Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Kejadian hipertensi merupakan suatu penyakit tidak

menular yang berbahaya diseluruh dunia karena penyakit

hipertensi salah satu faktor risiko utama yang dapat

menyebabkan penyakit kardiovaskuler seperti stroke,

serangan jantung, dan penyakit ginjal (World Health

Organization, 2021).

Hipertensi merupakan ketika tekanan darah lebih

tinggi dari biasanya. Tekanan darah dapat berubah dari hari

ke hari sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan. Diagnosa

hipertensi dapat muncul saat seseorang terush menerus

memiliki tekanan darah di ambang batas normal. (CDC,

2020).

Tekanan darah merupakan kekuatan mengalirkan

darah ke dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh

darah utama yang ada ditubuh (WHO, 2019).


Hipertensi merupakan kondisi dimana aliran darah

secara konsisten memilik tekanan yang tinggi pada dinding

arteri. Diagnosis hipertensi ditegakan apabila tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90

mmHg (Ramdya, 2019).

Seseorang di diagnosis terkena hipertensi jika tekanan

darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah

diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg setelah pemeriksaan berulang.

Mayoritas orang yang mengalami hipertensi tidak menyadari

bahwa mereka telah mengidap hipertensi karena tidak ada

gejala yang dirasakan, sehingga hipertensi yang diderita tidak

terdeteksi (WHO, 2019).

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat

parah, yang bila tidak di obati, akan menimbulkan kematian

dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1

dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam

kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-

anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

rendah dari pada dewasa. Tekanan darah juga di pengaruhi

oleh aktifitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat

melakukan aktifitas dan lebih rendah ketika beristirahat

(Triyanto, 2014).
b. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Sistolik
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Maligna)
Tabel menurut Triyanto, 2014

c. Etiologi

Menurut Murwani (2018) Etiologi hipertensi terbagi menjadi

2 jenis yaitu:

1) Hipertensi Primer (esensial)

Hipertensi primer yaitu hipertensi yang 90% tidak di

ketahui penyebabnya. Beberapa faktor juga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi primer di antaranya

adalah genetik, jenis kelamin, usia, kelebihan berat badan

atau obesitas, gaya hidup perokok dan mengkonsumsi

alkohol.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang (5-

10) penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau

penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara

lain penyakit perenkim, vaskuler ginjal, gangguan

endokrin, kegemukan (obesitas) . Sedangkan faktor yang


menunjang hipertensi di antaranya, ada riwayat penyakit

sistem kardiovaskuler atau gijal sebelumnya, obesitas,

aktivitas yang melelahkan, emosional atau gangguan

mental, umur (50-60).

3) Faktor Risiko

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan

riwayat hipertensi dalam keluarga, usia, jenis kelamin,

dan kegemukan/obesitas (Triyanto, 2014).

Banyak faktor yang memicu untuk terjadinya

hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak terkontrol dan

faktor risiko dapat terkontrol. Faktor risiko yang tidak

dapat terkontrol seperti keturunan, jenis kelamin dan

umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol

seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta

konsumsi alkohol dan garam (Sepdianto, 2018).

Faktor yang mengalami penyebab kejadian hipertensi

disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti umur,

jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan (Maulidina,

2018).

Berdasarkan penelitian Tirtasari (2019) dimana

mayoritas penderita hipertensi berasal dari kelompok usia

31-45 tahun. Oleh sebab itu diketahui bahwa faktor usia

tetap menjadi faktor yang paling mempengaruhi

terjadinya hipertensidimana pada kelompok usia 31-45


tahun memiliki resiko 2,91 kali terkena hipertansi.

Sehingga semakin bertambahnya usia, risiko hipertensi

pun semakin meningkat. Faktor jenis kelamin juga

memiliki pengaruh yang cukup besar. Hipertensi pada

usia muda tidak dapat dipandang sebelah mata karena

prevalensinya yang terus meningkat, sehingga perlu

dilakukan tindakan pencegahan sejak dini.

d. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi

melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat

sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap

detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi

kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat

jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada

setiap denyut jantung di paksa untuk melaui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Inilah yang terjadi pada usia lanjut dimana dinding arterinya

telah menebal dan kaku karena arterioskalierrosis (Triyanto,

2014).

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga

meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri

kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena

perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan


meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat

kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.volume darah

dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat (Triyanto, 2014).

e. Manisfestasi Klinis

Menurut Adinil (2004) gejala klinis yang dialami

oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: pusing,

mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,

rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,

dan mimisan (Jarang dilaporkan).

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar

gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-

tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang

dusertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan

intrakranial. Gejala lain yang umumnya terjadi pada

penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,

keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa

pegal dan lain-lain.

Menurut Sari (2017) gejala umum yang terjadi pada

penderita hipertensi antara lain jantung berdebar, penglihatan

kabur,sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk, kadang

disertai dengan mual dan muntah, telinga berdenging,


gelisah, rasa sakit di dada, muda lelah, muka memerah, serta

mimisan.

f. Komplikasi Hipertensi

Menurut Triyanto (2014), ada beberapa komplikasi dari

penderita hipertensi yang menimbulkan masalah serius,

yaitu:

a) Stroke

b) Infark miokard

c) Gagal ginjal

d) Ketidakmampuan jantung memompa darah

Menurut Sari (2017) hipertensi berat biasanya juga

disertai dengan komplikasi dengan beberapa gejala antara

lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan

jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak).

Gangguan serebral ini dapat mengakibatkan kenjang dan

pendarahan pembulu darah otak, kelumpuhan, gangguan

kesadaran, bahkan koma.

2. Jus Mentimun

Pendekatan berbasis tanaman dan buah juga merupakan salah

satu pendekatan pengobatan hipertensi yang berkembang saat

ini. Selain karena murah, efek yang dihasilkan juga lebih baik

dibandingkan obat kimia meskipun memerlukan waktu yang

sedikit lebih lama bila dibandingkan dengan yang kimia. Salah


satu sayuran yang dapat menurunkan tekanan darah adalah

mentimun (Cucumis sativus Linn). Mengkonsumsi mentimun

dalam bentuk jus dapat menurunkan tekanan darah (Aminah,

2018).

Mentimun (Cucumis sativus Linn) merupakan bahan

makanan yang mengandung tinggi kalium dan rendah natrium.

Kandungan kalium dalam mentimun sebesar 122 mg dan air

sebesar 97,9 gram dalam setiap 100 gram mentimun. (Anggreni,

2020).

Kandungan pada mentimun yang dapat menurunkan tekanan

darah, diantaranya kalium (potassium), magnesium dan fosfor

yang dapat mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun juga

bersifat diuretik karena kandungan air yang tinggi sehingga

membantu menurunkan tekanan darah. (Pringgayuda, 2021).

Mentimun dikatakan makanan yang sehat untuk pembuluh

darah dan jantung, dimana makanan tersebut mengandung

kalium yang bekerja sebagai melebarkan pembuluh darah

sehingga tekanan darah menurun. Mentimun juga mempunyai

bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga

membantu menurunkan tekanan darah dan dapat meningkatkan

buang air kecil sehingga mampu menurunkan tekanan darah

(Cerry, 2019).

Universitas Airlangga melakukan penelitian terhadap

mentimun, terbukti mentimun dapat menurunkan tekanan darah.


Kandungan air yang mencapai 90% di dalam mentimun, serta

kalium yang tinggi akan mengeluarkan garam dari tubuh.

Dengan cara 300 gram mentimun yang dijus dan airnya diminum

(Nurrahmani, 2018).

Penelitian dilakukan selama enam hari, hari pertama tekanan

darah diukur untuk mendapatkan rata-rata tekanan darah sebelum

perlakuan, selanjutnya selama lima hari setiap lansia diberi

perlakuan berupa jus mentimun sebanyak 100 gram dan diukur

tekanan darahnya pada 2 jam, 6 jam, dan 9 jam setelah

perlakuan. (Tukan, 2018).

B. Penelitian Terkait

Berdasarkan tinjauan sistematis, didapatkan lima jurnal

sebagai bahan untuk telaah literatur yang telah sesuai dengan kriteria

yang diterbitkan 2018-2020 yang berasal dari database: Google

Scholar. Pada kelima jurnal tersebut dilakukan ekstrasi data hasil

penelitian yang meliputi nomor, peneliti, judul penelitian, metode

penelitian, dan hasil penelitian.

Tabel Ekstrasi Hasil Data Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


Dhonna Pengaruh jus mentimun Desain penelitian menggunakan Hasil penelitian pada wanita
1. Anggreni, tekanan darah wanita penelitian eksperimental dengan monopause pada kelompok
Erfiani monopause yang mengalami metode intact-group-comparison eksperimen adalah 15,7 mmHg
Mail, hipertensi setalah pemberian jus mentimun
Farida selama 1 minggu. Sedangkan pada
Yuliani https://scholar.google.co.id kelompok kontrol mengalami
(2020). penurunan sangat sedikit yaitu 0,4
mmHg setakah dilakukan
pengamatan selama 1 minggu dan
diberikan placebo. Dengan standar
deviasi -2,762 dan nilai p value =
0,005. Ada pengaruh jus mentimun
tekanan darah wanita monopause
yang mengalami hipertensi.

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

2. Eva Efektifitas Jus Mentimun Penelitian ini menggunakan sistolik sebelum intervensi adalah
Marvia, Terhadap Penurunan Tekanan rancangan Quasi Experiment 149,13 mmHg dengan standar deviasi
Febriati Darah Pada Lansia Penderita dengan one group Pre-Post Test 9,002. Sedangkan rerata tekanan
Astuti, Hipertensi Di Lingkungan Design. darah sistolik sesudah intervensi
Nurjanah Dasan Sari Wilayah Kerja adalah 136,09 mmHg dengan standar
Khaeriah Puskesmas Pujeruk deviasi 11,962. Hasil uji statistic
(2020) menunjukkan bahwa nilai p < ɑ
https://scholar.google.co.id/ (0,001 < 0,05). Ada perbedaan yang
signifikan nilai tekanan darah diastole
sebelum dan sesudah intervensi.
No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
3. Fitra Pengaruh Jus Mentimun Penelitian ini menggunakan rata-rata sistolik -31,53 yaitu
Pringgayuda, Terhadap Penurunan rancangan Quasi Eksperimen dari 168,8 (sebelum pemberian
Cikwanto, Zam Tekanan Darah Pada dengan Non Equivalent Control jus mentimun) kemudian turun
Zami Hidayat Penderita Hipertensi Group menjadi 137,27 (sesudah
(2021). pemberian jus mentimun).
Sedangkan pada kelompok
https://scholar.google.co.id/. kontrol tekanan darah rata-rata
sistolik -16,27 yaitu dari 170,00
kemudian turun menjadi 153,73.
Hasil uji statistik diperoleh p
value 0,000 (p value < 0,05) yg
berarti terdapat pengaruh
pemberian jus mentimun
terhadpa penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi
di desa Way Ngison.

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


4. Mardiati Barus, Terapi Jus Mentimun Penelitian ini menggunakan Rata-rata tekanan darah sistolik
Agustaria Ginting, Menurukan Tekanan Darah rancangan Quasi Experiment sebelum intervensi adalah
Agnes Juliana Pada Penderia Hipertensi. dengan one group Pre-Post Test 149,13 mmHg, sedangkan rata-
Turnip (2010). Design. rata sistolik sesudah intervansi
adalah 136,09 mmHg dengan
stardar deviasi 11,962. Hasil uji
https://scholar.google.co.id/ statistic menunjukan bahwa
nilai p < a (0.001 < 0.05) yang
berarti ada perbedaan
siginifakan rata-rata nilai
tekanan darah sistilok sebelum
dan sesudah pemberian jus
mentimun.

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


5. Zul Fikar Pemberian Jus Mentimun menggunakan rancangan Quasi Rata-rata tekanan darah sistolik
Ahmad, Siti (Cucumis Sativus Lin) Pada Experiment (Eksperimen Semu) setelah pemberian jus
Surya Indah Penderita Hipertensi Wanita dengan rancangan penelitian yang mentimun 136,82 mmHg,
Nurdin Produktif. digunakan adalah Non-Randomized lebih rendah dari rata-rata
(2019). Control Group Pre-test Post-test tekanan darah sistolik sebelum
https://scholar.google.co.id/ Design. minumjus timun 167,7 mmHg
dengan pvalue (<0,01) yang
berarti ada nilai signfikan rata-
rata nilai tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah
pemberian jus mentimun.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam hal penelitian ini adalah :

Faktor Risiko Hipertensi


1. Faktor yang tidak dapat
terkontrol
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Keturunan
2. Faktor yang dapat terkontrol
a. Obesitas
b. Kurangnya olahraga
c. Mengkonsumsi alkohol
d. Mengkonsumsi garam
e. Pekerjaan
f. Pendidikan

Hipertensi
Kategori Sistolik Diastolik
Klasifikasi Hipertensi
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Stadium 1)
Hipertensi Sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Stadium 2)
Hipertensi Berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Stadium 3)
Hipertensi Maligna >210 mmHg >120 mmHg
(Stadium 4)
Penatalaksanaan Hipertensi
1. Terapi Non-farmakologis (Terapi Komplementer)
a. Terapi Relaksasi Progresif
b. Terapi Musik
c. Senam Aerobik dan Yoga
d. Terapi Herbal (Jus mentimun)
2. Terapi Farmakologis
Menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat
mempengaruhi tekanan darah pasien, minum obat terus menerus
dapat menyebabkan ketergantungan
Keterangan

: Diteliti Sumberh : CDC (2020), Sepdianto


: Tidak Diteliti (2018), Maulidina (2018) dan
Triyanto (2014), Nurrahmani
(2018).

D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Hipertensi Jus Mentimun

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2018). Berdasarkan kajian teori dan kerangka

teori diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam

penelitian adalah :
Ha : Adanya Efektifitas Pemberian Jus Mentimun Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah

Kalideres.

Ho : Tidak adanya Efektifitas Pemberian Jus Mentimun

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Di Wilayah Kalideres.

Anda mungkin juga menyukai