0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan19 halaman
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan emosional pasien dengan menggunakan teknik seperti mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, dan mengajukan pertanyaan terkait. Teknik khusus diperlukan untuk berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran, seperti menggunakan bahasa isyarat atau menulis. Konsultasi dengan ahli terapi bahasa atau audiologi dapat memb
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan emosional pasien dengan menggunakan teknik seperti mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, dan mengajukan pertanyaan terkait. Teknik khusus diperlukan untuk berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran, seperti menggunakan bahasa isyarat atau menulis. Konsultasi dengan ahli terapi bahasa atau audiologi dapat memb
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan emosional pasien dengan menggunakan teknik seperti mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, dan mengajukan pertanyaan terkait. Teknik khusus diperlukan untuk berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran, seperti menggunakan bahasa isyarat atau menulis. Konsultasi dengan ahli terapi bahasa atau audiologi dapat memb
Disusun oleh : Andini Rahmayani Cecep Cipta Wiwaha Evangelin Ayu Usmawati Khilda Najah Fadilah Nurhaeni Siti Badriyah KOMUNIKASI TERAPEUTIK komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. (purwanto, 1994) Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien (Stuart G.W. 1998). maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. TUJUAN
1. komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi
klien ke arah yang lebih positif atau adaptif. 2. kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. 3. peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. 4. rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Fase – fase Dalam Komunikasi Terapeutik
1. Fase prainteraksi / tahap persiapan
2. Fase perkenalan / orientasi 3. Fase kerja 4. Fase terminasi Sikap Komunikasi Terapeutik
1. sikap berhadapan. 2. sikap mempertahankan kontak mata. 3. sikap membungkuk ke arah klien 4. sikap mempertahankan sikap terbuka 5. sikap tetap rileks. Teknik Komunikasi Terapeutik
stuart dan sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi
terapeutik sebagai berikut : 1. mendengarkan dengan penuh perhatian 2. menunjukkan penerimaan 3. menanyakan pertanyaan yang berkaitan 4. mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata – kata sendiri 5. mengklasifikasi 6. memfokuskan 7. menyatakan hasil observasi 8. menawarkan informasi 9. diam 10. meringkas 11. memberi penghargaan 12. memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan 13.menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan 14.menempatkan kejadian secara berurutan 15.memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya 16.refleksi Factor – factor Komunikasi Teraupetik
purwanto, (1994) menjelaskan faktor – faktor penghambat dalam
proses komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut : 1. kemampuan pemahaman yang berbeda 2. pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu 3. komunikasi satu arah 4. kepentingan yang berbeda 5. memberikan jaminan yang tidak mungkin 6. memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita 7. membicarakan hal – hal yang bersifat pribadi 8. menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya. 9. memberikan kritik mengenai perasaan penderita 10.menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan 11.terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan 12.memperlihatkan sifat jemu, pesimis Komunikasi Pada Klien dengan Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu : 1. Conductive hearing Loss 2. Sensorineural hearing loss 3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran) Berdasarkan kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi : 1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB) 2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB). 3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB). 4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB). 5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB intervensi untuk berkomunikasi dengan pasien dengan hilang pendengaran
gunakan metode yang paling berhasil untuk pasien anda: alat bantu dengar, bahasa isyarat, kata – kata tertulis, atau menyesuaikan volume suara anda. hadirkan interpreter (juru bahasa) atau anggota keluarga untuk menjelaskan metode berkomunikasi pasien dan rujuklah ke ahli audiologi, bila perlu. bantu pasien menggunakan alat bantu dengar dan nilailah apakah alat bantu dengar bekerja dengan baik. bicaralah dengan nada sedang dan merata: jangan berteriak menghadap ke pasien saat berbicara sehingga ia dapat melihat gerakan mulut dan ekspresi wajah. berkonsultasilah dengan ahli terapi wicara/ ahli audiologi untuk mempelajari strategi komunikasi terbaik untuk setiap pasien. Tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan pada klien dengan ganguan pendengaran :
1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien
atau memposisikan diri di depan klien. 2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda. 3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim. 4. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum Anda mulai berbicara. 5. Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda mungkin terkejut orang tersebut. 6. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet. 7. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda akan lebih sulit untuk mengerti. 8. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan. 9. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan. 10. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol). 11. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang. Juga periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai bekerja. Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih memiliki kesulitan mendengar, mencari tahu kapan dia terakhir memiliki evaluasi pendengaran. 12. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara. 13. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin ketika melakukan pembicaraan. 14. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. 15. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih mudah untuk mengerti. 16. Menulis pesan jika perlu.