi atau tekanan darah rendah yaitu tekanan darah di bawah 90/60
mmHg.
2.1.3 Etiologi
Terdapat dua faktor besar penyebab tekanan darah, yang pertama yaitu faktor
dapat di ubah seperti obesitas,merokok,konsumsi alkohol dan asupan garam
dalam tubuh sedangkan yang kedua yaitu faktor yang tidak bisa di ubah atau di
sebut juga pembawaan atau genetik seperti keturunan,ras,usia, dan jenis kelamin.
(setyanda dkk., 2015)
2.1.4 Patofisiologi
Dimulai dengan atherosclerosis, atau gangguan struktur pembuluh darah peripher
yang berlanjut dengan kekuatan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan penyempitan serta kemungkinan pembesaran plague yang
menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan serta kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung yang memberikan gambaran pada
peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada hipertensi menurut Nurarif & Kusuma (2015) di bedakan
menjadi dua bagian yaitu:
a. Tidak ada gejala
Tidak di temukan gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hipertensi arterial tidak akan terdiagnosa jika tekanan arteri tidak di ukur atau
di lakukan pemeriksaan menggunakan alat pengkur tekanan darah.
b. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim pada hipertensi yaitu meliputi nyeri kepala serta kelelahan,
pusing, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, dan kesadaran
menurun.
2.1.6 Dampak Merokok
Merokok mempunyai banyak efek negtaif yang berbahaya terhadap kesehatan,dan
kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri , namun dapat
mengancam masyarakat di sekitar. Kangungan rokok menyebabkan kerusakan
dan berbagai macam penyakit di mulut seperti periodonitis (infeksi pada gusi),
penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring) dan laringitis (infeksi
laring atau pita suara), penyakit di bronkus seperti bronkitis (infeksi bronkus), dan
penyakit pada paru-paru seperti kanker paru,penyakit paru obstruktif (Lisa dkk,
2015).
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi menurut padila (2013), mencegah morbilitas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler merupakan tujuan pengelolaan
hipertensi yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
di bawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi Tanpa Obat
Biasanya terapi tanpa obat di gunakan untuk pasien dengan hipertensi ringan
serta sebagia tindakan suportif untuk hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat meliputi, Diet, latihan fisik, edukasi psikologis dan pendidikan kesehatan
(penyuluhan).
b. Terapi Dengan Obat
Pengobatan hipertensi tidak hanya bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga untuk mengurangi serta dapat mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita bertambah kuat. Biasanya pengobatan hipertensi
harus dilakukan seumur hidup. Menurut susalit (2004) obat antihipertensi
yang sering digunakan untuk pengobatan hipertensi yaitu golongan obat
diuretik, penyekat beta, antagonis kalsium atau penghambat enzim konversi
angiotensin (penghambat ACE).
2.1.8 Kebiasaan Merokok
Menurut (yosadi dkk., 2015) Kebiasaan merokok pada setiap individu akan
meningkat sesuai kondisi serta perkembangan individu itu sendiri. Hal ini ditandai
dengan semakin meningkatnya frekuensi serta intensitas merokok. Nikotin yaitu
sejenis alkoloid yang menimbulkan efek kecanduan baik pada perokok aktif atau
perokok pasif karena bersifat stimulan (Mukuan, 2012 dalam yosadi dkk., 2015).

Dampak negatif merokok adalah memiliki kecenderungan yang besar mengalami


gangguan pada jantung karena menghirup tar serta nikotin 2 kali lebih banyak,
CO 5 kali lebh banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak. Polusi lingkungan yang
menyebabkan kematian terbesar karena asap rokok dikategorikan sebagai faktor
yang dominan dalam polusi ruangan tertutup karena dapat memberikan polutan
seperti gas dan logam-logam berat yang dapat membahayakan seseorang baik
orang tau ,remaja,dewasa dan anak-anak (Suiraoka, 2012).

Zama sekarang, rokok bukanlah hal yang tabu bagi seluruh orang. Perilaku
merokok sudah sangat membudidaya dikalangan masyarakat, khususnya remaja.
Zat kimia yang terkandung di dalam rokok bersifat adiktif yang artinya dapat
menyebabkan ketergantungan, dan bila sudah ketergantungan maka oranga
tersebut akan secara terus-menerus maka akan menimbulkan berbagai penyakit,
salah satunya adalah hipertensi. (Hidayatullah dkk,2019).

2.1.9 Usia Remaja


Remaja berasal dari kata latin yaitu adolensence yang berarti tubuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada
masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua
(Ali.M dan Asrori.M, 2016). Masa remaja merupakan suata periode dalam
rentang kehidupan manusia, yanga menjembatani masa kanak-kanak dan asa
dewasa (Santrock, 2012). Masa remaja merupakan peralihan manusia dari
kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13
tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun
sampai dengan 21/22 tahun adalah reaja akhir. Menurut hukum di amerika
serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18
tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini,
umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah (Moh Asrori dan
Moh Ali, 2016).
2.2 Tabel Hasil Analisi Jurnal

No Judul Penelitian Sampel Metode Penelitian Instrumen Hasil Penelitian


1. Hidayatullah, M. T., Populasi Metode penelitian Instumen Hasil penelitian
& Pratama, A. A. penelian ini menggunakan yang mengenai
(2019). Hubungan ini yaitu cross-section. digunakan hubungan
kebiasaan merokok remaja adalah kebiasaan
dan obesitas dengan berusia lembar merokok dengan
kejadian hipertensi 15-19 kuesioner. hipertensi pada
pada remaja usia 15- tahun remaja, dimana p-
19 tahun di berjumlah value = 0,213
Kelurahan Dayen 80 orang. yang artinya tidak
Peken Ampenan ada hubungan
Mataram. Smiknas, yang signifikan
108–115. antara kebiasaan
https://ojs.udb.ac.id/i merokok dengan
ndex.php/smiknas/ar hipertensi pada
ticle/view/732 remaja usia 15-19
tahun.
2. Angga, Y., & Elon, Sempel Medote penelitian Instrumen Hasil penelitian
Y. (2021). penelitian ini menggunakan yang bivariat
Hubungan kebiasaan ini di korelasi dengan digunakan menunjukan,
merokok dengan ambil pendekatan dalam terdapat
tekanan darah. Jurnal dengan analytic cross penleitian hubungan yang
Kesehatan teknik sectional ini adlah signifikan antara
Komunitas, 7(1), non- lembar lama merokok
124–128. probability kuesioner dengan
http://jurnal.htp.ac.id yaitu peningkatan
j convenien tekanan darah
ce sistolik dan
sempling diastolik p-value
sebanyak <05.
50 orang.
3. Farabi, A. F., Sempel Metode penelitian Instrumen Hasil analisa data
Afriwardi, A., & penelitian ini menggunakan penelitian statistik kebiasaan
Revilla, G. (2017). ini adalah cross-sectional. ini merokok dengan
Hubungan 111 orang mengguna tekanan darah
Kebiasaan Merokok siswa kan sistolik
dengan Tekanan kelas XI lembar didapatkan p=
Darah pada Siswa SMK N 1 kuesioner 0,15. Hasil
SMK N 1 Padang. padang. Global analisa data
Jurnal Kesehatan Youth statistik kebiasaan
Andalas, 6(2), 429. Tobacco merokok dengan
https://doi.org/10.25 Survery tekanan darah
077/jka.v6.i2.p429- (GYTS). diatolik
434.2017 didapatkan p=
0,078. Hasil
penelitian ini
menunjukan tidak
terdapat
hubungan
kebiasaan
merokok dengan
tekanan darah
sitolik dan
tekanan darah
diastolik.

4. Siswanto, Y., & Sampel Metode penelitian Instrumen Hasil penelitian


Lestari, I. P.
pada ini menggunakan yang ini menunjukan
(2020). Status
Gizi Dan penelitian analitik digunakan tidak terdapat
Merokok
ini adalah observasional adalah hubungan yang
Sebagai
Determinan 138 siswa. dengan timbangan bermakna antara
Kejadian
pendekatan cross berrat kebiasaan
Nutritional
Status and sectional. badan, merokok dengan
Smoking As
microtoice hipertensi
Determinant
Events of ,tensi (p=0,435).
Hypertension in
meter dan
Adolescents.
Jurnal Ilmiah panduan
Permas: Jurnal
wawancar
Ilmiah STIKES
Kendal, 10(2), a.
177–184.

5. Wahyudi, C. T. Sample Metode penelitian Instrumen Hasil uji chi


(2021).
yang di ini menggunakan yang di square ditemukan
Korelasi
perilaku gunakan di deskriptif analitik gunakan adanya kolerasi
merokok dan
penelitian dengan jenis adalah antara perilaku
aktivitas fisik
dengan kejadian ini rancangan cross kuesioner merokok dengan
hipertensi pada
sebanyak sectional dan dan hipertensi
usia remaja.
Jurnal JKFT, 271 teknik cluster tensimeter (p=<0,05).
6(1), 62–71.
responden. sampling.

2.3 Pembahasan Jurnal


Menurut (Pratama dkk, 2019) pada penelitiannya yang berjudul hubungan kebiasaan
merokok dan obesitas dengan kejadian hipertensi pada remaja usia 15-19 tahun di kelurahan
dayen mataram menunjukan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan anatara kebiasaan
merokok dengan hipertensi pada remaja usia 15-19 tahun. Menurut (Elon dkk,2021) pada
penelitiannya yang berjudul hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah
menunjukan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan
meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Menurut (Revilla,2017) pada penelitian
yang berjudul hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada siswa SMK 1
Padang menunjukan hasil tidak terdapat hubugan kebiasaan merokok dengan tekanan darah
sistolik dan tekanan diastolik. Menurut (Lestari dkk, 2020) pada penelitian yang berjudul
status gizi dan merokok sebagai determinan kejadian hipertensi pada remaja SMA
menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna tentang kebiasaan merokok dengan
hipertensi. Menurut (Albary dkk, 2021) pada penelitian yang berjudul kolerasi perilaku
merokok dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia remaja menunjukan adanya
habungan kebiasaan merokok dengan hipertensi pada remaja.
2.4. Kerangka Teori

Remaja

Perkembangan
zaman

Pergaluan bebas

Etiologi tekanan darah


Kebiasaan merokok - Faktor dapat di ubah
(obesitas,merokok,konus
msi alkohol dan asupan
garam berlebih )
Dampak merokok - Faktor yang tidak bisa di
- Infeksi pada gusi ubah atau genetik
- Infeksi faring (ras,usia dan jenis
Tekanan darah kelamin)
- Infeksi laring atau pita
suara
- Infeksi bronkus
- Penyakit paru obstuktif
Klasifikasi tekanan darah
Manifestadi klinis tekanan
- Normal
darah
- Prahipertensi
- Tidak ada gejala - Hipertensi
- Gejala lazim - Hipotensi
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPRASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori yang ada, adapun kerangka konsep yang dikembangkan dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni variabel indevenden dan variabel
dependen.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kebiasaan Merokok Tekanan Darah

3.1.1 Variabel independen


Variabel independen atau disebut juga dengan variabel sebab dalam
penelitian ini adalah kebiasaan merokok pada remaja.
3.1.2 Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel akit dalam penelitian ini adalah tekanan
darah.

3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis mayor
Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada
remaja.
3.2.2 Hipotesis minor
1) Ada perbadaan tekanan darah pada remaja yang mempunyai
kebiasaan merokok.
2) Ada penagruj kebiasaan merokok terhadap tekanan darah.
3.3 Definisi Operasional
definisi oprasional masing-masing yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Variabel Definisi Alat Ukur Dan Hasil Ukur Skala


Oprasional Cara Ukur
Variabel Independen
Kebiasaan Kebiasaan Alat ukur yang
Merokok menghisap zat digunkan untuk
nikotin berupa kebiasanan
rokok yang merokok
dilakukan dalam menggunakan
kehidupan sehari- quisioner
hari. Status merokok : Nominal
-menanyakan
2: mantan
pada responden
perokok
saat wawancara
1: merokok saat
tentang riwayat
ini
merokok
Jumlag batang Ordinal
-menanyakan rokok yang
jumlah rokok dikonsumsi:
yang dihisap 3: < 10 batang
perhari perhari
2: 10-20 batang
perhari
1: > 20 batang
perhari
Ordinal
-menanaykan Lamanya
lama merokok merokok :
2: < 5 tahun
1: > 5 tahun

Variabel Dependen
Tekanan Tekanan darah Alat ukur yang 1. Normal Ordinal
Darah merupakan suatu digunakan untuk (<140/90
pengukuran tekanan darah mmHg)
tekanan darah menggunakan 2. Hipertensi
sistolik dan tensi meter (≥140/90
diastolik . mmHg)

Anda mungkin juga menyukai