Disusun Oleh :
Uun Nurtini
P27901119100
TANGERANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus
Gangguan Citra Tubuh
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Struat & Laraia (2005) bahwa citra tubuh adalah kumpulan dan sikap individu
yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk dalam hal ini adalah
persepsi tentang masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi diri. Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
Sedangkan Keliat BA (1999), mendefinisikan citra tubuh sebagai sikap, persepsi,
keyakinan pegetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara
terus menerus (anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda ) baik masa lalu
maupun sekarang
B. Faktor predisposisi
1. Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti suhu dingin atau
panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yang tidak memadai.
2. Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor lainnya adalah konflik,
tekanan, krisis dan kegagalan.
3. Sosial kultural
Faktor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender, tuntutan peran
kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan
struktur sosial.
4. Perunahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
5. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
6. Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi
7. Faktor predisposisi gangguan harga diri
8. Penolakan dari orang lain.
9. Kurang penghargaan.
10. Pola asuh yang salah
11. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
12. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan (Stuart,2013).
C. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu terdiri dari :
1. Operasi seperti mastektomi, amputasi, luka operasi
2. Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa cocok dalam melakukan perannya.
3. Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
4. Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.
5. Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2013).
E. Rentang respon
Karna Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu ideal diri,harga diri, peran,
identitas dan salah satunya body image. Rentang individu terhadap konsep diri
berflukuatsi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif sampai maladaptif,
berikut rentang respon menurut struart dalam buku principles and practice of
psychiatric nursing 2001:
F. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi menjadi 2 yaitu
mekanisme koping jangka pendek dan mekanisme koping jangka panjang (Keliat,
1998)
1. Koping jangka pendek.
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya :
pemakain obat, ikut musik rock, olahraga berat dan obsesi nonton televisi.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas misalnya ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok,
memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri ata identitas diri yang kabur misalnya: aktivitas yang kompetitif, olahraga,
prestasi akademik, kelompok orang dewasa.
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan misalnya : penjelasan tentang
keisengan akan menurunya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan
orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan keunikan
individu. Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Klien mungkin menjadi anti sosial Individu dengan gangguan konsep
diri pada usia lanjut menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan
diri), yang digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengisar. Dalam
kondisi yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan
penyesuaian sebagai berikut : psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa,
bunuh diri, kriminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan dan
penganiayaan (Keliat, 1998).
No Data Masalah
Objektif :
pasien menolak melihat anggota tubuh
yang berubah
pasien menolak penjelasan perubahan
dirinya
1. Tujuan
a) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
b) Keluarga dapat mengetahui cara mengatasi maslaah gangguan citra tubuh
c) Keluarga mampu merawat pasien gangguan ccitra tubuh
d) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas
keberhasilannya
2. Rencana Tindakan Keperawatan
a) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien
b) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh
c) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien
d) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah
e) Memfasilitasi interaksi di rumah
f) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial
g) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien
VI. Sumber
Keliat,B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN-Basic
Course). Jakarta : EGC
Fadilah Lailatul. 2021. Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa. Jakarta : Poltekkes
Kemenkes Banten
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
Kondisi klien
Data Subjektif :
Orang tua pasien mengatakan pasien sejak setelah operasi menjadi pendiam ,
murung , tidak mau memulai pembicaraan dan bila menjawab hanya seperlunya
Orang tua pasien mengatakan sejak setelah operasi tidak pernah melihat luka
operasi. Pandangan pasien selalu terarah kesebalah kanan
Pasien mengatakan ia merasa menjadi orang yang tidak sempurna
Pasien mengatakan malu bila harus ke kantor dengan kondisi seperti ini
Data Objektif :
Pasien tampak murung
Pasien tidak mau makan
Pasien menolak dikunjungi
Pasien tidak mau menoleh kesebelah kiri
Diagnosa keperawatan : Gangguan Citra Tubuh
Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
Tindakan keperawatan
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya , dulu dan saat ini. Perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini
b. Motivasi pasien untuk melihat atau meminta bantuan keluarga dan perawat untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh seacara bertahap
c. Diskusikan aspek positif diri
d. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh
Disusun Oleh :
Uun Nurtini
P27901119100
TANGERANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat
BA,2006)
b. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan
atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan
harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi
sebagai berikut :
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)
B. Faktor Prespitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba,misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit
fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.( Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.(Townsend,2008)
C. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang
sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan
yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai
orang penting dan berharga.
D. Fase-fase
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak
orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif
membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Situasuonal yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
(Makhripah D & Iskandar, 2012)
b. Kronik
Kronik yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang
negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan
fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)
E. Rentang Respon
Isolasi Sosial
NO DATA MASALAH
SP III P
1. mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. melatih
kemampuan ketiga
3. menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
SP I K
1. mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat
pasien
2. menjelaskan
pengertian, tanda
dan gejala harga
diri rendah yag
dialami pasien
beserta proses
terjadinya
3. menjelaskan cara-
cara merawat
pasien harga diri
rendah.
SP II K
1. melatih keluarga
empraktikkan cara
merawat pasien
dengan harga diri
rendah
2. melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
harga diri rendah
SP III K
1. membantu
keluarga membuat
jadwal aktivitas
dirumah termasuk
minum obat
(discharge
planning)
2. menjelskan follow
up pasien setelah
pulang.
VI. SUMBER
Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama. Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi
2. Jakarta: EGC. Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas. Yogyakarta: EGC.
Proses Keperawatan :
Kondisi Klien :
DS :
Tindakan keperawatan :
Orientasi
1. Salam terapeutik
” Selamat pagi bu, perkenalkan saya perawat Uun yang akan merawat ibu dari pukul
07.00 – 14.00, apakah saya boleh tahu nama ibu siapa dan senang dipanggil apa ?
2. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana keadaan ibu hari ini ? Bagaimana perasaan ibu hari ini ?
3. Kontrak
Topik : Ibu, hari ini kita akan berbincang bincang mengenai kemampuan dan
kegiatan yang sering ibu lakukan
Waktu : Kegiatan hari ini akan dilakukan selama 10 – 15 menit, bagaimana
apakah ibu bersedia ?
Tempat : Baik bu, untuk tempatnya apakah ibu merasa nyaman jika kita
berbincang-bincang disini saja, atau ibu ingin kita berbincang-bincang di
taman bu ?
Tujuan interaksi : Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengidentifikasi kemampuan
yang ibu miliki
Proses Keperawatan :
Kondisi Klien :
DS :
Tindakan Keperawatan :
Orientasi
1. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi bu, saya perawat Uun yang kemarin melakukan kontrak waktu dengan ibu
bahwa hari ini kita akan melakukan kegiatan ibu yang kedua yaitu mencuci piring”
2. Ealuasi/validasi
“Bagaimana keadaan ibu pagi ini ? setalah melakukan kegiatan yang pertama apakah ibu
merasa senang ?
3. Kontrak
a. Topik
“ Ibu hari ini kita akan melakukan kegiatan yang kedua sesuai yang ibu sebutkan
kemarin yaitu mencuci piring, bagaimana apakah ibu bersedia untuk
melakukannya sekarang ?
b. Waktu
“ Baik ibu kegiatan ini memerlukan waktu selama 20 menit apakah iu bersedia?
c. Tempat
“ Ibu kita akan melakukannya di dapur ya bu ?
d. Tujuan Interaksi
Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien yang kedua.
1. Evaluasi
a. Evaluas klien ( Subjektif )
“ Ibu bagaimana perasaan ibu setelah melakukan kegiatan yang kedua”
b. Evaluasi perawat ( objektif)
“ Ibu apakah ibu bisa melakukan apa yang saya katakan lagi”
2. Rencana Tindakan
Baik ibu, jika besok kita akan melakukan kegiatan ibu yang ketiga apakah ibu bersedia ?
3. Kontrak yang akan datang
Topik :
“ Bu, besok kita akan melakukan kegiatan ibu yang ketiga yaitu
membaca buku.
Waktu :
“ Baik, kita akan melakukan kegiatan tersebut pada pukul
08:00 pagi ya bu.
Tempat :
“ Jika ibu bersedia, kita akan melakukan kegiatannya di halaman depan ya bu”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 3
Proses Keperawatan :
Kondisi Klien :
DS :
DO :
Tindakan Keperawatan :
Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu, saya perawat Uun yang kemarin melakukan kontrak waktu dengan ibu
bahwa hari ini kita akan melakukan kegiatan yang ketiga yaitu membaca buku “.
2. Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu pagi ini ? apakah ibu merasa senang setelah melakukan kegitan
yang kedua kemarin ?
3. Kontrak
a. Topik
“ Ibu hari ini kita akan melakukan kegiatan yang ketiga sesuai yang ibu sebutkan
kemarin, yaitu membaca buku, bagaimana apakah ibu bersedia untuk
melakukannya sekarang ?
b. Waktu
“baik ibu kegiatan ini memerlukan waktu selama 10 menit apakah ibu bersedia ?”
c. Tempat
“ Baik ibu sesuai rencana kita kemarin kita akan melakukan kegiatan ini di
halaman depan ya bu”
d. Tujuan interaksi
Untuk mengevaluasi hasil kegitan pasien yang sudah di lakukan.
Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (subjektif )
“ibu bagaimana perasaan ibu setelah melakukan semua kegiatan yang ibu
sukai ?”apakah ibu merasa senang dengan apa yang sudah kita lakukan ?”
b. Evaluasi perawat (Objektif )
“ ibu apakah ibu bisa mengulang kegiatan yang sudah kita lakukan selama 3 hari
ini? “
2. Rencana tindakan
Baik ibu jika ibu sudah bisa melakukan semua kegiatan yang ibu senangi apakah ibu bisa
memasukan semua kegiatan yang sudah kita lakukan selama ini kedalam kegiatan ibu
sehari-hari ?
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Ibu semua kegiatan sudah kita lakukan selanjutnya ibu akan
mengisi jadwal kegiatan harian sesuai dengan kegiatan yang sudah kita
lakukan apakah ibu mampu ?
Waktu : Baik bu, untuk waktunya sendiri ibu bisa melakukannya pagi dan sore
Tempat : Untuk tempat ibu bisa menyesuaikan sesuai dengan kegiatan yang
akan ibu lakukan.