Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS
1. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes,
2010).
Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang
pada struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (Saputra, 2010)
Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Soemantri,
2008)
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru
dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta
ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

b. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet
Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam
15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,
sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2007)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal
dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri
juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan
yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung
meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005).

c. Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terinvasi
a. Tb paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi
menjadi 2 , yaitu
1. TB paru BTA positif
Disebut TB paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS (sewaktu pagi sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen
dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan
gambaran TB aktif
2. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan specimen dahak SPS BTA negative dan
pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif. TB paru
dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdassarkan
tindakan keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas
dianggap berat
TB paru ekstra paru yaitu tuberculosis yang menyebabkan organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung,
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dan alat kelamin. TB paru dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakit yaitu :
a) TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis,
TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin

d. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru
(lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan
sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa
jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan
akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah
dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif
kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan
respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.
e. WOC

Udara tercemar
mycrobacterium Dihirup individu rentan Kurang informasi
tuberculose

Masuk paru Kurang pengetahuan

reaksi inflamasi /peradangan Hipertermi


Mengalami Sekret susah keluar
perkejuan
a

Ketidakefektifan
penumpukan eksudat dalam elveoli
klasifikasi bersihan jalan nafas
Resiko infeksi penyebaran
pada orang lain
Mengganggu produksi sekret
tuberkelperfusi berlebih

meluas

bersin

Penyebaran
hematogen limfogen

Difusi O2

As. Lambung naik

mual, anoreksia

Ketidakseimbangan Resti penyebaran


nutrisi kurang dari infeksi pada diri
kebutuhan tubuh sendiri
f. Manifestasi Klins
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama
berminggu– minggu sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan
penurunan berat badan

g. Komplikasi
a. Hepatitis karena efek terapi obat-obatan
b. TB miliaris
c. Dermatitis
d. Gangguan GI
e. Hiperurisemia
f. Neuritis optika

h. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada tahap aktif penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
4) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster;
urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
5) Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
6) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
7) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi
cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk
rongga, area fibrosa.

i. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru terutama diobati dengan agens kemoterapi selama
periode 6-12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan: isoniasid
(INH), rifampin (RIF), Streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan
Pirasinamid (PZA).
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang
baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, terutama INH,
RIF, PZA selama 4 bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk
tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan).
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
a) Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
b) Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
c) Riwayat penyakit sekarang:
d) Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat- tempat
kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
e) Riwayat penyakit dahulu
f)Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
1) Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
3) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus
harapan.
4) Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi
rumah yang kurang sehingga pertukaran udara kurang, daerah di dalam rumah
lembab, tidak cukup sinar matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
g) Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota
keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka
sehingga sinar matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim menybabkan
pertukaran udara kurang, sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan
imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena sesak nafas,
mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak
nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering berkeringat
pada malam hari.
6) Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, sedangkan
dalam hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan
pendengaran) jarang ditemukan adanya gangguan.
7) Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan dan
kecemasan akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita
menjadi perasaan tak berbedanya dan tak ada harapan
8) Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam hal
hubungan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk menghindari
penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
h)  Pemeriksaan fisik Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
3) Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
  Palpasi   : Fremitus suara meningkat.
  Perkusi      : Suara ketok redup.
  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
4) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
5) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
6) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
7) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari – hari yang kurang meyenangkan.
8) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
9) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveoler-kapiler
c. Risiko deficit nutrisi b.d ketidak mampuan mangapsorsi makanan

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Depkes RI., 2010. Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal 4-6
Chandra B, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Soemantri A, 2008. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencan Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai