Oleh :
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya
yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena
tidak sesuai dengan yang diinginkan. Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-
fisik individu (NANDA-1,2018).
Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep mdiri yang memiliki
pengertian yaitu kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk dalam hal ini adalah persepsi tentang masa lalu dan
sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi diri (Stuart &
Sundeen, 1998). Dengan demikian pengertian gangguan citra tubuh adalah perasaan
tidak puas terhadap perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan (BMP Keperawatan Jiwa, 2019).
.
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang di
hadapinya
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses di terima
b. Konsep diri adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Gangguan Citra Tubuh adalah transiksi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif
b. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan dan kepanikan
c) Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya Gangguan Citra Tubuh
adalah adanya kekurangan fisik , jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Gangguan Citra Tubuh muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Ciri-ciri dari gangguan citra
tubuh adalah perasaan bersalah/penyesalan, menghukum diri, merasa gagal, gangguan
hubungan interpersonal, mengkritik diri sendiri dan menganggap orang lain lebih baik
dari dirinya (Farida & Yudi 2015).
Manifestasi Klinis
1. Faktor predisposisi
a) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
c) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterap
2. Faktor presipitasi Faktor presipiasi terjadinya gangguan citra diri biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan, bentuk tubuh, kegagalan atau
produktivitas yang menurun (Yosep 2010).
e) Sumber Koping
Cara individu mengatasi proses kehilangan amat bergantung pada sumber
yang tersedia. Sumber koping tersebut dapat berupa kemampuan dan bakat mengatasi
kedukaan, teknik pertahanan, dukungan sosial, dan motivasi. Sumber koping lainnya
adalah dukungan spiritual, keyakinan positif, pemecahan masalah, kemampuan sosial,
kesehatan fisik, sumber materi dan sosial, keluarga, kerabat dekat, dan perawat.
f) Mekanisme Koping
1) Konstruktif
1. Berfokus pada masalah : negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat/saran.
2. Berfokus pada kognitif : perbandingan yang positif, penggantian rewards,
antisipasi.
2) Destruktif
Berfokus pada emosi : Denial, Proyeksi, Represi, Kompensasi, Isolasi
1. Pengkajian
Aspek yang harus digali selama proses pengkajian adalah faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang
dimiliki pasien (Yusuf et al., 2014). Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa
meliputi hal berikut :
1) Identitas, melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang: nama perawat,
nama klien, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan, dan usia.
2) Faktor predisposisi, tanyakan apakah klien pernah mengalami masalah yang menuju
gangguan cittra tubuh menggunakan pengkajian self-concept/selfesteem yang
meliputi:
a) Perasaan cemas/takut
b) Perasaan putus asa/kehilangan
c) Keinginan untuk mencederai
d) Adanya luka/cacat
3) Status mental, meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan,
afek, interaksi selama wawancara, persepsi, dan tingkat konsentrasi.
4) Mekanisme koping, data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
Beri tanda pada kotak koping yang dimiliki pasien, baik adaptif maupun maladaptif.
5) Masalah psikososial dan lingkungan, data didapatkan melalui wawancara pada klien
atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki pasien beri uraian spesifik, singkat,
dan jelas
Pengkajian pada pasien yang gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi, dengan uraian sebagai berikut:
1) Data obyektif yang dapat di observasi :
a) Perubahan dan kurangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi, misalnya
kehilangan fungsi kaki akibat kecelakaan, atau bentuk buka yang berubah akibat
kemoterapi dll.
b) Menyembunyikan/menutupi bagian tubuh yang terganggu dengan agar tidak terlihat
oleh orang lain
c) Menolak melihat bagian tubuh yang mengalami perubahan akibat kehilanagan fungsi
atau bentuk dan struktur
d) Aktivitas sosial menurun dengan tidak mau mengikuti aktivitas yang biasa dilakukan,
menolak mengikuti aktivitas diluar rumah dan mengurung diri dirumah.
2) Data Subjektif :
Data subjektif di dapat darihasil wawancara, pasien dengan gangguan citra tubuh
biasanya mengungkapkan:
a) Penolakan terhadap:
1) Perunahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan ahsil operasi.
2) Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
3) Interaksi dengan orang lain
Biasanya salah satu ungkapan yang diucapkan pasian dengan gangguan citra
tubuh adalah “bagaiman ya saya harus kekantor dengan keadaan seperti ini?”
b) Perasaan tidak berdaya tidak berhaga dan keputusasaan
c) Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
d) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
e) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
Tabel 3 Analisa Data
Data Masalah
Subjektif: Gangguan citra tubuh/gambaran diri
- Pasien mengatakan bagaimana saya
harus bertemu dengan orang lain bila
kaki saya buntung suster.
- Pokoknya saya tidak mau bekerja lagi
malu saya, dimana harga diri saya
dengan kondisi saya yang seperti ini
Objektif :
- Pasien menolak melihat anggota tubuh
yang berubah
- Pasien menolak menjelaskan
perubahan tubuhnya
- Pasien menutupi kaki pasca amputasi
dengan selimut
- Ekspresi wajah murung, atau marah,
suara keras
2. Pohon Masalah
Setelah melakukan analisa data maka seua masalah keperawatan disusan dan dibuat
pohon masalah agar diketahui masalah keperawatan utama( core problem). Berikut
skema pohon masalah keperawatan pada pasien dengan Gangguan Citra Tubuh.
PENYEBAB
- Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. Amputasi, trauma, luka bakar,
obsesitas, jerawat)
- Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
- Perubahan fungsi kognitif
- Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
- Transisi perkembangan
- Gangguan psikososial
- Efek tindakan/pengobatan (mis. Pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
Subjektif
Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
Objektif
Kehilangan bagian tubuh
Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
Subjektif
- Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
- Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
- Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif
- Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
- Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
- Focus berlebihan pada perubahan tubuh
- Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
- Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
- Hubungan sosial berubah
1. Intervensi Keperaatan
Langkah selanjutnya setelah anda menegakkan diagnosis keperawatan adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan:
a. Tujuan
1) Klien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2) Klien dapat meningkatkan penerimaan terhadap cintra tubuhnya
3) Klien dapat mengidentifikasih aspek positif diri
4) Klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
5) Klien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
6) Klian dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa tergangg
Tujuan khusus :
1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
2) Keluarga mengetahui cara mengatasih masalah gangguan citra tubuh
3) Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh
4) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas
keberhasilannya.
Tindakan keperawatan
a) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien
b) Jelaskan pada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh
c) Ajarkan pada keluarga cara merawat pasien
d) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah
e) Memfasilitasi interaksi di rumah
f) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial
g) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien
2. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan. Langkah selanjutnya adalah melakukan
evaluasi keperawatan
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah menurun
dalam sifat, jumlah, asal atau waktu?
b. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan
persetujuan diri, dan persetujuan diri yang lebih besar?
c. Apakah sumber koping pasien sudah di kaji dan di kerahkan secara adekuat
d. Apaka pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi dan
evaluasi diri?
e. Apakah pasien menggunakan respons yang adaptif?
Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh tampak dari
kemampuan pasien untuk:
a. Mengungkapkan persepsi tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini
b. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang cintra
tubunya saat ini
c. Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian
tubuh secara bertahap
d. Mendiskusikan aspek positif diri
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Supinganto, A., Kuswanto, K., Darmawan, D., Paula, V., Marliana, T., Nasution,
R. A., ... & Jaya, M. A. (2021). Keperawatan Jiwa Dasar. Yayasan Kita Menulis.