DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Nuraini,S.Kep.,M.Kep
DI SUSUN OLEH :
2022
A. PENGERTIAN
organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut
juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar
matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
(Priscilla, 2012)
B. ETIOLOGI
Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu
tuberkel.(FKUI,2007)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang
yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC
dengan HIV).
C. PATOFISIOLOGI
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis
udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan
berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet
atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun,
infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh
penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan
fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila prosesini
berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan
tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama
Batuk,bersin
Mycobacterium
menetap
Imunitas tubuh
menurun
Infiltrasi setengah
Bronkus
bagian paru
Membentuk sarang
iritasi TB pnemunia Sesak nafas
kecil/sarang primer
Peradangan pada
bronkus Terjadi gesekan
inspirasi,ekspirasi
Distres
Malaise Batuk Pembuluh pernapasan
darah pecah
Nyeri dada
Anoreksia Sekret
kental
Resiko kerusakan
Batuk
pertukaran gas
darah
Bb menurun
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer, dkk (1999: 437), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan Tuberkulosis paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.
b. Pemeriksaan sputum BTA : hanya 30 – 70 % klien yang dapat didiagnosa
dengan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) : uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik
terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux / Tuberkulin : suatu cara untuk mendiagnosis TBC.
e. Tehnik Polymerase Chain Reaction : deteksi DNA kuman secra spesifik
melalu amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dickinson diagnostic instrumen sistem (BACTEC): deteksi
growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikrobakterium Tuberkolosis
g. MYCODOT : deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian di
celupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.
h. Pemeriksaan Radiology : rontgen thorax PA dan lateral, gambaran foto
thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular).
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
4) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.
5) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
6) Bayangan millie (Nurarif, 2015)\
I. PENATALAKSANAAN UMUM
Pengobatan TB Paru menurut Kemenkes RI (2014) yaitu:
a. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis
(OAT)
b. Prinsip Pengobatan
Pengobatan TB Paru dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
dosis cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (Monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi Dosis
Tetap (KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.
1) Tahap Intensif
Pada tahap intensif, klien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tetap,
biasanya klien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu, sebagian besar klien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan, klien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan (Kemenkes RI, 2014).
c. Panduan OAT di Indonesia
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia (Kemenkes RI, 2014) antara lain:
1) Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Edukasi
-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
-Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Terapeutik
-Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
-Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
-Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
-Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Gangguan setelah di lakukan
pertukaran gas perawatan di harapkan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
Definisi:kelebihan gangguan pertukaran gas
atau kekurangan batas normal Observasi
oksigenasi dan/atau dengan kriteria hasil: -Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
eliminasi Dispnea upaya napas
karbondioksida pada meningkat -Monitor pola napas (seperti bradipnea,
membran alveoulus- Bunyi napas takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
kapiler menurun Stokes, Biot, ataksik0
-Monitor kemampuan batuk efektif
-Monitor adanya produksi sputum
-Monitor adanya sumbatan jalan napas
-Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
-Auskultasi bunyi napas
-Monitor saturasi oksigen
-Monitor nilai AGD
-Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
-Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapeutik
-Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
-Pertahankan kepatenan jalan nafas
-Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
-Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengat tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
-Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
-Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Terapeutik
-Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
-Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
-Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
-Berikan suplemen makanan, jika perlu
-Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
-Edukasi
-Anjurkan posisi duduk, jika mampu
-Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU
2. Pomosi berat badan
observasi
-Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
-Monitor adanya mual dan muntah
-Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi
sehari-hari
-Monitor berat badan
-Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
-Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total
perenteral nutritition sesui indikasi)
-Hidangkan makan secara menarik
-Berikan suplemen, jika perlu
-Berikan pujian pada pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
-Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namuntetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan