Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

1. PENGERTIAN
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup
keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan
perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan
potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah
kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap
dirinya.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna
dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidak
nyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar
sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual
menghindari kontak dengan bagian tubuh yang berubah dan mengabaikan
kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu
proses perawatan dan penyembuhan serta rehabilitasi dan berkontribusi untuk
meningkatkan isolasisosial (Wald & Alvaro, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman
dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya
penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien
terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan
keluarganya (Kozier, 2004).
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak
mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi
saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering
terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.

b. Perubahan tubuh berkaitan


Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia.
Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang
tidak ideal.

c. Umpan balik interpersonal yang negatif


Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian
sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

d. Standard sosial budaya


Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut
menyebabkan pengaruh padagambaran diri individu, seperti adanya
perasaan minder.

3. ETIOLOGI
1) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
pemasangan, alat di dalam tubuh.
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan.
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
5) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
6) Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik,
pemeriksaan tanda vital, dll)
7) Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)
8) Kekurangan umpan balik positif.
9) Kegagalan yang dirasakan.
10) Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)
11) Perkembangan ego mengalami retardasi
12) Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi
13) Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-
dinamika keluarga.

4. TANDA DAN GEJALA


1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh
4) Persepsi negatif pada tubuh
5) Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6) Mengungkapkan keputusasaan
7) Mengungkapkan ketakutan
8) Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada
keadaan berat badan normal atau sangat kurus.
9) Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah .
10) Kesulitan menerima penguatan positif
11) Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri.
Pengobatan diri.
12) Tidak berpartisipasi pada terapi
13) Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan
obat-obat pencahar dan diuretic, penolakan untuk makan.
14) Kontak mata kurang
15) Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri
setelah episode dari pesta dan memicu perut.
16) Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-
orang lain melihat diri mereka
5. POHON MASALAH

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Kehilangan Anggota Tubuh

5. Mekanisme Koping
1. Kontruksif
a. Berfokus pada maslah : negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat/saran.
b. Berfokus pada kognitif : perbandingan yang positif, penggantian rewards,
antisipasi.
2. Destruktif
Berfokus pada emosi : Denial, Proyeksi, Represi, Kompensasi, Isolasi.
6. Sumber Koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi:
1. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
2. Hobby dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawatan diri
5. Pekerjaan atau posisi
6. Bakat tertentu
7. Kecerdasan
8. Imajinasi dan kreativitas
9. Hubungan interpersonal dengan orang lain
10. Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan sosial
11. Keyakian diri yang positif
KASUS PEMICU IX

M, laki-laki berusia 15 tahun sedang dalam pengobatan untuk osteosarcoma


yang sudah metastase. Selama hampir setahun M mengalami serangkaian
pengobatan yang merupakan uji coba standar terapi untuk pasien kanker.
(chemotherapy pre op, pembedahan, dan chemoterapi pasca op). M Mendapat
tambahan therapy experimental setelah chemotherapy pre op-nya tidak berhasil.
M sangat dekat dengan ibunya dan sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
seminar tentang pengobatan kanker. Selama 3 bulan terakhir kondisi fisik dan
emosi M sudah mulai menurun. Hasil scan terakhir menunjukkan bahwa tumor
masih ada di tulang dan paru-parunya. Ibu M tetap ingin agar anaknya diikutkan
dalam penelitian tentang pengobatan kanker meskipun yang diberikan adalah
uji coba obat untuk memperpanjang hidup anaknya. Dilain pihak, M sudah tidak
ingin lagi mendapatkan terapi apa-apa lagi. Dia mengatakan pada dokter untuk
tidak lagi memberikan apapun pada tubuhnya dan dia ingin meninggal dengan
caranya sendiri. Ibunya masih memaksa dokter untuk melakukan pengobatan
dengan alasan bahwa dia bertanggungjawab terhadap anaknya. Ibunya juga
mengataan bila dokter tidak mau menuruti keinginannya dia akan membawa M
ke dokter lain yang bersedia.
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN

GANGGUAN CITRA TUBUH

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan citra tubuh

3. Tujuan Tindakan Keperawatan

1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya


2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi tubuh yang lain
3) Pasien dpat mengetahui cara cara untuk meningkatka ctra tubuh
4) Pasien dapat melakukan car acara untuk men9ngkatkan citra tubuh
5) Pasien dapat berinterksi dengan orang lain tanpa terganggu

4. Tindakan Keperawatan

1) Bersama pasien mengidentifikasi citra tubuh yang ada meliputi citra tubuh yang
dulu dan ssat ini, mengungkakan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan
pasien terhadap terhadap citra tubuhnya sat ini.
2) Identifikasi Bersama psien potensi fungsi tubuh yang lain yang masih dapat
digunakan, bantu pasien untuk meruba persepsi pasien terhadap citra tubuhnya.
3) Ajarkan pasien cara untuk meningkatkan cirta tubuh :
a) Ganti bagian tubuh yang tidak berfungsi dengan tongkat jalan
b) Dorong untuk melihat bagia yang sakit
c) Dorng untuk menyentuh bagian tersebut
d) Dorong mrlakukan katifitas yang terarah pada pembentukan tubuh
yang ideal
4) Lakukan interaksi
a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
b) Dorong melakukan aktiftas sehari-hari
c) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi.

B. SETRATEGI PELAKSANAAN PERTEMUAN 1 :

Bina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan pasien, aspek positif, melatih
fungsi bagian tubuh yang masih baik.

Orientasi

“Assalamualaikum.. Selamat pagi. Bagaimana keadaan adik M ?” “baiklah kalau begitu


bagaimana kalau kita berbicara mengenai apa yang kamu rasakan sekarang.” Menurut
adek enak nya ngbrol dimana nih? Okeh baik kalau adik maunya disini saja, kita akan
berbicara selama 20 menit ya.”

Kerja

“Bagaimana keadaan kamu sebelum sakit dan saat ini?”(sebelum sakit saya sering
bermian Bersama teman teman, kesekolah Bersama, tapi sekarang saya tidak bisa
melakukannyan lagi karena saya harus ke rs terus menerus, minum obat setiap
hari).”Lalu gimana perasaan kamu saat ini?” dengan keadaa kamu saat ini memang
wajar jika kamu merasa sedih dan menyerah. “Bagaimana dengan harapan kamu
dengan kondisi saat ini?” oke kalau begitu.

Bagian yang mana sih yang sakit saat ini? Ohh ternyata bagian paha kiri. Coba
perkihatkan saya tepatnya disebelah mana nya? Wah disitu ya ternyata. Apakah tidak
sakit kamu pegang seperti itu?” kalau sakit jangan disentuh terlalu keras ya. Berarti
kaki sebelah kanan masih bisa berfungsi dengan baik? “ wah keren sekali. Jika kamu
merasa sulit untuk berjalan, kamu bisa menggunakan tongkat jalan untuk membantu
kamu berjalan. Dengan bantuan tongkat jalan, kamu bisa berangkat kesekolah Bersama
temanmu lagi. Apakah kamu mau saya latih berjalan dengan tongkat? Baiklah, mari
saya bantu. Pertama tama cobalah untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan
tongkat, lalu letakan tongkat di ketiak sebelah kiri. Mari saya bantu berjalan. Wah
hebaatt baru pertama latiham sudah lancar jalannya.
Terminasi

“Bagaimana perasaan kamu setelah mencoba berjalan menggunakan tongkat?” “Saya


juga ikut senang melihat kamu bisa berjalan lagi dengan tongkat itu. Walaupun kamu
masih terlihat sedikit takut tapi kamu hebat.” Baiklah kalau begitu bagaimana jika
besok kita latihan berjalan lagi tapi kita jalannya lebih jauh ya? Oke besok saya akan
menemui kamu jam 9 pagi. Sampai jumpa !
DAFTAR PUSTAKA

Atum, sri. 2018. Modul praktika keperawatan jiwa. Jakarta : AIPViKI

Keliat, budi anna dan akemat. 2009. Model praktik keperawatan profesional jiwa . Jakarta :
ECG

Ns. Nurhalimah. 2016. Modul bahan ajar cetak keperawatan jiwa. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan

Adityasto, irvan tri. 2017. Asuhan keperawatan jiwa klien dengan gangguan citra tubuh pada
stroke non hemoragik di ruang cempaka di rsud dr. Soedirman kebumen. Gombong.
Pada tanggal 27 agustus 2019. Pada laman http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/.pdf

Anda mungkin juga menyukai