“TB PARU”
DI RUANG 26 PARU RSSA MALANG
Oleh :
LORENA SAFITRI
NIM 1610041
PRODI D3 KEPERAWATAN
bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi melalui udara dengan cara inhalasi partikel kecil
(diameter 1-5 mm) yang mencapai alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk,
tertawa, bersin, atau menyanyi (Black & Hawks, 2014). Sedangkan menurut Brunner &
Suddarth, (2013), Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering menegani
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh M. Tuberculosis, yang menyebar hamper ke setiap
bagian tubuh, termasuk menunges, ginjal, tulang, dan nodus limfe, biasanya infeksi terjadi
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Ukuran dari
bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk dari bacteri ini yaitu
batang. Tpis, lurus atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini
mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikrolat). Sifat
dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Selain
itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada
kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa sampai berbulan-bulan namun
bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran udara
(Widoyono, 2011).
2.1.3 Faktor Resiko
Menurut Brunner & Suddarth, (2013), Beberapa faktor risiko untuk menderita TB
adalah:
1. Jenis kelamin
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak ada perbedaan di
2. Status gizi
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB. Faktor ini sangat berperan
3. Sosioekonomi
sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman yang terlampau padat sangat
4. Pendidikan
ketidaksembuhan 5,5 kali lebih besar berbanding dengan orang yang mempunyai tingkat
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting dapat menurunkan
2.1.4 Patofisiologi
Proses infeksi penyakit tuberkulosis dibagi menjadi dua yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder. Infeksi primer adalah waktu pertama kali terinfeksi TB. Kuman TB yang
dalam udara bebas bertahan 1-2 (bergantung pada sinar ultraviolet/sinar UV, ventilasi dan
kelembapan dalam suasana lembap dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Oleh
karena sifat kuman TB ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet maka penularan lebih sering
terjadi pada malam hari. Kuman TB terhisap orang sehat, kemudian menempel pada saluran
nafas dan jaringan paru, kuman TB dapat masuk ke alveoli jika ukuran kurang dari 5 µm,
maka neutrofil dan makrofag akan bekerja dalam hitungan jam untuk memfagosit bakteri
Kuman TB ini tumbuh lambat dan membelah diri setiap18-24 jam pada suhu yang
optimal, dan berkembang biak pada tekana oksigen 140 mmH2O diparu. Kuman TB yang
berada dalam makrofag akan mengalami proliferasi, pada akhirnya proliferasi ini akan
merupakan sel yang memainkan peran penting dalam respon imun, sedangkan Linfosit T
CD8 memiliki peranan penting dalam proteksi terhadap TB. Peran limfosit T CD4
kuman pada lingkungan yang sangat asam, selain itu juga limfosit T CD4 menghasilkan
dinitrogen oksida yang mampu menyebabkan destruktif oksidatif pada bagian-bagian kuman,
2.1.5 Pathway
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tuberkulosis jarang diawali dengan tanda-tanda atau gejala awal yang mencolok.
2) Batuk
3) Berkeringat malam
4) Keletihan
6) Batuk nonproduktif
2.1.5 Klasifikasi
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
c. Hasil pemeriksaan satru spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
pasien, yaitu:
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
2. Kasus kambuh (Relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
3. Kasus setelah putus berobat (Default) adalah pasien yang telah berobat dan putus
4. Kasus setelah gagal (Failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
posistif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus pindahan ( Transfer In) adalah pasien yang di pindahkan dari UPK yang
6. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu:
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat di diagnosis
6. Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplikasi dlam meskipun hanya satu
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan metabolisme asam lemak
8. Mycodot
alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan pada jumlah memadai
a. Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
e. Adanya klasifikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran nafas baah) yang dapat mengakibatkan
e. Penyebaran infeksi ke orang lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal dan sebagainya
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fae
sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat seuai dengan kategori pengobatan, jangan gunakan OAT tunggal
(DOTS= Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat (PMO).
Pada tahap intensif (awal) pzsien dapat mendapat obat setiap hari dan perlu
pengobatan tahp intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar pasien TB
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
2.1.9 Pencegahan
c. Vaksinasi BCG
2.3.1 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Somantri,
2007).
a. Data pasien
b. Riwayat kesehatan
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infitrasi radang sampai setengah paru-paru
4) Keringat malam
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infitrasi radang sampai
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada
foto thoraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diafragma menonjol
keatas
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul
menular.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru. Biasanya ada
penghasilan
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
putus harapan.
g. Faktor pendukung
h. Pemeriksaan fisik
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam.
1. Kepala
anemis, skelra tidak akterik, hidung tidak sianosis, biasanya adanya pergeseran trakea.
2. Thorak
Inspeksi : kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
3. Abdomen
4. Ektermitas atas
Biasanya CTR˃3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.
5. Ektermitas bawah
Biasanya CTR˃3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
i. Pemeriksaan diagnostik
2) Tes tuberkulin : mantoux test reaksi positif (area indukasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam)
3) Foto thorak : infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
TB paru.
Subyektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul, sesak (nafas pendek),
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41°C) Hilang timbul.
2) Pola nutrisi
Obyektif : turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kelingan lemak sub cutan.
3) Respirasi
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipnea (penyakit luas atau fibrosis
parenkin paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris
(effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitusj (cairan pleural), deviasi
4) Rasa nyaman/nyeri
Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri
5) Integritas ego
Subyektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan
tersinggung.
Diagnosa Keperawatan
Amin Z, Bahar A .2014. Tuberkulosis paru. Dalam : Aru W,Sudoyo B S,Idrus A,Marcellus
S,Siti S, ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-6 Jilid I. Jakarta:Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp :
863-71.