Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Nuraini,S.Kep.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Dede Muhyidin (18.14201.057)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2022
A. PENGERTIAN

Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar

kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang

organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat

khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut

juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar

matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang

gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).

Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-

paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini

ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara

dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi

(Priscilla, 2012)

B. ETIOLOGI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh

Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen

beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu

600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan

nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan


merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan

tuberkel.(FKUI,2007)

Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar

matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis

yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang

menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak

ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang

yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC

setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem

pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh

bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat

menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)

individu yan beresiko tinggi terkena virus tuberkulosis

1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

2. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker,

merekayang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi

dengan HIV).

3. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.

4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;

etnik dan ras minoritas,terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan

dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).


5. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,

gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi)

6. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.

7. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas

yang beresiko tinggi

C. PATOFISIOLOGI

penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari

penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian,

penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara

penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam

ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis

sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang

mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di

udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar

matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana

yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan

berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet

akan masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding system

pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian

atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun,

tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil.


Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus

infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh

penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan

menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu

akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang

atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena

fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila prosesini

berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan

tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu

maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan

membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-

kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama

akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis

tersebutdikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah

pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2014)


D. PATHWAY
Droplet/dahak yang mengandung
bakteri BTA(Mycobacterium
Tuberculosis)

Batuk,bersin

Di hirup masuk paru

Mycobacterium
menetap

Imunitas tubuh
menurun
Infiltrasi setengah
Bronkus
bagian paru
Membentuk sarang
iritasi TB pnemunia Sesak nafas
kecil/sarang primer
Peradangan pada
bronkus Terjadi gesekan
inspirasi,ekspirasi
Distres
Malaise Batuk Pembuluh pernapasan
darah pecah
Nyeri dada

Anoreksia Sekret
kental
Resiko kerusakan
Batuk
pertukaran gas
darah
Bb menurun

Nutrisi kurang Bersihan jalan


dari kebutuhan nafas tidak efektif
E. MANIFESTASI KLINIK

 Demam (Biasanya hilang timbul)


 Batuk lebih sering pada malam hari
 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Malaise
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Berkeringat pada tengah malam
 Berat badan menurun berlebihan
F. KLASIFIKASI
Terduga (presumptive) pasien TB adalah seseorang yang mempunyai
keluhan atau gejala klinis mendukung TB (sebelumnya dikenal sebagai
terduga TB).
Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis adalah pasien TB yang
terbukti positif bakteriologi pada hasil pemeriksaan (contoh uji
bakteriologi adalah sputum, cairan tubuh dan jaringan) melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung, TCM TB, atau biakan.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
1. Pasien TB paru BTA positif
2. Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif
3. Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif
4. Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang
terkena.
5. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis. Pasien TB
terdiagnosis secara klinis adalah pasien yang tidak
memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai
pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
1. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks
mendukung TB.
2. Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis setelah
diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor risiko TB
3. Pasien TB ekstra paru yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris
dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
4. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring Pasien TB yang
terdiagnosis secara klinis dan kemudian terkonfirmasi bakteriologis positif
(baik sebelum maupun setelah memulai pengobatan) harus diklasifikasi
ulang sebagai pasien TB terkonfirmasi bakteriologis. Guna menghindari
terjadinya over diagnosis dan situasi yang merugikan pasien, pemberian
pengobatan TB berdasarkan diagnosis klinis hanya dianjurkan pada pasien
dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Keluhan, gejala dan kondisi klinis sangat kuat mendukung diagnosis TB
2. Kondisi pasien perlu segera diberikan pengobatan misal: pada kasus
meningitis TB, TB milier, pasien dengan HIV positif, perikarditis TB dan
TB adrenal
Klasifikasi TB
Diagnosis TB dengan konfirmasi bakteriologis atau klinis dapat
diklasifikasikan berdasarkan :
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomis :
a. TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau
trakeobronkial. TB milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena
terdapat lesi di paru. Pasien yang mengalami TB paru dan ekstra paru
harus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.
b. TB ekstra paru adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar
parenkim paru seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran
genitorurinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak. Kasus TB ekstra
paru dapat ditegakkan secara klinis atau histologis setelah diupayakan
semaksimal mungkin dengan konfirmasi bakteriologis.
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan :
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT
sebelumnya atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan (<
dari 28 dosis bila memakai obat program).
b. Kasus dengan riwayat pengobatan adalah pasien yang pernah
mendapatkan OAT 1 bulan atau lebih (>28 dosis bila memakai obat
program). Kasus ini diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan hasil
pengobatan terakhir sebagai berikut :
c. Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir
pengobatan dan saat ini ditegakkan diagnosis TB episode kembali
(karena reaktivasi atau episode baru yang disebabkan reinfeksi).
d. Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya
pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir
pengobatan.
e. Kasus setelah loss to follow up adalah pasien yang pernah menelan
OAT 1 bulan atau lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2
bulan berturut-turut dan dinyatakan loss to follow up sebagai hasil
pengobatan.
f. Kasus lain-lain adalah pasien sebelumnya pernah mendapatkan OAT
dan hasil akhir pengobatannya tidak diketahui atau tidak
didokumentasikan.
g. Kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui adalah pasien yang
tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya sehingga tidak dapat
dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.
3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Berdasarkan hasil uji kepekaan, klasifikasi TB terdiri dari :
a. Monoresisten: resistensi terhadap salah satu jenis OAT lini pertama.
b. Poliresisten: resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
c. Multidrug resistant (TB MDR) : minimal resistan terhadap isoniazid
(H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
d. Extensive drug resistant (TB XDR) : TB-MDR yang juga resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan salah satu dari
OAT lini kedua jenis suntikan (kanamisin, kapreomisin, dan
amikasin).
e. Rifampicin resistant (TB RR) : terbukti resistan terhadap Rifampisin
baik menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional), dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi. Termasuk dalam kelompok TB RR adalah semua bentuk
TB MR, TB PR, TB MDR dan TB XDR yang terbukti resistan
terhadap rifampisin
4. Klasifikasi berdasarkan status HIV
a. Kasus TB dengan HIV positif adalah kasus TB terkonfirmasi
bakteriologis atau terdiagnosis klinis pada pasien yang memiliki hasil
tes HIV-positif, baik yang dilakukan pada saat penegakan diagnosis
TB atau ada bukti bahwa pasien telah terdaftar di register HIV
(register pra ART atau register ART).
b. Kasus TB dengan HIV negatif adalah kasus TB terkonfirmasi
bakteriologis atau terdiagnosis klinis pada pasien yang memiliki hasil
negatif untuk tes HIV yang dilakukan pada saat ditegakkan diagnosis
TB. Bila pasien ini diketahui HIV positif di kemudian hari harus
kembali disesuaikan klasifikasinya.
c. Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus TB
terkonfirmasi bakteriologis atau terdiagnosis klinis yang tidak
memiliki hasil tes HIV dan tidak memiliki bukti dokumentasi telah
terdaftar dalam register HIV. Bila pasien ini diketahui HIV positif
dikemudian hari harus kembali disesuaikan klasifikasinya.
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru
(Irman Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia
anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama
antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam
rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia
berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun.
Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-
paru(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan
3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan
pada usia<3 tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia
5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja
dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering
disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini
terjadiuntuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang
dimulai daribatuk kering sampai dengan atuk purulent
(menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan
jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi
yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol
keatas
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita
TB paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan
seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan
sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja,
jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat
berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada
keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan
kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan
biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan
pasien, tidak bersemangat dan putus harapan
g. Faktor Pendukung
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit,pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
2) TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
3) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
4) Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
5) Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
i. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah
tampakmeringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik,
hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya
pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan
dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani Auskultasi :
biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema
j. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir
penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-
15 mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada
tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas;pada kavitas bayangan, berupa
cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu
kerusakan paru karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun.

k. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul.
Sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil,
berkeringat pada malam hari.Obyektif: Takikardia,
takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris
(40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan
berat badan.Obyektif: turgor kulit jelek, kulit
kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit
dada.Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan
sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,
pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru dan pleural),sesak nafas,
pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura),perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku
distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan
takberdaya/tak ada harapan.Obyektif: menyangkal (selama
tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer, dkk (1999: 437), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan Tuberkulosis paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.
b. Pemeriksaan sputum BTA : hanya 30 – 70 % klien yang dapat didiagnosa
dengan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) : uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik
terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux / Tuberkulin : suatu cara untuk mendiagnosis TBC.
e. Tehnik Polymerase Chain Reaction : deteksi DNA kuman secra spesifik
melalu amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dickinson diagnostic instrumen sistem (BACTEC): deteksi
growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikrobakterium Tuberkolosis
g. MYCODOT : deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian di
celupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.
h. Pemeriksaan Radiology : rontgen thorax PA dan lateral, gambaran foto
thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular).
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
4) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.
5) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
6) Bayangan millie (Nurarif, 2015)\
I. PENATALAKSANAAN UMUM
Pengobatan TB Paru menurut Kemenkes RI (2014) yaitu:
a. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis
(OAT)
b. Prinsip Pengobatan
Pengobatan TB Paru dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
dosis cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (Monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi Dosis
Tetap (KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.
1) Tahap Intensif
Pada tahap intensif, klien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tetap,
biasanya klien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu, sebagian besar klien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan, klien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan (Kemenkes RI, 2014).
c. Panduan OAT di Indonesia
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia (Kemenkes RI, 2014) antara lain:
1) Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

a) Pasien baru TB Paru BTA Positif


b) Pasien TB Paru BTA Negatif foto thoraks positif
c) Pasien TB Paru ekstra paru.
2) .Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA Positif yang telah
diobati sebelumnya:
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
3) OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama 28 hari.
4) Kategori Anak (2HRZ/4HR)
Prinsip dasar pengobatan TB Paru adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari,
baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus
disesuaikan dengan berat badan anak.
a) Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB Paru.Pemantaun dan hasil
pengobatan TB Paru menurut Kemenkes RI (2014), yaitu:
b) Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan
dengan pemeriksaan radiologi dalam memantau kemajuan
pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk
memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik pada TB Paru.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan
spesimen sebanyak 2 kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan
dinyatakan negatif bila kedua spesimen tersebut negatif. Bila salah
satu spesimen atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak
tersebut dinyatakan positif.
d. Hasil Pengobatan TB Paru
1) Sembuh
Klien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) hasilnya negatif akhir
pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow up
sebelumnya negatif.
2) Pengobatan Lengkap
Adalah klien yang telah menyelesaikan pengobatan secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
3) Meninggal
Adalah klien yang meninggal dalam masa pengobatan karena
sebab apapun.
4) Pindah
Adalah klien yang pindah berobat ke unit dengan register TB Paru
yang lain dan hasil pengobatan tidak diketahui.
5) Default (putus berobat)
Adalah Klien yang tidak berobat selama 2 bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatan selesai.
6) Gagal
Klien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
a) Perjalanan Alamiah TB Paru yang Tidak Diobati Tanpa
pengobatan, setelah lima tahun 50% dari klien TB Paru akan
meninggal, 25% sembuh sendiri dengan daya tahan tinggi, dan
25% sebagai kasus kronik yang dapat menular (Kemenkes RI,
2014)
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa yang muncul pada pasien TB paru
a. Bersihan jalan napas tidak efektik
b. gangguan pertukaran gas
c. nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Perencanaan keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil perencanaan
keperawatan
Bersihan jalan napas setelah di lakukan Manajemen jalan napas (L01001)
tidak efektif (D0001) perawatan di harapkan Observasi
Definisi: bersihan jalan napas -Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
ketidakmampuan meningkat. usaha napas).
membersihkan sekret dengan kriteria hasil: -Monitor bunyi napas tambahan (mis.
atau obstruksi jalan  Batuk efektif Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
napas untuk meningkat -Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
mempertahankan  Produksi seputum
jalan napas tetap menurun Terapeutik
paten.  Frekuensi napas -Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
membaik head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
 Pola napas membaik jika curiga trauma cervical)
-Posisikan semi-Fowler atau Fowler
-Berikan minum hangat
-Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
-Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
-Lakukan hiperoksigenasi sebelum
-Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
-Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
-Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2.Latihan Batuk Efektif (I.01006)


Observasi
-Identifikasi kemampuan batuk
-Monitor adanya retensi sputum
-Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
-Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah
dan karakteristik)

Terapeutik
-Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
-Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
-Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
-Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Gangguan setelah di lakukan
pertukaran gas perawatan di harapkan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
Definisi:kelebihan gangguan pertukaran gas
atau kekurangan batas normal Observasi
oksigenasi dan/atau dengan kriteria hasil: -Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
eliminasi  Dispnea upaya napas
karbondioksida pada meningkat -Monitor pola napas (seperti bradipnea,
membran alveoulus-  Bunyi napas takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
kapiler menurun Stokes, Biot, ataksik0
-Monitor kemampuan batuk efektif
-Monitor adanya produksi sputum
-Monitor adanya sumbatan jalan napas
-Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
-Auskultasi bunyi napas
-Monitor saturasi oksigen
-Monitor nilai AGD
-Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
-Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

B. TERAPI OKSIGEN (I.01026)


Observasi
-Monitor kecepatan aliran oksigen
-Monitor posisi alat terapi oksigen
-Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
-Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu
-Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
-Monitor tanda-tanda hipoventilasi
-Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelektasis
-Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
-Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Terapeutik
-Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
-Pertahankan kepatenan jalan nafas
-Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
-Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengat tingkat mobilisasi pasien

Edukasi
-Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah

Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
-Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur

Defisit nutrisi setelah di lakukan Manajemen nutrisi


(D0019) perawatan di harapkan (I. 03119)
Definisi: asupan asupan nutrisi membaik Observasi
nutrisi tidak cukup dengan kriteria hasil: -Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi  nafsu makan -Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
kebutuhan meningkat -Identifikasi makanan yang disukai
metabolisme -Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
-Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan
-Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
-Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
-Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
-Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
-Berikan suplemen makanan, jika perlu
-Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

-Edukasi
-Anjurkan posisi duduk, jika mampu
-Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU
2. Pomosi berat badan

observasi
-Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
-Monitor adanya mual dan muntah
-Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi
sehari-hari
-Monitor berat badan
-Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum

Terapeutik
-Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total
perenteral nutritition sesui indikasi)
-Hidangkan makan secara menarik
-Berikan suplemen, jika perlu
-Berikan pujian pada pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang dicapai

Edukasi
-Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namuntetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai