OLEH:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala
rahmat dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“KATARAK” yang disusun dan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Mahasiswa
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian katarak.
2. Menjelaskan etiologi katarak.
3. Menjelaskan patofisiologi katarak.
4. Menjelaskan web of caution katarak.
5. Menjelaskan manifestasi klinik katarak.
6. Menjelaskan klasifikasi katarak.
7. Menjelaskan pengobatan katarak.
8. Menjelaskan asuhan keperawatan katarak.
1.4 Manfaat
Menjelaskan dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
2.2 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur
60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
- Faktor keturunan.
- Cacat bawaan sejak lahir.
- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
- Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
- Gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
- Rokok dan Alkohol
- Operasi mata sebelumnya.
- Trauma (kecelakaan) pada mata.
- Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
-
2.3 Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
2.3.1 Katarak Kongenital:
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir,
dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan
ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada
saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi
sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia 1
tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan
lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme
oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil
yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan
leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma,
endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi
di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau
serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah
dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya
dilakukan pada usia 2 bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca bedah
pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi
afakia.
b) Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal.
Tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik
mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium
imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium
intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c) Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga
mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan
lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow
negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler
(Tehnik Lama).
d) Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
a. Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan
menipis disebut Shrunken katarak
b. Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami
perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut Morganian katarak. Operasi
pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi
komplikasi.
Tabel Perbedaan stadium katarak senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur
2.6 WOC
koagulasi
Katarak
Pembedahan
Gangguan rasa
Luka Post OP nyaman nyeri
Kurang Informasi
Perawatan Kurang
Optimal
MK : Defisit
Pengetahuan
MK : Gangguan
Proses Inflamasi Persepsi Sensori
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Katarak
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 - 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
2.8 Pengobatan Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan :
2.8.1 Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Dengan tekhnik
ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa
bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah
rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak
imatur, yang masih memiliki zonula zinn.
2.8.2 Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Tekhnik
yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa
dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks
dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini
dapat timbul penyulit katarak sekunder.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi
kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien
meningkat.
Kerugian :
- Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi/ditolak oleh tubuh.
- Tehnik operasi lebih sukar/canggih.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Snellen chart: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus
humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
EKG, kolesterol serum, lipid
Tes toleransi glukosa : kontrol DM
Keratometri.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC:
Jakarta.
Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta
Artikel. Gejala Klinis Dan Penatalaksanaan Katarak Senilis Matur Pada Usia
Lanjut.www.gogle.com
Ilya, Prof. Dr. H. Sidarta, (2004), Ilmu Perawatan Mata,Sagung Seto : Jakarta