NIM: PO.71.20.3.20.047 Kelas: Tk.1B MK: Komunikasi Dosen: Intan Kumalasari, APP, M.Kes Pengertian Pasien Berkebutuhan Khusus Pasien Berkebutuhan khusus adalah seorang dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Istilah lainnya, pasien berkebutuhan khusus ialah
orang yang luar biasa dan orang cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. A.TUNANETRA Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan masih mempunyai sisa penglihatan (low visioan). Alat bantu untuk mobilitas tunanetra menggunakan tongkat khusus, yaitu tongkat berwarna putih dengan garis merah horisontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan. Agar komunikasi dengan pasien tunanetra dapat lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1.Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara 2.Periksa lingkungan fisik. 3.Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi. 4.Komunikasi pesan secara singkat. 5.Komunikasi hal-hal yang berharga saja. Tiap klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan teknik komunikasi yang berbeda, yaitu: 1.Mendengarkan dengan penuh perhatian 2.Menunjukkan penerimaan 3.Menanyakan pertanyaan yang berkaitan 4.Mengulang ucapan klien dengan menguunakan kata-kata sendiri 5.Klarifikasi 6.Memfokuskan 7.Menawarkan informasi 8.Diam 9.Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya B.TUNA WICARA
Tunawicara dan gangguan bicara,
adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. Bisu disebabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita suara, paru-paru, mulut, lidah, dan sebagainya. Alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan klien tunawicara: 1.Papan tulis dan spidol 2.Papan komunikasi dengan kata, huruf, gambar yang umum untuk menujukkan kebutuhan dasar, alarm pemanggil, bahasa isyarat. 3.Pengguna kedipan mata atau gerakan jari untuk respon sederhana (“Ya” dan “Tidak”). Pada saat berkomunikasi dengan klien tunawicara, hal-hal berikut perlu diperhatikan: 1.Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien. 2.Mengendalikan pembicaraan supaya tidak terlalu banyak topik. 3.Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan. 4.Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik. 5.Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol 6.Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk mediator komunikasi. Teknik dalam berkomunikasi dengan klien tunawicara: 1.Dengarkan dengan penuh perhatian, kesabaran, dan jangan menginterupsi. 2.Ajukan pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban “Ya” atau “Tidak”. 3.Berikan waktu untuk terbentuknya pemahaman dan respon. 4.Gunakan petunjuk visual (Kata-kata, gambar, dan objek). 5.Hanya izinkan satu orang untuk berbicara pada satu waktu. 6.Jangan berteriak atau berbicara terlalu keras, beritahu klien jika anda tidak mengerti. 7.Bekerja sama dengan ahli terapi bicara jika dibutuhkan. C.TUNA RUNGU
Tunarungu adalah seseorang yang memiliki
hambatan dalam fungsi pendengarannya. Kondisi ini bisa berlangsung hanya sementara atau permanen. Bagi Anda yang hidup bersama penderita tunarungu, tentu saja akan memerlukan bentuk komunikasi khusus agar maksud pembicaraan bisa tersampaikan dengan baik. Berdasarkan kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi: 1.Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB) 2.Gangguan pendengaran ringan (41-55dB) 3.Gangguan pendengaran sedang (56-70dB) 4.Gangguan pendengaran berat (71-90dB) 5.Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (diatas 91dB) Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien tunarungu: 1.Periksa adanya bantuan pendengaran dan kacamata. 2.Kurangi kebisingan. 3.Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan. 4.Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda. 5.Jangan mengunyah permen karet. 6.Bicara padavolume suara normal, jangan berteriak. 7.Susun ulang kalimat anda jika kien salah mengerti. 8.Sediakan penejemah bahasa isyarat jika diindikasikan. Teknik –teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran 1.Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri didepan klien. 2.Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda. 3.Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim. 4.Pastikan bahwa individu melihat anda pendekatan, jika kehadiran anda mngkin membuat terkejut orang tersebut. 5.Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya, makanan atau permen karet. 6.Gunakan bahasa pantonim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan. 7.Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan. 8.Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak.