Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar SDGs, MDGs dan PIS-PK


1. Pengertian SDGs
Sustainble Development Goals (SDGs) merupakan sebuah progam
pembangunan berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17 tujuan dengan
169 target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan. SDGs
adalah agenda pembangunan dunia yang bertujuan untuk kesejahteraan
manusia dan planet bumi. SDGs ini diterbitkan pada tanggal 21 oktober
2015 menggantikan progam sebelumnya yaitu MDGs (Millennium
Development Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahu
2030 yang di sepakati oleh banyak negara dalam forum resolusi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jadi kerangka pembangunan yang
berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang sebelumnya menggunakan
konsep MDGs sekarang diganti dengan SDGs.
SDGs merupakan hasil dari proses yang bersifat partisifatif,
transparan dan inklusif terhadap semua suara pemangkuu kepentingan dan
masyarakat selama 3 tahun lamanya. SDGS akan mewakili seubuah
kesepakatan yang belum pernah ada sebelumnya yang terkait dengan
prioritas-proiritas pembangunan berkelanjutan di antara 193 negara
anggota.
2. Pengertian MDGs
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah
sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konferensi
Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum
dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum
Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000,
(A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).Semua
negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk
mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan
nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang
sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan. Pemerintah
Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York
tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi
komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk
mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG),
sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan
komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari
separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua
anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian
anak balita hingga 2/3, dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang
tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara
yang mendeklarasikannya yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka
kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lainnya, 7) memastikan kelestarian
lingkungan hidup, dan 8) mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam
mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki kewajiban untuk melaksanakan
upaya untuk mencapai target MDGs dan memonitor perkembangan
kemajuan pencapaian. Delapan Tujuan MDGs telah di jabarkan dalam
target-target yang dapat diukur dan progresnya dapat dipantau dan
dilaporkan dengan menggunakan indikator- indikator yang dapat
diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional. Kepada setiap
negara diberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan dan melakukan
lokalisasi terhadap indicatorindikator tersebut
3. Perbedaan SDGs dengan MDGs
Pada dasarnya SDGs dan MDGs memiliki persamaan yaitu tujuan
yang sama. Hal tersebut karena SDGs melanjutkan tujuan utama dari
MDGs yaitu perihal penanggulangan kelaparan dan kemiskinan di dunia.
Namun, dokumen MDGs yaitu disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000
tersebut telah habis pada tahun 2015. Kemudian para pemimpin dunia
merasa agenda MDGs (Millenium Development Goals).
Perlu diterukan, sehingga muncul sebuah dokumen usulan SDGs
(Sustainble Development Goals) setelah kita mengetahui SDGs adalah
kelanjutan dari MDGs dan menegetahui persamaanya, selanjutnyab selain
persamaan tentunya juga terdapat beberapa perbdedaan anatara SDGs
dengan MDGs. Salah satu pernedaanya adalah MDGs hanya mempunyai 8
tujuan sedangkan SDGs memiliki 17 tujuan pembangunan berkelanjutan
dengan 169 target, oleh sebab itu SDGs mempunyai cakupan yang lebih
luas dan akan mampu lebih tanggap atas penyebab utama kemiskinan serta
kebutuhan universal. Tujuan dari SDGs mencakup tiga dimensi dari
pembangunan berkelanjutan, yaitu pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial
dan perlindungan terhadap lingkungan.
SDGs dibuat berdasarkan momentum dan keberhasilan MDGs.
Tujuan SDGs meliputi lebih banyak aspek kehidupan yang di iringi
dengan ambisi untuk menanggapi perubahan iklim, pekerjaan yang layak,
ketidaksetraan, pertumbuhan ekonomi, kota dan permukimanan
masyarakat, industrialisasi, energi, konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan, perdamian dan keadilan.
Tujuan serta targer SDGs akan di monitor dan tinjauan setiap saat
dengan mengguanakan indikator-indikator global. Dan kerangka kerja
indikator global tersebut juga harus dikemabangkan oleh kelompok Lintas
Badan dan Ahli. Selain itu pemerintah juga akan turut seta
mengembangkan indikator-indikator nasional guna membantu memantau
kemajuan dalam mencapi tujaun target dari SDGs. Berikutnya tindak
lanjut dalam proses peninjauan akan dilaksanakan setiap tahun oleh forum
Tingkat Politik tentang Pembangunan Berkelanjutan dengan menggunakan
sebuah Laporan Kemajuan SDGs yang di persiapkan oleh Seketaris
Jenderal.
4. Konsep PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas bertanggung jawab atas satu wilayah administrasi
pemerintahan, yakni kecamatan atau bagian dari kecamatan. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 juga menegaskan adanya dua
fungsi Puskesmas berikut:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama, yakni kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama, yakni kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, dan memulihkan
kesehatan perseorangan.
Fungsi UKM dan UKP harus seimbang, agar upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Upaya Kesehatan Perorangan
saja dengan program JKN yang diikuti oleh seluruh rakyat pun belum
cukup untuk mengangkat derajat kesehatan masyarakat.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga-
keluarga di wilayah kerjanya. Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan
secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari
Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga).
Puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) yang selama ini dilakukan, melainkan juga langsung
berkunjung ke keluarga dalam menjangkau keluarga. Pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah tidak mematikan UKBM-UKBM yang ada,
tetapi justru memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih
kurang efektif. Puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga secara menyeluruh (holistik) dengan
mengunjungi keluarga di rumahnya. Anggota keluarga yang perlu
mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk
memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga
juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang sehat
dan faktor-faktor risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya,
dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM dan/atau
petugas kesehatan Puskesmas.
Pelaksanaan pendekatan keluarga di Puskesmas mencakupi
langkah- langkah sebagai berikut:
a. Pendataan kesehatan keluarga menggunakan formulir Prokesga oleh
Pembina Keluarga (dapat dibantu Kader Kesehatan).
b. Pembuatan dan pengelolaan pangkalan data Puskesmas serta
pengolahan data oleh tenaga pengelola data Puskesmas.
c. Analisis, perumusan intervensi masalah kesehatan, dan penyusunan
rencana Puskesmas oleh tim manajemen Puskesmas.
d. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh
Pembina Keluarga.
e. Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dan pembinaan UKBM.
f. Pelaksanaan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) oleh tenaga
kesehatan Puskesmas.

Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatan keluarga di


Puskesmas akan memperkuat manajemen Puskesmas mengintegrasikan
seluruh manajemen yang ada (program/pelayanan kesehatan, sumber daya,
pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana, sistem informasi
Puskesmas dan mutu) dalam menyelesaikan masalah prioritas kesehatan
diwilayah kerjanya. Terdapat 12 Indikator Keluarga Sehat. Adapun
pengertian atau definisi operasional dari masing-masing indikator tersebut
di atas adalah sebagai berikut:
a. Keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan
pasangan usia subur, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara
resmi sebagai peserta/akseptor KB dan atau menggunakan alat
kontrasepsi.
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga
terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu
tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,
Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta).
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga
terdapat bayi (usia 12-23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan
imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1,
Polio2, Polio3, Polio4, Campak.
d. Bayi mendapat ASI eksklusif adalah jika di keluarga terdapat bayi usia
7 – 23 bulan dan bayi tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan) hanya
diberi ASI saja (ASI eksklusif).
e. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan adalah jika di keluarga
terdapat balita (usia 2 – 59 Bulan 29 hari) dan bulan yang lalu
ditimbang berat badannya di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya
dan dicatat pada KMS/buku KIA.
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
adalah jika di keluarga terdapat anggota ≥15 tahun yang menderita
batuk dan keluarga berusia sudah 2 minggu berturut-turut belum
sembuh atau didiagnogsis sebagai penderita tuberkulosis (TB) paru
dan penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk dokter/petugas
kesehatan.
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur adalah jika
di dalam keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥15 tahun yang
didiagnogsis sebagai penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) dan
berobat teratur sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan.
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan adlah jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
menderita gangguan jiawa berat dan penderita tersebut tidak
ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan kesembuhannya.
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok adalah jika tidak ada
seorang pun dari anggota keluarga tersebut yang sering atau kadang-
kadang menghisap rokok atau produk lain dari tembakau. Termasuk di
sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari
kebiasaan menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.
j. Keluarga sudah menjadi anggota JKN adalah jika seluruh anggota
keluarga tersebut memiliki kartu keanggotaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan/atau kartu kepesertaan asuransi
kesehatan lainnya.
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih adalah jika keluarga
tersebut memiliki akses dan menggunakan air leding PDAM atau
sumur pompa, atau sumur gali, atau mata air terlindung untuk
keperluan sehari-hari.
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat adalah
jika keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan sarana untuk
buang air besar berupa kloset leher angsa atau kloset plengsengan.
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social
dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi,
2014). Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2013).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika
profesi keperawatan.
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan
masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara
aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan.
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga. Pada
perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,
yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang
dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas,
artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2015).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.

c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi
serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan.
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya
atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
f. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/ klien.
g. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri
atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

h. Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu
indentitas bersama. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang
dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1) Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Elisabeth, 2014).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah
suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2015).
2) Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan,
maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian
masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community
development).

3) Kerjasama atau kemitraan (Partnership)


Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, kertebukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponenkomponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian
perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-
masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan
kesehatan masyarakat.
4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru.
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan
partisipasi masyarakat.
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan sasaran ini terdiri
dari:
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai
kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual.
Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi,
social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang
berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu
sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow
yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan
yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
d. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan
ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah
binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas
diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

1. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu: pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji
kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi
pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi
pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah
didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai Pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain
adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan.
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,
ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat
proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional.
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinsiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Merriner torney
mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang mengidentifikasi
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah,
menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari
proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini.
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang
diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas.
2. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
a. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung disuga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut.
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannyauntuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia.
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula.
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah
menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan
Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI
pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas:
1) Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
2) Mencuci tangan pakai sabun.
3) Mengelola air minum dan makanan yang aman.
4) Mengelola sampah dengan benar.
5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan
yaitu sebagai berikut:
1) Penyediaan air minum
2) Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan sampah padat
4) Pengendalian vector
5) Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
1) Penyehatan air dan udara
2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca
bencana
b. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2013).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini
mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau
perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini
terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku yang mempengaruhi
kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu:
1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan
sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak
merugikan kesehatan (Wawan, 2013).
C. Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat
dan prioritas masalah. Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:
a. Sanders Interactional Framework
Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model ini juga dikenal
sebagai model tiga dimensi dengan komponen pengkajian:
1) Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)
2) Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)
3) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)
4) Kliens interactional framework
5) Masyarakat sebagai system social
a) Pola komunikasi
b) Pengambilan keputusan
c) Hubungan dengan system lain
d) Batas wilayah
e) Penduduk dan lingkungannya
− Karakter penduduk (demografi)
− Faktor lingkungan, biologi dan social
− Lingkungan psikis (nilai-nilai, agama, kepercayaan)

b. Community assessment wheel (community as client model)


Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti
dari masyarakat itu sendiri (community core). Aspek yang dikaji:
1) Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas
2) Demografi: umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status perkawinan
3) Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan
4) Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama
c. Physical environment pada komunitas
Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian lingkungan dilakukan
dengan metode winshield survey atau survey dengan mengelilingi wilayah komunitas.
d. Pelayanan kesehatan dan social
Pelayanan kesehatan adalah hospital, praktik swasta, puskesmas, rumah
perawatan, pelayanan kesehatan khusus, perawatan di rumah, counseling support
services, pelayanan khusus (social worker). Dari tempat pelayanan tersebut aspek
yang didata:
1) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
2) Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)
3) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)
4) Statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan
5) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
e. Ekonomi
Aspek/komponen yang perlu dikaji:
1) Karakteristik pendapatan keluarga/RT
2) Karakteristik pekerjaan
f. Keamanan transportasi
1) Keamanan: Protection service, kualitas udara dan air bersih
2) Transportasi (milik pribadi/umum)
g. Politik & Governmen
Jenjang pemerintahann dan kebijakan departemen kesehatan
h. Komunikasi terdiri dari formal dan in formal
i. Pendidikan
1) Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
2) Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar komunitas
j. Rekreasi
Menyangkut tempat rekreasi Kerangka pengkajian profile masyarakat
(modifikasi). Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori
sebelumnya tentang pengkajian komunitas.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab
antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan
ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh
pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat
dalam format proses keperawatan.
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,
psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam
format proses keperawatan.
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang
diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara
Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
3. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara
sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategori data
b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
4. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan
atau masalah keperawatan.
5. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah.
6. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke
(1988) mempunyai kriteria penapisan, antara lain:
a. Sesuai dengan peran perawat komunitas
b. Jumlah yang beresiko
c. Besarnya resiko
d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e. Minat masyarakat
f. Kemungkinan untuk diatasi
g. Sesuai dengan program pemerintah
h. Sumber daya tempat
i. Sumber daya waktu
j. Sumber daya dana
l. Sumber daya peralatan
m. Sumber daya manusia
7. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi.

8. Rencana Asuhan Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus
mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan. Langkah-langkah dalam perencanaan
keperawatan kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistis
h. Disusun secara berurutan
9. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam
pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah:
a. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)
dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi,
tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas
kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang
telah disusun.
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan
tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah: program
kesehatan komunitas dengan strategi: komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership).
10. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman
atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang
telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan
dalam penilaian sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi

Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi


dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap masalah yang akan diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

wahyuningsih. (2017). MILLENIUM DEVELOMPENT GOALS (MDGS) DAN


SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS) DALAM KESEJAHTERAAN
SOSIAL. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 390-399.

Anda mungkin juga menyukai