Oleh :
Rismawati
18301104
PEKANBARU
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut
diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya
secara fisik (Muhith, 2015).
Pada pasien yang mengalami ganggguan citra tubuh, ia akan mempersepsikan tubuhnya tersebut
memiliki kekurangan dan ia tidak dapat menjaga integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan
dengan lingkungan sosial ia akan merasa rendah diri. Misalnya pada pasien yang dirawat dirumah sakit
umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi karena terjadinya perubahan struktur tubuh
karena tindakan invasif, penyuntikan, pemasangan alat kesehatan dan lainnya (Muhith 2015).
Citra tubuh yang positif merupakan suatu persepsi individu yang benar mengenai bentuk tubuh individu
tersebut. Individu tersebut melihat dirinya sendiri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan
menghargai tubuhnya apa adanya. Dan individu tersebut memahami bahwa tubuh atau penampilan fisik
seseorang itu hanya berperan kecil, sehingga ia menerima bentuk tubuhnya yang memiliki keunikan
tersendiri dan tidak membuang waktu untuk memikirkan bentuk tubuhnya dan merasa nyaman dengan
bentuk tubuhnya walaupun individu tersebut mempunyai kekurangan dalam segi fisik (Dewi, 2009).
Citra tubuh yang negatif yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu untuk
mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri kearah kelemahan dan emosional yang dapat
menimbulkan keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri Contohnya, pada pasien yang
mengalami fraktur terbuka akan tampak jelas bentuk luka tersebut sehingga dapat menyebabkan pasien
tersebut merasa malu dan cemas yang menandakan citra tubuh pasien negatif (Suhron, 2017).
a. Faktor Predisposisi
1) Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor
fisik atau jasmani yang lain seperti suhu dingin atau panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik,
lingkungan yang tidak memadai.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Stressor lainnya adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
3) Sosio kultural
Faktor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender, tuntutan peran kerja, harapan peran
budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
5) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
9) Kurang penghargaan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari
2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran
atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan
perannya.
a. Data Objektif
Data objektif yang dapat diobservasi dari pasien gangguan citra tubuh yaitu :
1) Perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun fungsi
b. Data Subjektif
Data subjektif didapatkan dari hasil wawancara, pasien dengan gangguan citra tubuh biasanya
mengungkapkan :
1) Pasien mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas
dengan hasil operasi, ada anggota tubuh yang tidak berfungsi, dan menolak berinteraksi dengan orang
lain.
3) Pasien mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
Beberapa gangguan pada citra tubuh tersebut dapat menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut
(Muhith, 2015) yaitu :
1) Syok psikologis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama
tindakan. Informasi yang banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan
mekasnisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
2) Menarik diri
Pasien menjadi sadar pada kenyataan, tetapi karena ingin lari dari kenyataan maka pasien akan
menghindar secara emosional. Hal tersebut menyebabkan pasien menjadi pasif, tergantung pada orang
lain, tidak ada motivasi dalam perawatan dirinya sendiri.
3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap Setelah pasien sadar akan kenyataan, maka respon
kehilangan atau berduka akan muncul. Dan setelah fase ini pasien akan mulai melakukan reintegrasi
terhadap gambaran dirinya yang baru.
5) Mengungkapkan keputusasaan
Pohon masalah
Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu pada standar praktik
profesional dan standar kerja profesional. Standar praktik profesional tersebut juga mengacu pada
proses keperawatan jiwa yang terdiri dari lima tahap standar, yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (NANDA, 2016).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data (Muhith, 2015). Menurut Stuart dan Laraia dalam Prabowo
(2014), data yang dikumpulkan pada tahap pengkajian meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Isi dari pengkajian meliputi :
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, pendidikan, status
perkawinan, tanggal masuk RS, asuransi, nomor rekam medis, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan pasien.
c. Alasan Masuk
Yang menyebabkan pasien masuk Rumah Sakit dan dirawat Biasanya pasien masuk karena kecelakaan,
fraktur, luka bakar, mengalami penganiayaan fisik.
Biasanya pasien mengalami perubahan kondisi fisik, seperti adanya fraktur, amputasi, luka bakar yang
dapat menimbulkan masalah psikologis pada pasien.
e. Faktor Predisposisi
Biasanya pasien mempunyai riwayat gangguan jiwa, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik atau seksual, kekerasan dalam keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan keluhan fisik yang dirasakan
pasien seperti adanya fraktur.
g. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan mengenai silsilah dan riwayat penyakit pasien dan keluarga.
2) Konsep Diri
a) Citra tubuh
Kaji mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang
tidak disukai. Persepsi pasien terhadap citra tubuhnya dapat positif maupun negatif. Biasanya pasien
yang mengalami gangguan citra tubuh akan memiliki citra tubuh yang negatif.
b) Identitas diri
Kaji mengenai status dan posisi pasien sebelum dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya
serta keunikan yang dimilikinya sesuai dengan jenis kelamin dan posisinya.
c) Harga diri
Kaji mengenai hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien dalam
berhubungan dengan orang lain, ideal diri tidak sesuai harapan, dan penilaian pasien terhadap
pandangan atau penghargaan orang lain terhadap dirinya.
d) Ideal diri
Kaji mengenai harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal, tugas, pekerjaan, lingkungan serta
peran pasien dalam keluarga. Dan harapan pasien terhadap penyakitnya serta adanya kesesuaian antara
harapan dan kenyataan.
e) Peran diri
Kaji mengenai tugas atau peran pasien dalam keluarga, pekerjaan, kelompok masyarakat, kemampuan
pasien dalam melaksanakan fungsi dan perannya, perubahan yang terjadi saat pasien dirawat serta
perasaan pasien terhadap perubahan tersebut.
3) Hubungan Sosial
Kaji mengenai orang penting bagi pasien, upaya yang dilakukan pasien dalam menghadapi masalah,
adanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, keterlibatan pasien mengikuti dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat.
4) Spiritual
Kaji mengenai nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah serta kepuasan pasien dalam menjalankan ibadah.
h. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dan cara pasien menggunakan pakaian yang sesuai dan seperti biasanya,
nilai ketidakmampuan pasien dalam berpenampilan terhadap status psikologis pasien.
2) Pembicaraan
Amati cara pasien dalam berbicara apakah cepat, keras, gagap, sering terhenti, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraaan.
3) Aktivitas motorik
Amati aktivitas motorik pasien apakah lesu, tegang, gelisah, agitasi atau pun tremor.
a) Afek
1. Adekuat merupakan perubahan roman muka yang sesuai dengan stimulus eksternal.
2. Datar merupakan tidak adanya perubahan roman muka saat ada stimulus yang menyenangkan
maupun menyedihkan.
3. Tumpul merupakan reaksi yang timbul ketika ada stimulus emosi yang sangat kuat
5. Tidak sesuai merupakan emosi yang bertentangan atau berlawanan dengan stimulus.
b) Emosi
Kaji mengenai perasaan kesepian, apatis, marah, anhedonia, eforia, depresi, sedih dan cemas yang
dirasakan oleh pasien.
b) Tidak kooperatif : pasien tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan : pasien berkata atau berpandangan yang tidak baik, tidak bersahabat atau tidak ramah.
f) Curiga : pasien menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
6) Persepsi sensori
a) Halusinasi
Kaji apakah pasien mengalami gangguan persepsi halusinasi pendengaran, penglihatan, perabaan,
pengecapan, dan penciuman.
b) Ilusi
c) Depersonalisasi
d) Derealisasi
7) Proses pikir
a) Bentuk pikir
1) Otistik : pasien hidup dalam dirinya sendiri dan cenderung tidak memperdulikan lingkungannya.
2) Dereistik : proses mental pasien tidak diikuti dengan kenyataan, logika dan pengalaman.
b) Arus pikir
3) Kehilangan dan asosiasi : tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam
pembicaraan pasien.
4) Flight of ideas : cara bicara pasien meloncat dari satu topik ke topik lainnya.
5) Bloking : cara bicara pasien terhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali
c) Isi pikir
1) Obsesi merupakan pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha menghilangkannya.
2) Phobia merupakan ketakutan yang patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
3) Hipokondria merupakan keyakinan terhadap gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada
4) Depersonalisasi merupakan perasaan pasien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
5) Ide yang terkait merupakan keyakinan pasien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang
bermakna dan terkait dengan diri pasien
6) Pikiran magis merupakan keyakinan pasien tentang kemampuannya dalam melakukan hal yang
mustahil atau diluar kemampuannya.
7) Waham
(a) Agama, keyakinan pasien terhadap suatu agama yang berlebihan dan diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
(b) Somatik merupakan keyakinan pasien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan keyakinan.
(c) Kebesaran merupakan keyakinan pasien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan
secara berulang-ulang tapi tidak sesuai kenyataan
(d) Curiga merupakan keyakinan pasien bahwa ada orang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya
yang diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
8) Tingkat kesadaran
a) Bingung : pasien tampak bingung dan kacau atau perilaku pasien tidak mengarah pada tujuan
b) Sedasi : pasien mengatakan merasa melayang-layang antara sadar dan tidak sadar
c) Stupor : terjadinya gangguan motorik seperti ketakutan, ada gerakan yang diulang-ulang tetapi pasien
mengerti semua hal yang terjadi diligkungannya.
9) Orientasi
10) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang yaitu tidak dapat mengingat kejadian lebih dari satu bulan.
b) Gangguan mengingat jangka pendek yaitu tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
c) Gangguan mengingat saat ini yaitu tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
d) Konfabulasi yaitu hal yang dibicarakan pasien tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
a) Mudah beralih : perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya
b) Tidak mampu berkonsentrasi : pasien selalu meminta agar pertanyaan yang diajukan diulang karena
tidak dapat menangkap apa yang ditanyakan.
c) Tidak mampu berhitung : pasien tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda
yang nyata.
12) Kemampuan penilaian Kaji mengenai kemampuan pasien dalam menilai situasi, kemudian
bandingkan dengan yang seharusnya
a) Pasien mengingkari penyakit yang dideritanya, yaitu pasien tidak menyadari gejala penyakit serta
perubahan fisik dan emosi pada dirinya dan merasa tidak butuh bantuan orang lain.
b) Pasien menyalahkan hal-hal diluar dirinya dengan menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah.
INTERVENSI KEPERAWATAN
IIntervensi keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh untuk
pasien, diantaranya menjalin hubungan saling percaya, meningkatkan keterbukaan, mengidentifikasi
dan mendiskusikan perubahan yang terjadi pada pasien, mengidentifikasi persepsi pasien terhadap
tubuhya, mendiskusikan persepsi keluarga terkait citra tubuh, dan membuat pernyataan positif
mengenai pasien.
Daftar pustaka
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha Medika.
Irman,Violina, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa 1. Padang : UNP Press.
Bararah dan Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional Jilid 2.
Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.