DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Nuraini,S.Kep.,M.Kep
DI SUSUN OLEH :
2022
A. DEFINISI
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi
pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini
terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan
saluran trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak
nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
B. ETIOLOGI
Menurut (Gumelar & Universa, 2020) tanda dan gejala pneumonia yaitu:
D. KLASIFIKASI
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosocomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis :
1. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenal
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumonia atau Legionella.
E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, danhumoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah
infeksi dan terdiri dari:
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak
mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
F. PATH WAY / WOC
G. PENATALAKSAAN
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bemafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
d. Hidrasi pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untukMempertahanakan
hidrasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti emfisema terjadi.
3.Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya diberikan oantibiotik
golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin, derivat
tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
H. TERAPI DIET
1. Jenis Diet
Diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein)
2. Tujuan Diet :
a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
3. Syarat Diet:
a. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
b. Protein tinggi, 2,0-2,5 g/kg BB.
c. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi totald.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
f. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet Tinggi Energi Tinggi Protein diberikan kepada pasien :
a. Kurang energi protein (KEP)
b. Sebelum dan setelah operasi tertentu, multi trauma, serta selama radioterapi
dan kemoterapi.
c. Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi.
d. Hipertroid, hamil, dan pst-partum dimana kebutuhan energi da protein
meningkat.
5. Menurut keadaan, pasien dapat diberikan salah satu dari dua macam diet Tinggi
Energi Tinggi Protein (TETP) seperti di bawah:
a. .Diet TETP I
Energi: 2600 kkal, Protein: 100 g (2g/kg BB)
b. Diet TETP II
Energi: 3000 kkal, Protein: 125 g (2,5g/kg BB)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia adalah:
J. PROGNOSIS
Prognosis pasien pneumonia komuniti atau CAP dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada
pasien tanpa komorbid umumnya memiliki prognosis yang sangat baik. Akan tetapi, pada
pasien dengan faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi penyakit pasien seperti usia tua,
penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), imunokompromais seperti
human immunodeficiency virus (HIV), infeksi gram negatif seperti Klebsiella, Pseudomonas,
serta komorbid lainnya dapat memiliki outcome yang lebih buruk.[6,35,48]
Pada pneumonia yang tidak diobati, angka mortalitas dapat mencapai 25%. Pneumonia juga
dapat menyebabkan morbiditas permanen akibat kerusakan jaringan paru.[6,35,48]
Pasien CAP yang dirawat di ruang perawatan intensif juga memiliki angka mortalitas yang
sangat tinggi, mencapai 23%. Risiko mortalitas di masa yang akan datang juga meningkat pada
pasien dengan riwayat CAP. Angka mortalitas pasien pneumonia komuniti dalam satu tahun
mencapai 17 sampai 40% dan terus meningkat setiap tahun.[3,6,35,48]
K. KOMPLIKASI
yang dinilai dengan CURB-65. Penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan metode
retrospektif yang diambil dari data sekunder pasien rawat inap paru di RSUDZA Banda Aceh
pada tahun April 2012-April 2013. Pada studi ini didapatkan 20 pasien pneumonia komunitas
dengan usia pasien pada kelompok usia 40-64 tahun sebanyak 45,0%, jenis kelamin laki-laki
sebanyak 65,0% dan tingkat mortalitas sangat rendah dan rendah sebanyak 25,0%, sedang-
tinggi sebanyak 20% serta tingkat mortalitas tinggi sebanyak 15%. Hasil Prognosis hidup
didapatkan sebanyak 65%. (JKS 2014; 1: 14-19
DAFTAR PUSTAKA
Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia: Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development.
Indonesian
Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan- indonesia/Data dan-Informasi Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf
Mediaction
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021,
jam 15.00)
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka
KualifikasiNasional Indonesia) (Edisi 1). AR-RUZZ Media. (diakes tanggal 17 juni
2021, jam 11.50)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Jakarta Selatan.