Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN CITRA TUBUH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Jurusan Akademi Keperawatan D III

Dosen Pengampu:

Bayu Seto R.A., S.Kep., Ns

Disusun Oleh:

BERNADINE AVELIA RIANA PRAMESTHI

21016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMERINTAH

KABUPATEN PURWOREJO

2023 / 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa dengan judul “Gangguan Citra Tubuh” telah
disahkan pada:

Hari, tanggal :

Oleh :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademi

Bayu Seto R.A., S.Kep., Ns


A. MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan Citra Tubuh.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian.
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang
lain (Potter & Perry, 2005).
Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan
ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan
penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya
(Melliana, 2006).
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan
tidak disadari terhadap tubuhnya termasuk perspsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh
(StuartLaraia, 2005).
Gangguan citra tubuh adalah kebingungan diri dalam cara
memandang dan menerima gambaran tubuh (Nanda, 2005).
2. Tanda dan Gejala.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan
gejala, seperti berikut:
a. Syok psikologis adalah reaksi emosional terhadap dampak perubahan
dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.
b. Menarik diri, klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari
kenyataan, tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau
menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung, tidak
ada motivasi dan keiinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap, setelah klien sadar akan
kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase
ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
3. Rentang Respons.

Keterangan:
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
4. Faktor Presdisposisi.
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif
dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri.
Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracauan
identitas, dan deporsonalisasi.
b. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kurtural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak
percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan
dalam struktur sosial.
5. Faktor Prespitasi.
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada 3 jenis transisi
peran:
1) Transisi peram perkembangan.
2) Transisi peran situasi.
3) Transisi peran sehat atau sakit.
6. Sumber Koping.
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping,
meliputi:
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain diluar rumah.
b. Hobby dan kerajinan tangan.
c. Seni yang ekspresif.
d. Kesehatan dan percaya diri.
e. Pekerjaan atau posisi.
f. Bakat tertentu.
g. Kecerdasan.
h. Imajinasi dan kreativitas.
i. Hubungan interpersonal dengan orang lain.
j. Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan sosial.
k. Keyakinan diri yang positif.
7. Mekanisme Koping
a. Konstruktif.
1) Berfokus pada masalah: negoisasi, konfrontasi dan meminta
nasehat atau saran.
2) Berfokus pada kognitif: perbandingan yang positif,
penggantian rewards, antisipasi.
b. Destruktif.
1) Berfokus pada emosi: denial, proyeksi, represi, kompensasi,
isolasi.
C. POHON MASALAH

D. DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji

Gangguan Citra Tubuh: Subjektif:


Perubahan Bentuk Tubuh - Menolak perubahan anggota tubuh,
- Mengatakan hal negatif tentang anggota
tubuhnya yang tidak berfungsi.
- Menolak berinteraksi dengan orang lain.
- Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
terhadap bagian tubuh yang terganggu.
- Sering mengulang-ulang mengatakan
kehilangan yang terjadi.
- Merasa asing terhadap bagian tubuh yang
hilang.

Objektif:
- Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun
fungsi.
- Menyembunyikan atau memamerkan bagian
tubuh yang terganggu.
- Menolak melihat bagian tubuh.
- Menolak menyentuh bagian tubuh.
- Aktivitas sosial menurun.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Citra Tubuh.

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan:
1. Klien dapat berorientasi terhadap realistis secara bertahap.
2. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
3. Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar.

Tindakan keperawatan untuk klien:


1. Membina hubungan saling percaya.
Sebelum memulai pengkajian pada klien harus memulai hubungan saling
percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat interaksi.
Tindakan yang harus dilakukan membina hubungan saling percaya adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik, perkenalan diri.
b. Berjabat tangan.
c. Jelaskan tujuan interaksi.
d. Ciptakan lingkungan yang tenang.
e. Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik, tempat dan
waktu).
2. Jangan membantah dan mendukung klien.
3. Klien berada dalam keadaan aman.
4. Observasi pengaruh citra tubuh terhadap aktivitas sehari-hari.
5. Diskusikan kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi karena dapat
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
6. Jika klien terus menerus membicarakan citra tubuhnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti
membicarakanya.
7. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas.
8. Diskusikan dengan klien kemampuan realitas yang dimilikinya pada saat yang
lalu dan saat ini.
9. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
10. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
klien.
11. Berbicara dalam kontek realita.
12. Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat,
jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang
benar).
13. Diskusikan akibat yang terjadi bila klien behenti meminum obat tanpa
konsultasi.

Tindakan Keperawatan pada Individu.


Tujuan:
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
2. Paien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
3. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya.
4. Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
6. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.

Tindakan Keperawatan:
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya; dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
2. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap, bantu
pasien menyentuh bagian tersebut.
3. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
4. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
5. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a. Gunakan protesa, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin,
gunakan pakaian yang baru.
b. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal.
6. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
a. Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktifitas keluarga dan sosial.
c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau
mempunyai peran penting baginya.
d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Nita, Fitria. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan Keperawatan.

Jakarta Selatan : Salemba Medika, 2012.


7.

Anda mungkin juga menyukai