TUBERCULOSIS PARU
OLEH :
ENTRI SULISTIA PARIRAK
14420212133
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………….) (…………………………….)
Mycobacterium Tuberculosis
Saluran Pernafasan
Alveoulus
Peradangan bronkus
Alveoulus mengalami
kosolidasi dan eksudasi
Terjadi perdarahan
Penumpukan sekret
Peningkatan
Perubahan Intoleransi
suhu tubuh
Terhisap orang Sesak nafas nutrisi kurang aktivitas
sehat dari
kebutuhan
tubuh
Resiko Gangguan pola
penyebaran napas tidak efektif
infeksi Bersihan jalan napas
tidak efektif
Gangguan pola
istirahat tidur
Nyeri 5. Manifestasi Klinik
a. Gejala sistemik/umum
1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada. ( Chandra,2013)
6. Komplikasi
TB Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu 17 :
a. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura,
empiema,laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering
terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya (Nastiti,2015)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin: LED normal / meningkat, limfositosis
b. Tehnik Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
c. Pemeriksaan radiologi: Rontgen thorax PA dan lateral Gambaran foto
thorax yang menunjang diagnosis TB (Goesasi,2011)
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Prinsip
pengobatan TB Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid,
Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama
6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat
dibunuh.
b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
c. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi
adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika
pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan,
pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.(Goesasi,2011)
9. Prognosis
Tergantung pada tempat proses kerusakan serta daya tahan tubuh.
Dengan pemberian anti tuberklosis yang teratur, prognosa sangat baik.
Perlu diingat bahwa penderita-penderita yang mendapat pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi untuk penyakit lain mempunyai resistensi yang
rendah terhadap tuberklosis (limfosit T yang melindungi tubuh terhadap
tuberklosis dirusak oleh kortikosteroid). (Zulkoni, 2012)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan
meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada
semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih rentan
terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki
terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti
merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan
rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini,
pekerjaan hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja
di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan,
sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec.
Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC
apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi
kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa
sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dad
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan
awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah
sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang
menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari
keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat
atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya
dan lamanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Gangguan pola tidur
c. Bersihan jalan napas tidak efektif
d. Nyeri akut
e. Defisit nutrisi
f. Intoleransi aktivitas
g. Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Ada beberapa intervensi yang dapat diambil yaitu : (SIKI, 2018 ; SLKI,
2019) :
TUJUAN/
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
HASIL
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah Manajemen Jalan 1. Mengetahui status
dilakukan Nafas dan kemungkinan
Definisi intervensi Observasi perubahan pada
Inspirasi dan/atau keperawatan 1. Monitor Pola Nafas pola nafas pasien
ekspirasi yang tidak selama 1 x 24 ( Frekuensi,
memberikan ventilasi jam maka pola Kedalaman Dan
adekuat napas membaik Usaha) 2. Adanya bunyi
dengan kriteria 2. Monitor Bunyi Nafas nafas tambahan
Gejala dan tanda mayor hasil : Tambahan biasanya
Subjektif Dispnea 3. Monitor Sputum berkaitan karena
Dispnea menurun adanya hambatan
Objektif Penggunaan Terapeutik pada jalan nafas
Penggunaan oto bantu otot bantu 4. Posisikan Semi- 3. Adanya sputum
pernapasan napas Fowler Atau Fowler yang berlebih
Fase ekspirasi menurun 5. Berikan Minum Air dapat menjadi
memanjang Pemanjanga Hangat hambatan dalam
Pola napas abnormal n fase 6. Lakukan Fisioterapi saluran
(mis takipnea, ekspirasi Dada pernapasan
bradipnea, Frekuensi 7. Berikan Oksigen 4. Mengurangi rasa
hiperventilasi, napas sesak pada pasien
ussmaul, cheyne- membaik 5. Melegahkan
stokes) Kedalaman Edukasi tenggorokan dan
napas 8. Ajarkan Teknik mengencerkan
membaik Batuk Efektif dahak yang ada
Gejala dan tanda minor 6. Mengelurkan
Subjektif secret pada
Ortopnea saluran nafas
Objektif 7. Membantu
Pernapasan pursed-lip mengurangi sesak
Pernapasan cuping pada pasien
hidung 8. Mengeluarkan
Diameter thoraks secret secara
anterior-posterior maksimal
meningkat
Ventilasi semenit
menurun
Kapasitas vital
menurun’
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Ekskursi dada berubah
2 Gangguan Pola Tidur Selama Dukungan Tidur
dilakukan Observasi
Definisi : intervensi 1. Identifikasi pola 1. Mengetahui
Gangguan kualitas dan keperawatan aktifitas pola tidur peubahan pola
kuantitas waktu tidur selama 1 x 24 2. Identifikasi factor aktiftas dan pola
akibat factor eksternal jam maka pla pengganggu tidur tidur
tidur membaik 2. Mengetahui
Penyebab dengan kritria Terapeutik hambatan dan
Hambatan lingkungan hasil : 3. Lakukan prosedur factor pengganggu
Kurangnya kontrol Keluhan untuk meningkatkan tidur
tidur sulit tidur kenyamanan 3. Mengurangi/
Kurangnya privasi menurun mendukung proses
Restrain fisik Keluhan Edukasi sebelum tidur
Ketiadaan teman tidur sering 4. Jelaskan pentingnya
Tidak familiar dengan terjaga tidur cukup selama 4. Memberikan
menurun sakit informasi kepada
peralatan tidur
Keluhan 5. Ajarkan relaksasi otot pasien
Gejala dan tanda mayor : tidak puas autogenic atau cara 5. Mendukung /
Subjektif tidur nonfarmakologi merelasasi sebelum
Mengeluh sulit tidur menurun lainnya tidur
Mengeluh sering Keluhan
terjaga pola tidur
Mengeluh tidak puas berubah
tidur menurun
Mengeluh pola tidur Keluhan
berubah istirahat
Mengeluh istrahat tidak cukup
tidak cukup menurun
Objektif :
Tidak tersedia
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman, 2013, Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia, Jakarta ; Egc
Dhjojodibroto, Darmanto. 2016. Respiratory Medicine. Jakarta: EGC
Goesasi, 2011, Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb. Jakarta: Rineka cipta
Mandal,dkk, 2016, Penyakit Infeksi. Jakarta; Erlangga
Nastiti,2015, Pedoman Nasional Tuberkolosis Anak , Jakarta: UKK
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI