Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 1 :

RANA OKTAVIANI
LISDA TULJANAH
ASY SYIFA ROHMAH
NURHASANAH
MUHAMMAD RAHMAN HAKIM
FARIDA AINUR ROHMAH
DAFFA FAHRIYAH AMIR
NADIA EKAWATI
FARID HIDAYATULLOH

KELAS 7A REGULER
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

K O M U N I K A S I PA D A L A N S I A
DEFINISI

Komunikasi efektif pada lansia adalah


komunikasi interpersonal yang sangat
Lansia adalah seseorang yang usianya
penting dalam membangun hubungan
telah mencapai 60 tahun ke atas. Menua
yang baik antara perawat dan lansia di
bukanlah suatu penyakit, melainkan
sebuah panti jompo. Melalui
proses yang berangsur-angsur
komunikasi interpersonal, perawat
mengakibatkan perubahan kumulatif
dapat mengetahui bagaiana membentuk
dan merupakan proses menurunnya
hubungan yang baik dengan orangtua,
daya tahan tubuh dalam menghadapi
menyebabkan rasa nyaman untuk
rangsangan dari dalam dan luar dirinya
orangtua di saat menghabiskan hari-
harinya di sebuah panti jompo. 
PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA
DALAM KONTEKS KOMUNIKASI

1. Pendekatan fisik
2. Pendekatan psikologis
3. Pendekatan sosial
4. Pendekatan spiritual
TEKNIK KOMUNIKASI DENGAN LANSIA

1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik


2. Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapakan pesan-pesan
verbal dan merupakan metode primer yang non verbal.
3. Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapakan pesan-pesan
verbal dan merupak    metode primer yang non verbal.
4. Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan   diberikan.
5. Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
6. Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
7. Secara periodic mengklarifikasi pesan.
8. Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong
untuk berfokus pada informasi.
9. Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
PROSES KOMUNIKASI PADA LANSIA

1. Perawat membuka wawancara dengan 7. perawat harus memperhatikan respons pasien


memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dengan mendengarkan dengan cermat dan
dan lama wawancara. tetap mengobservasi.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk 8. Tempat mewancarai diharuskan tidak pada
menjawab, berkaitan dengan pemumduran tempat yang baru dan asing bagi pasien.
kemampuan untuk merespons verbal. 9. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien harus dibuat senyaman mungkin.
sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya. 10. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas kondisi yang sensitif terhadap suara
karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir berfrekuensi tinggi atau perubahan
abstrak. kemampuan penglihatan.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan 11. Perawat harus mengonsultasikan hasil
perhatian dengan memberikan respons wawancara kepada keluarga pasien atau orang
nonverbal, seperti kontak mata secara langsung lain yang sangat mengenal pasien.
duduk, dan menyentuh pasien. 12. Memerhatikan kondisi fisik pasien pada waktu
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi wawancara.
tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang
ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien
memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
METODE KOMUNIKASI PADA LANSIA

1. Duduk tegak, rileks, dan menghadapkan lansia secara muka


dengan muka. Posisi ini menunjukkan “saya siap dan mau
mendengarkan”.

2. Mempertahankan kontak mata.

3. Tubuh perawat atau pemberi asuhan sedikitmembungkuk


atau sikap menghormat ke arah lansia.

4. Mempertahankan sikap tubuh yang terbuka.

5. Mempertahankan posisi tubuh yang rileks, memang sulit


untuk mempertahankan posisi tubuh yang rileks penuh
karena mendengarkan dengan seluruh “dirinya” perawat
sudah mengeluarkan banyak tenaga. Akan tetapi, suasana
tegang dapat dicegah dengan memberi sedikit waktu
sebelum perawat memberi tanggapannya, memberi waktu
untukm berdiam sejenak, dam menggunakan isyarat yang
tepat dan membantu.
STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
YANG MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI.

A. Teknik komunikasi yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi


dengan lansia yang mengalami gangguan penglihatan :

1. Perawat sedapat mungkin mengambil posisi yang dapat dilihat oleh klien
lansia, bila ia mengalami kebutaan parsial atau memberitahu secara verbal
keberadaan atau kehadirannya.
2. Perawat menyebutkan identitasnya dan menyebutkan nama secara perannya.
3. Perawat berbicara dengan menggunakan nada suaea normal karena kondisi
lansia tidak memungkinnya menerima pesan nonverbal secara visual.
4. Nada suara perawat memegang peranan besar dan bermakna bagi lansia.
5. Jelaskan alasan perawat menyentuh sebelum melakukan sentuhan pada lansia.
6. Ketika perawat akan meninggalkan ruangan atau hendak memutus
komunikasi atau pembicaraan, informasikan kepada lansia.
7. Orientasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
8. Orentasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
9. Orientasikan lansia pada lingkungannyabila lansia dipindahkan ke lingkungan
yang asing baginya.
STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
YANG MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI.

B. Teknik komunikasi yang dapat digunakan ada klien lansia dengan gangguan
pendengaran :

1. Orientasikan kehadirat perawat dengan menyentuh lansia atau memposisikan diri di


depannya.
2. usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan berbicara dengan perlahan untuk
memudahkan lansia membaca gerak bibir perawat.
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan pertahankannya sikap tubuh
serta mimik wajah yang lazim.
4. Jangan melakukan pembicaraan ketikam perawat sedang mengunyah sesuatu (misalnya
permen).
5. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan dan perawat mampu
melakukannya.
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, sampaikan pesan dalam bentuk
tulisan atau gambar (simbol).
STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
YANG MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI.

C. Berikut yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia


yang mengalami gangguan wicara:

1. Perawat memerhatikan mimik dan gerak bibir lansia.


2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan lansia.\
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
4. Memerhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
5. Bila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
6. Bila memungkinkan, hadirkan orang yang biasa berkomunikasi lisan
dengan lansia untuk menjadi mediator komunikasi.
STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
YANG MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI.

D. Berikut yang perlu hal-hal diperhatikan dalam berkomunikasi


dengan lansia yang mengalami gangguan kesadaran:

1. Perawat harus hati-hati ketikam melakukan pembicaraan verbal


dekat dengan lansia karena ada keyakinan bahwa organ
pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan
kemampuan menerima rangsangan pada individu yang tidak sadar.
2. Perawat harus mengambil asumsi bahwa lansia dapat mendengar
pembicaraan kita.
3. Perawat harus memberi ungkapan verbal sebelum menyentuh lansia.
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu lansia berfokus pada komunikasi yang dilakukan.
STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
YANG MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI.

E. hal-hal diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia


yang mengalami penurunan daya ingat:

1. Lupa kejadian yang baru saja dialami


2. Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
3. Kesulitan dalam berbahasa.
4. Disorientasi waktu dan tempat.
5. Tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang
tepat.
HAMBATAN BERKOMUNIKASI
DENGAN LANSIA
1. Agresif 2. Non Asertif
Sikap agresif dalam berkomunikasi Tanda-tanda dari sikap non asertif ini
adalah  :
biasanya ditandai dengan perilaku-
• menarik diri bila diajak berbicara
perilaku dibawah ini :
• merasa tidak sebaik orang lain atau
• berusaha mengontrol dan rendah diri
mendominasi orang lain • merasa tidak berdaya
(lawanbicara) • tidak berani mengungkapkan keyakinan
• meremehkan orang lain • membiarkan orang lain membuat
keputusan untuk dirinya
• mempertahankan haknya dengan
• tampil diam atau pasif
menyerang orang lain
• mengikuti kehendak orang lain
• menonjolkan diri sendiri • mengorbankan kepentingan dirinya untuk
• mempermalukan orang lain di menjaga ghubungan baik dengan orang
depan umum, baik dengan lain
perkataan maupun tindakan
KESIMPULAN

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengruhi tingkah


laku manusia, sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan
dipelihara terus menerus.  Perawat sebagai komponen yang penting
dan orang yang terdekat dengan klien sangat dituntut untuk manpu
berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun non verbal.

Kondisi lansia yang mengalami perubahan dan penurunan baik


struktur anatomisnya maupun fungsi dari organ tubuhnya, untuk itu
agar mampu berkomunikasi dengan lansia dengan baik, perawat
perlu memahami tentang karakteristik lansia, pengunaan teknik
komunikasi yang tepat, dan model-model komunikasi yang
memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA

• Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keperawatan gerontik. Penerbit Andi.


• Nugroho, H. W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. EGC.

Anda mungkin juga menyukai