Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Di Susun Oleh :
Novie Tresnawati
C.0105.19.057
CIMAHI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Pengertian
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.
Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi
oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari maupun tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran, bentuk, fungsi, penampilan
dan potensi tubuh (Sulisyiwati,2005).
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang penampilan,struktur dan funsi
fisikindividu (SDKI Edisi 1, 2017)
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang didefinisikan oleh individu,
yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka tidak lagi mendukung harga diri dan yang
disfungsional, membatasi interaksi social mereka dengan orang lain (suliswati, 2005)
Komponen Citra Tubuh
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah satunya adalah
Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh, yaitu :
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu mengenai
keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan
atau tidak memuaskan.
b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap penampilan
dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu
terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah
(pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.
d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi gemuk,
kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola
makan.
e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan penilaian
individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat
badan.
Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari, 2001) mengatakan citra
tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya yaitu mengukur
tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh seperti tinggi atau
pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam, kuat atau lemah.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap
bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung, mata, rambut dan keseluruhan tubuh
yang meliputi proporsi tubuh, bentuk tubuh, penampilan fisik
Cacat wajah
Lebihbanyakmelamundanmenyalahkandirisendiri
III. Pohonmasalah
Kekerasan fisik
IV. Analisa Data
1. Data Mayor
Subyektif
Mengungkapkan kecacatan? kehilangan bagian tubuh
Obyektif
Kehilangan bagian tubuh
Fungsi/struktur tubuh berubah /hilang
2. Data Minor
Subyektif
Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
Mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh
Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Obyektif
Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan
Menghindari melihat dan /atau menyentuh bagian tubuh
Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
Hubungan social berubah
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Citra Tubuh
A. Masalah Keperawatan
Harga Diri Rendah Situasional
B. Pengertian
Harga diri (self esteem) merupakan salahsatu komponen dari konsep diri. Harga diri
merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik prilaku sesuai dengan ideal diri
(stuart 2009). Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami/beresiko
mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri (Carpemito, 2007). Gangguan harga
diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Dalami dkk, 2009).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang terjadi secara
tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu terjadi, misalnya korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara
secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009). Bila harga diri rendah situasional tidak diatasi dapat
menyebabkan harga diri rendah kronis.
D. Faktor Penyebab
1. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang memiliki tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh
individu.
c. Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
2. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal, yaitu sebagai berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
b. Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya seperti frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.
1) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
2) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh: kehilangan bagian tubuh: perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis, dan keperawatan
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan bervariasi antara
individu satu dengan lainnya, tetapi biasanya dimanifestasikan sebagai berikut.
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/ tindakan, misalnya: malu karena
alopesia setelah dilakukan tindakan kemoterapi.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik, mengejek diri sendiri.
3. Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa, saya tidak
mampu.
4. Gangguan hubungan sosial.
5. Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
6. Mencederai diri
7. Mudah marah, mudah tersinggung
8. Apatis, bosan, jenuh dan putus asa
9. Kegagalan menjalankan peran, proyeksi (menyalahkan orang lain).
Asuhan Keperawatan
A. Analisa Data
Data Mayor
Subyektif
- Menilai diri negatif (mis,tidak berguna, tidak tertolong)
- Merasa malu atau bersalah
- Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
- Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Obyektif
- Berbicara pelan dan lirih
- Menolak berinteraksi dengan orang lain
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
Data Minor
Subyektif
- Sulit untuk berkonsentrasi
Obyektif
- Kontak matakurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Pasif
- Tidak mampu membuat keputusan
B. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Situsional
C. Rencana Tindakan Keperawatan
c. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.
4. Sumber Koping
a. Personal ability
Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
1) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
2) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
3) Kemampuan dalam memecahkan masalah.
b. Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c. Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah, rumah,
tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d. Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya sehingga
dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi
kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan peran,
konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan diri,
istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
C. Analisa Data
a. Data Mayor
1) Data subyektif :
Menyatakan frustasi atau tiadak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya
2) Data obyektif :
Bergantung pada orang lain
b. Data Minor
1) Data Subyektif
a) Merasa diasingkan
b) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran
c) Menyatakan rasa malu
d) Merasa tertekan (depresi)
2) Data Obyektif
a) Tidak berpartisipasi dalam perawatan
b) Pengasingan
D. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
Strategi Pelaksanaan
SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:
- Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan cara
merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
- Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
ketidakberdayaan pasien
- Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan:
Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya
Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu mengembangkan
motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan memotivasi cara afirmasi
positif yang telah dilatih perawat pada pasien
- Sertakan keluarga saat melatih afirmasi positif
A. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak
ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang
dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak
tersedianya alternative pemecahan pada masalah yang dihadapi. (SDKI, Edisi 1 2017)
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat subyektif yang
muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi
masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan
energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan .
B. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:
1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya tidak dapat
melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
5. Menarik diri dari lingkungan.
6. Kontak mata kurang.
7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
8. Nampak selalu murung atau blue mood.
9. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
10. Menurun atau tidak adanya selera makan
11. Peningkatan waktu tidur.
l2. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
13. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
14. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.
C. Faktor penyebab
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
1. Faktor kehilangan
2. Kegagalan yang terus menerus
3. Faktor Lingkungan
4. Orang terdekat ( keluarga )
5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6. Adanya tekanan hidup
7. Kurangnya iman
D. Pohon masalah
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
2. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali
pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain
psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar
penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga
tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya
masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian
didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di
bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan
masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di
suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain;
terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik
berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya.
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke
masyarakat.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Analisa Data
1. Data Mayor
Subyektif
Mengungkapkan keputusasaan
Obyektif
Berperilaku pasif
2. Data Minor
Subyektif
a. Sulit tidur
b. Selera makan menurun
Obyektif
a. Afek datar
b. Kurang inisiatif Meninggalkan lawan bicara
c. Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
d. Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara
B. Diagnosa Keperawatan
Keputusasaan
C. Rencana Tindakan Keperawatan
ANSIETAS
A. MASALAH
Kecemasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman
dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak
pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Cemas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifiknakibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancama (SDKI Edisi 1, 2017)
2. Penyebab
1) Peristiwa traumatik
2) Konflik emosional
4) Frutasi
5) Gangguan fisik
8) Medikasi
b. Faktor Presipitasi
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal
2) Ancaman terhadap harga diri
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal
3. Jenis
a. Kcemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sediri.
b. Kecemasan Sedang
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
d. Panik
4. Rentang Respon
a. Kecemasan Ringan
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan ringan adalah sebagai berikut:
1) Respon fisik dari kecemasan ringan adalah:
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kogniif dari kecemasan ringan adalah:
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respon emosional dari kecemasan ringan adalah:
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas mandiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Kecemasan Sedang
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut:
1) Respon fisik dari kecemasan sedang adalah:
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah: bergetr, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respon kognitif dari kecemasan sedang adalah:
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respon emosional dari kecemasan sedang adalah:
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Kecemasan Berat
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan berat adalah:
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklsifikasikan dalam dua
jenis:
a. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
b. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menili penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
pasien
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap
kemajuan kesehatan pasien
4) Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.
9. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial atau psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut:
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat dari
kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yangbersangkutan.
d. Psikoterapi
e. Terapi psikoreligius
1. Data Mayor
a. Data Subyektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kodisi yang dihdapi
3) Sulit berkonsentrasi
b. Data Obyektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
2. Data Minor
a. Data Subyektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
b. Data Obyektif
1) Frekuensinafas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Muka tampak pucat
6) Suara bergetar
7) Kontak mata buruk
8) Sering berkemih
9) Berorientasi pada masa lalu