Anda di halaman 1dari 5

Konsep Citra tubuh

1. Pengertian
Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan
memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa
yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang
aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009). Citra tubuh
membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi
ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain (Potter, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar,
meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran
tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).

2. Gangguan Citra Tubuh


Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh.

3. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :


Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan
menyentuh, bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh,
preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008).
4. Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah
diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien
terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk
mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi
psikologis (respon emosi) pasien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada pasien
melalui penilaian pasien terhadap kondisi tubuhnya paska operasi , penerimaan pasien pada
keadaan sekarang dan dampak operasi terhadap hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat
operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi
terhadap nyeri yang timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien
dengan memperhatikan tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri
pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien terhadap
rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
5. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan
akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa
aktual. Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan
perubahan penampilan (Keliat, 1998).
Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2. Isolasi social : menarik diri
3. Deficit perawatan diri
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber
pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat,
1998). Setelah seluruh tujuan diatas tercapai maka pasien dapat mengintegrasikan pada
konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.
a. SP Pasien Gangguan Citra Tubuh
Tujuan Umum :
o Kepercayaan diri klien kembali normal

Tujuan khusus :
o Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
o Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
o Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
o Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi
o Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan
harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
o Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
o Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
o Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.
o Gunakan protese, wig, kosmetik atau yg lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian
yang baru.
o Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
o Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
o Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh
yang ideal.

Lakukan interaksi secara bertahap


o Susun jadual kegiatan sehari-hari.
o Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga dan
sosial.
o Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran
pentingbaginya.
o Beri pujian thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.
b. SP Keluarga Pasien Gangguan Citra Tubuh
Tujuan umum :
o Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien

Tujuan khusus :
o Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
o Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
o Keluarga mengetahui cara mengatasi.
o Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah gangguan
citra tubu.
o Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
o Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan
o Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas pasien
dan memberikan pujian atas keberhasilannya.

Intervensi
o Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
o Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.

Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.


o Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
o Memfasilitasi interaksi dirumah.
o Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
o Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
6. Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi
melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya termasuk hubungan
interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya
terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba,
melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan mengintegritasikan
perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan
dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan perubahan (Keliat, 1998).
Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut:
a. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi
pada saat pertama terjadinya fraktur maupun setelah post operasi fraktur. Syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan
perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti mengingkari,
menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

b. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi karena
tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif,
tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan maka respon
kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra
tubuh yang baru.

d. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu
perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera
mungkin dilatih (Keliat, 1998).

Anda mungkin juga menyukai