Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN KEHAMILAN

Kelompok 3
Anggota :

1. Neng Novi Husna S (P27901119035)


10. Rizki Sabani (P27901119044)
2. Nida Nuroktaviani (P27901119036)
11. Rofikoh Lanjar (P27901119045)
3. Nurhalimah (P27901119037)
12. Rospita Sari (P27901119046)
4. Nur Hudriyah Dewi (P27901119038)
13. Shofie Awalia (P27901119047)
5. Putri Shahnaz (P27901119039)
14. Siti Khopipah (P27901119048)
6. Rani Oktaviani (P27901119040)
15. Tsara Hanan (P27901119049)
7. Reno Oktaviansyah (P27901119041)
16. Wanda Sofiyatun (P27901119050)
8. Rika Oktoviani (P27901119042)
17. Yuli Antika (P27901119051)
9. Rista Agistari (P27901119043)
Pengetian pendarahan dalam
kehamilan
 Perdarahan saat hamil merupakan kondisi yang cukup sering terjadi
pada trimester awal kehamilan. Sekitar 20 persen wanita hamil
pernah mengalami perdarahan saat hamil, khususnya pada 12
minggu pertama kehamilan. Kondisi ini tidak selalu menandakan
adanya masalah yang serius dalam kehamilan. Namun jika
mengalaminya, ibu hamil disarankan untuk beristirahat dan hindari
bepergian jauh atau naik motor di jalan yang tidak mulus.
Macam- macam
Pendarahan

1. E.T Abortus
 Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, yakni pada usia kehamilan 22 minggu atau jika berat janin kurang dari 500 gram. Namun,
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) sendiri mendefinisikan abortus jika terjadi
pada 13 minggu pertama kehamilan. Abortus sering disebut juga keguguran atau early pregnancy loss
 Penyebab abortus belum diketahui dengan pasti, namun diduga berkaitan dengan kelainan
kromosom janin. Kelainan kromosom menyebabkan kegagalan implantasi akibat peningkatan
reaksi sistem imun ibu terhadap janin dan terganggunya perkembangan plasenta sehingga
terjadi apoptosis.
 Pasien dengan abortus dapat datang dengan gejala awal kehamilan seperti terlambat menstruasi dan
tes kehamilan positif, kemudian pasien datang karena perdarahan pervaginam dan nyeri perut bawah
abortus mengancam/imminens

 Diagnosis abortus dapat dibagi lagi menjadi abortus insipiens,


beberapa klasifikasi, yaitu : abortus inkomplit
abortus komplit
missed abortion.

 Penatalaksanaan abortus dapat dibedakan


menjadi :
1. expectant management
2. explore management.
2. Mola Hydatidaosa

 Mola Hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestational yang ditandai dengan abnormalitas vili koriolis
yang mengalami degenerasi hidropik sehingga terlihat seperti buah anggur yang bergerombol

 Gejala Mola Hidatidosa


Pada mola hidatidosa gejala awal yang muncul sama dengan kehamilan normal. Namun setelah beberapa
waktu, gejala-gejala berikut bisa muncul:
 Perdarahan pervaginam, baik sedikit maupun banyak yang berwarna merah kecoklatan
 Hiperemesis gravidarum.
 Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan, namun tidak selalu
 Nyeri pada tulang panggul.
 Preeklamsia
 Anemia.
 Hipertiroidisme.
 Karena kemiripan gejalanya dengan kehamilan biasa, mola hidatidosa cenderung tidak disadari oleh
penderita
 Penyebab dan Jenis Mola Hidatidosa
Penyebab mola hidatidosa adalah ketidakseimbangan kromosom selama kehamilan. Kondisi ini dapat terjadi jika sel
telur yang dibuahi tidak memiliki infromasi genetika atau 1 sel telur normal dibuahi oleh dua sperma secara bersamaan.
Penyebab inilah yang akan mengelompokkan hamil anggur dalam 2 kategori, yaitu
1. Mola Hidatidosa lengkap
Usia Ibu 2. Mola Hidatidosa parsial
 Faktor Risiko Mola Hidatidosa Riwayat Obstetri
Etnis
 Diagnosis Mola Hidatidosa
Diperluan melakukan pemeriksaan darah dan USG untuk memastikan diagnosis mola hidatidosa.
Pada pemeriksaan darah, akan dilakukan pemeriksaan kadar hormon kehamilan yang disebut dengan human chorionic
gonadotropin (HCG). Selain itu, pemeriksaan kadar hormon tiroid serta kadar hemoglobin dalam darah juga diperlukan
untuk melihat ada tidaknya kondisi kelainan medis yang lain.
 Penanganan Mola Hidatidosa
Operasi pengangkatan jaringan abnormal pada mola hidatidosa merupakan metode penanganan utama. Langkah ini
dapat dilakukan melalui beberapa prosedur yang meliputi:
• Kuret
• Histerektomi.
• Pemeriksaan kadar hormone HCG dilakukan setiap 2 minggu selama 6 bulan hingga 1 tahun setelah dilakukan
tindakan operasi, dengan tujuan untuk memastikan tidak ada sel – sel abnormal yang kembali tumbuh dan
memantau gejala – gejala dari penyakit trofoblastik.
3. Plasenta Previa
 Plasenta previa merupakan kondisi kelainan letak plasenta yang ditandai dengan plasenta yang melekat di bagian
bawah Rahim. Kondisi ini dapat menutupi jalan lahir. Plasenta merupakan organ yang terbentuk selama masa
kehamilan.

 Terdapat beberapa jenis plasenta previa, yaitu:


 Plasenta previa komplit/ totalis, yaitu letak plasenta yang menutupi seluruh jalan lahir
 Plasenta previa parsial, yaitu letak plasenta yang menutupi sebagian jalan lahir
 Plasenta previa marginalis, yaitu letak plasenta yang berada di tepi jalan lahir

 Penyebab
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui hingga saat ini. Namun terdapat beberapa kondisi yang
menyebabkan ibu hamil yang rentan mengalami plasenta previa, seperti:
 Pernah menjalani operasi Caesar
 Pernah menjalani operasi di daerah rahim
 Menjalani kehamilan kembar
 Hamil pada usia 35 tahun atau lebih
 Memiliki riwayat kehamilan empat kali atau lebih
 Gejala
Sebagian kasus plasenta previa tidak menimbulkan gejala apa pun. Sementara itu, banyak kasus plasenta previa
ditandai dengan adanya perdarahan yang keluar dari vagina.
Perdarahan akibat plasenta previa terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Darah yang keluar adalah darah
segar, dan tidak disertai dengan rasa nyeri maupun kram di perut. Sebagian besar kasus perdarahan vagina pada ibu
hamil trimester ketiga disebabkan karena plasenta previa.

 Pengobatan
Tujuan utama penanganan plasenta previa adalah mencegah terjadinya perdarahan dari vagina selama kehamilan
masih berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara menghindari adanya intervensi tertentu pada mulut rahim.
 dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan.
 disarankan untuk tidak menggunakan tampon atau pembersih vagina dan tidak dilakukan pemeriksaan dalam saat
kunjungan ke dokter.
 metode persalinan yang akan dilakukan pada kasus kehamilan dengan plasenta previa adalah dengan operasi
Caesar.

 Pencegahan
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya plasenta previa.
4. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri)
setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir

Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala
klinisnya, yaitu:
• Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta
<1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%
• Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
• Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi
lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi
• Faktor kardio-reno-vaskuler
• Faktor trauma
• Faktor paritas ibu

Next lanjutan
lanjutan
• Faktor usia ibu
• Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
• Faktor pengunaan kokain
• Faktor kebiasaan merokok
• Riwayat solusio plasenta sebelumnya
• Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.

Gambaran klinis

Solusio Solusio Solusio


plasenta plasenta plasenta
ringan sedang berat
Komplikasi
• Syok perdarahan
• Gagal ginjal
• Kelainan pembekuan darah
• Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
• Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia,
anemia, Kematian

Diagnosis
• Anamnesis
• Inspeksi
• Palpasi
• Auskultasi
• Pemeriksaan dalam
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan plasenta
• Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Terapi
• Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit,
uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan
dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat
persalinan
• Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi
darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak
memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan
persalinan adalah seksio sesaria
Penyebab Perdarahan
Penyebab perdarahan
beberapa kondisi di bawah ini bisa menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia kehamilan memasuki
trimester kedua dan ketiga.
• Hubungan Sosial
Perdarahan saat hamil bisa juga disebabkan oleh hubungan seksual antara ibu hamil dan pasangan. Berhubungan
seksual menyebabkan adanya perubahan pada tekstur serviks atau rahim.
• Solusio plasenta
Penyebab lain untuk perdarahan saat hamil di trimester lanjut adalah solusio plasenta. Solusio plasenta sendiri
merupakan kondisi serius di mana plasenta mulai terlepas dari dinding rahim, baik sebelum ataupun selama
proses persalinan.
• Plasenta previa
Kondisi lain yang bisa menyebabkan perdarahan saat hamil adalah plasenta previa. Kondisi ini dapat terjadi ketika
plasenta melekat pada bagian bawah rahim, di dekat mulut rahim, atau menutupi leher rahim sehingga jalan lahir
menjadi terhalang.
• Bukaan lahir
Perdarahan saat hamil bisa juga diakibatkan oleh pembukaan saat wanita hendak melahirkan. Hal ini mungkin
akan terjadi selama beberapa hari sebelum kontraksi mulai atau selama proses persalinan.
Penyebab perdarahan saat hamil Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan saat hamil, di antaranya:
• Implantasi
Perdarahan akibat implantasi biasanya muncul sebagai flek ringan, bahkan sering tidak disadari oleh wanita yang
mengalaminya. Kondisi ini disebabkan oleh proses tertanamnya janin pada dinding rahim. Sebab perdarahan akibat
implantasi akan berhenti dengan sendirinya tanpa menimbulkan keluhan yang bermakna.
• Keguguran
Keguguran diartikan sebagai terminasi atau berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Kondisi ini
biasanya terjadi pada 12 minggu pertama atau trimester pertama kehamilan. Mayoritas keguguran tidak diketahui
sebab pastinya. Perdarahan yang merupakan tanda keguguran biasanya disertai dengan rasa nyeri hebat di area pelvis
atau perut bawah. Meski demikian, tak menutup bahwa perdarahan akibat keguguran terjadi tanpa adanya gejala yang
berarti
• Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah jenis kehamilan yang terjadi di luar rahim, misalnya di tuba falopi. Kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan setelah seorang wanita dinyatakan hamil melalui pemeriksaan. Pada kehamilan ektopik,
perdarahan biasanya terjadi pada trimester awal kehamilan. Perdarahan ini terjadi misalnya akibat pecahnya tuba
falopi karena tidak mampu menampung pertumbuhan janin dan membutuhkan penanganan darurat segera.
• Gangguan plasenta
Gangguan plasenta, seperti letak plasenta terlalu di bawah (plasenta previa) atau plasenta yang terlepas (abrupsio
plasenta) dapat menimbulkan perdarahan. Gangguan tersebut dapat memengaruhi proses melahirkan. Misalnya, pada
plasenta previa yang menutupi jalan lahir secara keseluruhan sehingga perlu dilakukan tindakan operasi sectio.
Tanda-tanda
Perdarahan

• Perdarahan hebat, misalnya jumlah darah yang keluar sangat banyak atau disertai
jaringan-jaringan berukuran besar
• Nyeri perut hebat yang tidak tertahankan
• Demam tinggi yang tidak membaik dengan obat penurun demam
• Pusing hingga penurunan kesadaran atau pingsan
• Keputihan abnormal dan berbau
• Perdarahan di trimester kedua dan ketiga kehamilan

Anda mungkin juga menyukai