5. Patofisiologi
Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui
saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit,
kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu
melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di
bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil
tuberkel
ini
membangkitkan
reaksi
peradangan.
Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria
namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Pathways
6. Komplikasi
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
7. Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang
praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis
umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen
apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.
b. Foto toraks, dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal paada arrea paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer,atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area
fibrosa.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya
kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak
spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di
bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit
mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit
masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.
Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
3) Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu
sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis,
vaksinasi BCG dan Myobacteria patogen lainnya.
8. Penatalaksanaan
Terapi umum. seperti
1. Istirahat
Tidak perlu dirawat inap
2. Diet
Bebas, tetapi TKTP
3. Medikamentosa
Dasar terapi medikamentosa TBC :
a. Kombinasi : Minimal dua macam tuberkulostatika
b. Kontinyu : Makan obat setiap hari
c. Lama : Berbulan-bulan/tahun
d. Bila obat pertama sudah diganti, di anggap sudah resisten
terhadap obat tersebut.
e. Semua obat sebaiknya di berikan dalam dosis tunggal (kecuali
pirazinamid)
Obat pertama (primer) : Tuberkolustatika yang dipakai adalah :
1. Firstline drugs (obat-obat primer)
INH (Isoniazid)
Rifampisin
Ethambutol
Streptomisin
Pirazinamide
2. Second line drugs (bila yang pertama resisten)
Kapreomisin
Sikloserine
Etnahionamide
Viomisin
Kanamisin
3. Alternative drugs
PAS (Para Amino Salicylic Acid)
Thioasetazone
Sekarang banyak di anut tetapi jangka pendek yaitu :
a. INH + Refampicin plus salah satu dari :
Streptomisin
6
Ethamburol
Pirazinamide
Di berikan setiap hari selama 1-2 bulan, dilanjutkan dengan :
b. INH plus salah satu dari :
Rifampisin
Ethambutol
Strepyomisin
Di berikan 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan. Dengan
demikian lamanya pengobatan 6-9 bulan.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
2) Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru
antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
4) Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.
5) Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru yang lain
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesakdesakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi
udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
b) Pola nutrisi dan metabolik
-Perkusi
: Suara ketok redup.
-Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
c) Sistem pengindraan
d) Sistem kordiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
f) Sistem muskuloskeletal
g) Sistem neurologis
h) Sistem genetalia
8) Pemeriksaan Diagnostik
Kultur Sputum
Biopsi jarum pada jaringan paru
Zeihl-Neelsen
Elektrosit
Tes Kulit
GDA
Foto Thorak
Pemeriksaan fungsi Paru
Histologi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret pada jalan napas.
b. Hypertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nitrisi yang tidak adekuat.
d. Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas), dan prognosis
penyakit yang belum jelas.
3. Rencana Asuhan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret pada jalan napas.
Intervensi:
1) Kaji fungi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman,
dan penggunaan otot bantu pernafasan
Rasional: Penurunanan bunyi nafas menunjukkan atelektasis,
ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan
pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu nafas dan peningktan kerja pernafasan
2) Kaji vital sign
Rasional: Vital sign merupakan gambaran keadaan umum klien
dan dapat dijadikan sebagai indikasi untuk pemberian tindakan
keperawatan selanjutnya.
3) Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
Rasional: Memberikan penjelasan akan menambah
pengetahuan klien tentang nyeri
4) Atur posisi baring yang dapat melonggarkan jalan napas.
Intervensi:
1) Kaji suhu tubuh klien
Rasional: Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan
untuk tindakan selanjutnya
2) Beri kompres air hangat
Rasional: Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil
3) Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 2000-3000 cc/hari
Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat
evaporasi
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat
Intervensi:
1) Kaji kebiasaan makan, kesulitan makan
Rasional: Anoreksia sering terjadi karena dispnue atau
produksi sputum dan efek obat batuk
2) Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien
3) Pantau pemasukan makanan
Rasional : Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien
4) Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan
Rasional : kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi
pasien selama dirawat di rumah sakit
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat (diet TKTP)
Rasional: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet
Intervensi
1) Kaji persepsi klien terhadap penyakitnya
Rasional: Persepsi yang positif membantu kerja sama dalam
proses perawatan dan dapat mengurangi kecemasan
2) Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional: Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
3) Anjurkan keluarga untuk selalu dekat dengan pasien
Rasional: Menghilangkan rasa keterasingan sehingga cemas
berkurang
4) Beri dorongan spiritual pada klien
Rasional: Meyakinkan klien, selain dengan pengobatan dan
perawatan masih ada yang berkuasa untuk menyembuhkan
penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
Publishing