Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU
DI RUANG SAPHIRE
RSUD PASIRIAN LUMAJANG

PERIODE TANGGAL 26 JULI – 31 JULI 2021

Oleh :

NAMA : NOVA NOVITARINI


NIM : 192303101034

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PENDAHULUAN
(Hari Pertama Praktik)

1. Konsep Penyakit
A. Definisi
Menurut Tabrani (2010), Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi.
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB
paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan
nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).

B. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik dan
ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara
yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal
ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang
beresiko tinggi.
C. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis, Klasifikasi
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk
2) Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus
3) Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
- Pada tahap dini sulit diketahui
- Ronchi basah, kasar, dan nyaring
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis
- Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas
- Pada kavitas bayangan berupa cincin
- Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
c. Brochografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB
d. Laboratorium
- Darah : Leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : Pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

E. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan
atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
F. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru
adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
G. Patofisiologi terjadinya masalah keperawatan pada penyakit Tuberkulosis
II. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Dasar
A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit
ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yangtinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat
minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar
paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB
diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3tahun.
Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,
kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada
pasien dewasa (sering disertai lubang / kavitaspada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.Poltekkes KemenkesPadang
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang / mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering
sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, beratbadan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagiandada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit.Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TBparu.Biasanya
ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes
Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja,
jumlahpenghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasidengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan / pekerjaan pasien, tidak
bersemangat dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahatdan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit,pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.Suhumungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak adademam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering,
biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dantarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat ronkhi
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidakada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidakada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mmterjadi 48-
72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dinitampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan parukarena
TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafaspendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak(tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC)
hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau /
purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar
limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeksparu,
takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
danpleural),sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris
(effusi pleura),perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan takberdaya/tak ada
harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung

B. Diagnosa Keperawatan Utama


Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1. Definisi/Pengertian
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
2. Batasan Karakteristik
Subjektif :-
Obektif :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih

3. Faktor Yang Berhubungan


fisiologis
1. Spasme jalan nafas
2. Benda asing dalam jalannafas
3. Sekresi yang tertahan
4. Proses infeksi
5. Respon alergi

Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan

C. Planning/Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keprawatan diharapkanmasalah pada jalan nafas dapat
teratasi dengan

Kriteria Hasil
1. Jalan nafas paten
2. Sekret berkurang
3. Frekuensi nafas dalam batas normal
4. Kilen mampu melakuan Batuk efektif
dengan benar

2. Intervensi dan Rasional


Intervensi
Observasi :
- Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas )
- Monitor bunyi nafas tambahan ( mis, gurgling, mengi,wheezing, ronkhi kering )
- Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )

Teraupeutik :
- Pertahankan kapatenan jalan napas dengan head-tilt danchin- lift ( jaw-thrust jika
curiga traumaServikal )
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen , jika perlu

Edukasi :
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidakkontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspetoran,mukolitik, jika perlu

3. Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi (Disertai Rencana Tindakan


Keperawatan sampai intervensi lengkap untuk 1 diagnosa keperawatan
tambahan)
Defisit Nutrisi
1. Definisi :
Asupan nutrisi tidakcukup untuk memenuhi
2. Batasan karakteristik
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : -
Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentangideal

Gejala dan tanda minor :


Subjektif :
1. Cepat kenyang setelahmakan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
3. Faktor yang berhubungan
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmapuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi
6. Faktor pisikologis

4. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keprawatan nutrisi dapat terpenuhi dengan kreteria
hasil.

Kriteria hasil
1. Kekuatan otot mengunyah meningkat
2. Kekuatan otot menelan meningkat
3. Serum albumin meningkat
4. Verbalisasi keinganan untuk meningkatkan nutrisi
5. Pengetahuan untuk memilih makanan yang sehat meningkat
6. Pengetahun untuk memilih minuman yang baik meningkat
7. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat
8. Penyiapan dan penyimpanan makanan meningkat
9. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat
10. Perasaan cepat kenyang menurun
11. Nyeri abdomen menurun
12. Rambut rontok menurun
13. Diare menurun
14. Berat badan membaik
15. Indek masa tubuh (IMT) membaik
16. Frekuensi makan membaik
17. Bising usus membaik
18. Tebal lipatan kulit trisep membaik
19. Membrane mukosa membaik
5. Intervensi
Observasi :
 Identifikasi stataus nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Monitor asupan makan makanan
 Monitor berat bedan
 Monitor hasil pemeriksaan laboraturium

Trapeutik :
 Lakukan oral hygiene seblum makan , jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet, (mis.piramidamakanan )
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan siplemen makanan ,jika perlu
 Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrikjika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis.Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlahkalori dan jenis nutrien
yang di butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
 Price Sylvia, M. Lorainne Wilson 2012, Patofisiologis: Konsep Klinis
ProsesProses Penyakit, edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
 Amin, Z., & Bahar, A. (2009). Pengobatan TB Termutakhir. Buku ajar IPD.
 Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: CV Trans Info Media
 Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
 Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
 Rab, Tabrani. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai