Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI PADA LANSIA

Atika Jatimi, S.Kep., Ns., M.Kep


DEFINISI
Komunikasi efektif pada lansia adalah komunikasi
interpersonal yang sangat penting dalam
membangun hubungan yang baik antara perawat
dan lansia di komunitas maupun di instansi
pelayanan kesehatan khusus lansia. Melalui
komunikasi interpersonal, perawat dapat
mengetahui bagaimana membentuk hubungan yang
baik dengan orangtua, menyebabkan rasa nyaman
untuk orangtua di saat menghabiskan hari-harinya
di komunitas maupun di instansi pelayanan
kesehatan khusus lansia.
Untuk membentuk efektivitas komunikasi
interpesonal, khususnya antara perawat dengan
lansia, lima aspek yang harus dipertimbangkan,
yaitu :
• Keterbukaan
• Empati
• Perilaku Positif
• Sikap Mendukung
• Kesetaraan
Komunikasi Terapeutik
Ciri hubungan atau komunikasi terapeutik adalah berpusat pada
klien lansia, menghargai klien lansia sebagai individu yang
unik dan bebas, serta meningkatkan kemampuan klien lansia
untuk berpartisipasi dengan aktif dalam mengambil
keputusan mengenai pengobatan dan perawatnnya.

Selain itu, juga dengan menghargai keluarga, kebudayaan,


kepercayaan, nilai-nilai hidup, dan hak asasi dari lansia.
Perawat harus menghargai privasi dan kerahasiaan klien
lansia, saling percaya, dan saling menerima. Hubungan
membantu ini akan lebih efektif apabila ada rasa saling
percaya dan saling menerima antara perawat atau pemberi
asuhan dengan lansia.
Continue
Selain itu, perawat sebagai pemberi asuhan harus
menunjukkan rasa peduli pada kliennya (lansia)
dan mau membantunya. Seseorang perawat atau
pemberi asuhan yang mendengarkan klien lansia
tidak saja memakai telinganya tetapi seluruh
eksistensi dirinya. Perawat atau pemberi asuhan
memfokuskan seluruh perhatiannya tidak pada
apa yang disampaikan lansia, tetapi bagaimana
lansia itu menyampaikannya.
Proses Komunikasi pada Lansia
• Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
• Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab,
berkaitan dengan pemumduran kemampuan untuk merespons
verbal.
• Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya.
• Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia
kesulitan dalam berfikir abstrak.
• Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respons nonverbal, seperti kontak mata secara
langsung duduk, dan menyentuh pasien.
• Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda
kepribadian pasien dan distress yang ada.
Continue
• Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
• perawat harus memperhatikan respons pasien dengan
mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
• Tempat mewancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan
asing bagi pasien.
• Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
• Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang sensitif
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.
• Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga
pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
• Memerhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
Metode Komunikasi pada Lansia
Perawat atau pemberi asuhan harus dapat menunjukkan kesiapan
mendengarkan klien lansia. Kesiapan ini ditunjukkan dengan :
• Duduk tegak, rileks, dan menghadapkan lansia secara muka dengan
muka. Posisi ini menunjukkan “saya siap dan mau mendengarkan”.
• Mempertahankan kontak mata.
• Tubuh perawat atau pemberi asuhan sedikitn membungkuk atau sikap
menghormat ke arah lansia.
• Mempertahankan sikap tubuh yang terbuka.
• Mempertahankan posisi tubuh yang rileks, memang sulit untuk
mempertahankan posisi tubuh yang rileks penuh karena mendengarkan
dengan seluruh “dirinya” perawat sudah mengeluarkan banyak tenaga.
Akan tetapi, suasana tegang dapat dicegah dengan memberi sedikit waktu
sebelum perawat memberi tanggapannya, memberi waktu untukm
berdiam sejenak, dam menggunakan isyarat yang tepat dan membantu.
Strategi Komunikasi dengan Lansia yang
Mengalami Penurunan Fungsi.
A. Teknik komunikasi yang perlu diperhatikan selama
berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan
penglihatan :
• Perawat sedapat mungkin mengambil posisi yang dapat dilihat oleh klien
lansia, bila ia mengalami kebutaan parsial atau memberitahu secara verbal
keberadaan atau kehadirannya.
• Perawat menyebutkan identitasnya dan menyebutkan nama secara perannya.
• Perawat berbicara dengan menggunakan nada suaea normal karena kondisi
lansia tidak memungkinnya menerima pesan nonverbal secara visual.
• Nada suara perawat memegang peranan besar dan bermakna bagi lansia.
• Jelaskan alasan perawat menyentuh sebelum melakukan sentuhan pada
lansia.
• Ketika perawat akan meninggalkan ruangan atau hendak memutus
komunikasi atau pembicaraan, informasikan kepada lansia.
• Orientasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
• Orentasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
• Orientasikan lansia pada lingkungannyabila lansia dipindahkan ke
lingkungan yang asing baginya.
B. Teknik komunikasi yang dapat digunakan ada klien
lansia dengan gangguan pendengaran :
• Orientasika kehadirat perawat dengan menyentuh lansia atau
memposisikan diri di depannya.
• usahakan menggunakan bahsa yang sederhana dan berbicara
dengan perlahan untuk memudahkan lansia membaca gerak
bibir perawat.
• Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan
pertahankannya sikap tubuh serta mimik wajah yang lazim.
• Jangan melakukan pembicaraan ketikam perawat sedang
mengunyah sesuatu (misalnya permen).
• Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan
gerakan sederhana dan perlahan.
• Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan dan
perawat mampu melakukannya.
• Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan,
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
C. Berikut yang perlu diperhatikan dalam
berkomunikasi dengan lansia yang mengalami
gangguan wicara:
• Perawat memerhatikan mimik dan gerak bibir lansia.
• Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan
mengulang kembali kata-kata yang diucapkan lansia.\
• Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas
terlalu banyak topik.
• Memerhatikan setiap detail komunikasi sehingga
pesan dapat diterima dengan baik.
• Bila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
• Bila memungkinkan, hadirkan orang yang biasa
berkomunikasi lisan dengan lansia untuk menjadi
mediator komunikasi.
D. Berikut yang perlu hal-hal diperhatikan dalam
berkomunikasi dengan lansia yang mengalami
gangguan kesadaran:
• Perawat harus hati-hati ketika melakukan pembicaraan
verbal dekat dengan lansia karena ada keyakinan bahwa
organ pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan kemampuan menerima
rangsangan pada individu yang tidak sadar.
• Perawat harus mengambil asumsi bahwa lansia dapat
mendengar pembicaraan kita.
• Perawat harus memberi ungkapan verbal sebelum
menyentuh lansia.
• Upayakan mempertahankan lingkungan setenang
mungkin untuk membantu lansia berfokus pada
komunikasi yang dilakukan.
E. Berikut yang perlu hal-hal diperhatikan
dalam berkomunikasi dengan lansia yang
mengalami penurunan daya ingat:
• Lupa kejadian yang baru saja dialami
• Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-
hari.
• Kesulitan dalam berbahasa.
• Disorientasi waktu dan tempat.
• Tidak mampu membuat pertimbangan dan
keputusan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai