Disusun oleh :
Nur Azizah Faelasufah
NIM P1337420918099
B. KECEMASAN (ANSIETAS)
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons(sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu
yang diebabkan oleh antisipasi bahaya. Hal ini merupakan sinyal yang menyadarkan
bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu dengan
mengambil tindakan menghadapi ancaman (NANDA, 2009, dalam Fitria dkk, 2013)
1. Tingkatan Ansietas
Tingkat ansietas menurut Stuart dan Sundeen (2007) adalah sebagai berikut (Fitria
dkk, 2013):
a. Ansietas Ringan.
Tingkat ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Tingkat sedang memungkinkan seeorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat
Tingkat berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada suatu yang terinci, spesifik, dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada area lain.
d. Tingkat Panik
Tingkat ini berhubungan degan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatkan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional.
Secara praktis kita dapat membedakan tingkatan ansietas ini dalam
kehidupan sehari-hari seperti berikut ini (Fitria dkk, 2013):
e. Tingkat Ringan
Seseorang yang menghadapi suatu masalah mencoba menjadikan stressor
yang ada sebagai media untuk meningkatkan koping dirinya dengan cara
menghadapi dan menyelesaikan masalah walaupun perlu beberapa waktu
secara mandiri untuk menghadapinya. Dalam kondisi ini individu tida
memerlukan oranglain yang membantu dirinya menghadapi masalah.
f. Tingkat Sedang
Seseorang mencoba menghadappi dan menyelesaikan masalah dengan
bantuan oranglain yang menjadi orang kepercayaan bagi dirinya, misalnya
sahabat, orangtua, dosen, dan lain-lain.
g. Tingkat Berat
Seseorang tidak sanggup mengahadapi dan menyelesaikan masalah walaupun
dengan bantuan orang lain yang sudah dipercaya. Dirinya merasa tidak
mampu dan hilang pengharapan untuk menyelesaikan masalah.
h. Tingkat Panik
Merupakan kelanjutan dari tingkat berat yang sudah mengalami gangguan
perilaku motorik misalnya mengamuk dan melakukan perilaku kekerasan
pada orang lain. Kondisi tersebut sudah semestinya memerlukan bantuan dari
pihak medis untuk menurunkan tingkat kecemasan karena secara umum
aktivitas sehari-hari sudah terganggu.
2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2007) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
ansietas, di antaranya sebagai berikut (Fitria dkk, 2013):
a. Pandangan Psikoanalitik.
Teori ini beranggapan bahwa ansietas terjadi apabila konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencermikan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari kedua elemenyang bertentangan, sedangkan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan Interpersonal
Teori ini beranggapan bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang tepat.
c. Pandangan Perilaku.
Teori ini beranggapan bahwa ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap bahwa sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan
berlebihan, lebih sering menujukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Teori ini beranggapan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menurut kajian secara biologis, otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiapine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA
juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endofrin. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stresor.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi hal-hal berikut (Fitria dkk, 2013):
a. Ancaman terhadap integritas seseorang, meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan dating atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri, seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi social yang terintegraso seseorang.
4. Strategi Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis strategi koping sebagai
berikut (Fitria dkk, 2013) :
a. Reaksi yang Berorientasi pada Tugas
Reaksi yang berorientasi pada tugas berupa upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitas tuntutan situasi stress, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuha, menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, kompromi untuk
mengganti tujuan, atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme koping ini akan membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri, serta distorsi
realitas dan bersifat maldaptif.
5. Data Yang Perlu Dikaji (Nanda, 2009-2011, dalam Fitria dkk, 2013)
a. Perilaku.
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata buruk, gelisah,
melihat sesuatu, pergerakan berlebihan (seperti: foot shuffing, pergerakan
tangan/lengan) , ungkapan perhatian berkaitan dengan mengubah peristiwa
dalam hidup, insomnia, dan perasaan gelisah.
b. Afektif
Menyesal, iritiabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, gemertak,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan
tidak adekuat, ketakutan, tertekan, dan perasaan gelisah.
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat (simpatis), kesegaran berkemih (parasimpatis), nadi meningkat
(simpatis), dilatasi pupil (simpatis), reflex-refleks meningkat (simpatis), nyeri
abdomen (parasimpatis), gangguan tidur (parasimpatis), perasaan geli pada
ekstermitas (parasimpatis), eksitasi kardiovaskular (simpatis), peluh
meningkat, wajah tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar (simpatis), diare
(parasimpatis), keragu-raguan berkemih (parasimpatis), kelelahan
(parasimpatis), mulut kering (simpatis), kelemahan (simpatis), nadi berkurang
(parasimpatis), wajah bergejolak (simpatis), vasokonstriksi superfisial
(parasimpatis), berkedutan (simpatis), tekanan darah menurun (parasimpatis),
mual (parasimpatis), keseringan berkemih (parasimpatis), pingsan
(parasimpatis), sukar bernapas (simpatis), tekanan darah meningkat
(parasimpatis).
d. Kognitif
Hambatan berpikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian
lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas, cenderung
menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan berkurang untuk
memecahkan masalah dan belajar, serta kewaspadaan terhadap gejala
fisiologis.
a. Data Subjektif
Contoh:
“Perasaan saya tidak enak saat menghadapi ujian sidang skripsi minggu depan”
“Badan saya terasa gemuk saat bangun tidur”
“Saya merasa sulit berkonsentrasi belajar, apalagi harus menuntaskan
proposal penelitian yang harus selelsai minggu ini”
b. Data Objektif
1) Laju (rate) respirasi klien di atas batas normal (RR = 30x/menit).
2) Klien terlihat lesu dan tidak bersemangat dalam mengikuti aktivitas.
8. Rencana Tindakan
No Tingkat Tujuan Tujuan Jangka Intervensi
Kecemasa Jangka Pendek
n Panjang
1. Berat dan Klien dapat 1. Membina 1. Dengarkan
panik mengurangi hubungan keluhan klien
kecemasanny saling percaya 2. Dukung klien
a sampai untuk
tingkat mendiskusikan
sedang atau perasaannya
ringan 3. Jawab
pertanyaan klien
secara langsung
4. Tanyakan sikap
menerima klien
tanpa pamrih
5. Hargai pribadi
klien
2. Menyadari 1. Bersikap
dan mengontrol terbuka
perasaan 2. Terima perasaan
sendiri positif maupun
negatif termasuk
perkembangan
kecemasannya
3. Pahami
perasaan klien
dengan cara
terapeutik
3. Meyakinka 1. Terima dan
n klien tentang berikan dukungan
manfaat pada klien tanpa
mekanisme menentang
koping yang keyakinannya
bersifat 2. Sadari tentang
melindunginya keyakinan rasa sakit
yang dikaitkan
dengan mekanisme
koping
3. Beri umpan
balik pada klien
mengenai perilaku
stressor,penilaian
dan sumber koping
4. Beri batasan
perilaku maladaptif
dengan cara yang
mendukung.
4. Mengidenti 1. Tunjukkan sikap
fikasi situasi yang tenang
yang dapat perawat di depan
menyebabkan klien
kecemasan 2. Ciptakan situasi
dan lingkungan
yang tenang
3. Batasi interaksi
klien lain untuk
mengurangi
rangsangan yang
dapat menimbulkan
kecemasan
4. Identifikasi dan
modifikasi situasi
yang tepat
5. Beri bantuan
terapi fisik seperti
mandi,
dipijat/masase.
5. Menganjurk 1. Beri aktivitas
an klien yang bersifat
meningkatkan mendukung atau
aktivitas sehari- menguatkan
hari perilaku sosial yang
produktif
2. Beri latihan
fisik sesuai bakat
dan kemampuan
3. Rencanakan
jadwal aktivitas
yang dapat
dilakukan sehari-
hari
4. Libatkan
keluarga dan system
pendukung lainnya
6. Meningkatk 1. Kolaborasi
an kesehatan dengan dokter
fisik dan pemberian obat
kesejahteraan untuk menrunkan
klien kondisi tidak
nyaman pada klien
2. Amati efek
samping obat
3. Berikan
pendidikan
kesehatan pada
klien mengenai obat
yang telah diberikan
2. Sedang Klien dapat 1. Menjalin dan 1. Jadilah pendengar
menyelesaika mempertahanka yang baik bagi klien
n masalahnya n hubungan 2. Beri waktu yang
dan saling percaya cukup pada klien
mengatasi untuk berespons
stress 3. Berikan dukungan
pada klien untuk
mengeksplorasi
perasaan dirinya
2. Membantu 1. Kenali perasaan
klien untuk klien
menyadari dan 2. Identifkasi pola
mengenal stress perilaku klien yang
dapat menimbulkan
perasaan negative
akibat pendekatan
perawat
3. Bersama dengan
klien, gali perilaku
maladaptive
sehingga klien
dapat belajar dan
berkembang
3. Membantu 1. Bantu klien
dirinya untuk mengidentifikasi
mengenal dan
kecemasannya mengungkapkan
perasaannya
2. Kaitkan perilaku
klien dengan
perasaannya
3. Validasi kesimpulan
dan asumsi klien
4. Gunakan teknik
konfrontasi yang
positif
4. Memperluas 1. Bantu klien dalam
kesadarannya menjelaskan situasi
terhadap dan interaksi yang
perkembangan mendahului
kecemasan timbulnya
kecemasan
2. Bersama dengan
klien tinjau kembali
penilaian klien
terhadap stressor
yang dapat
mengancam dan
menimbulkan
konflik
3. Kaitkan
pengalaman
sekarang dengan
pengalaman masa
lalu klien yang
sesuai
5. Membantu 1. Gali klien
dirinya mengenai cara
mempelajari untuk mengurangi
respon koping kecemasan yang
baru yang terjadi pada masa
efektif lalu
2. Gali klien
mengenai tindakan
apa yang harus
dilakukan pada
masa lalu untuk
mengurangi
kecemasan
3. Tunjukkan
akibat perilaku
maladaptive dan
dekstruktif dari
respon koping
sekarang
4. Beri dorongan
pada klien untuk
menggunakan
respon koping
adaptif di masa lalu
5. Pusatkan
tanggung jawab
pada perubahan dari
klien
6. Terima peran
aktif klien
7. Bantu klien
mengidentifikasi
cara untuk
menyusun kembali
pikiran dan
modifikasi perilaku
8. Gunakan
sumber koping dan
mencoba rspon
koping yang baru
9. Latih klien
untuk menghadapi
masalah dengan
kecemasan ringan
untuk aspek
perkembangan diri
10. Berikan
aktivitas fisik untuk
menyalurkan energy
11. Libatkan pihak
yang
berkepentingan
sebagai sumber dan
dukungan social
dalam membantu
klien menggunakan
respons yang baru
6. Meningkatkan 1. Gunakan teknik
respons relaksasi untuk
relaksasi mengurangi
kecemasan klien
2. Ajarkan klien
latihan relaksasi
untuk meningkatkan
kontrol dan rasa
percaya diri
4. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional
b. Ketidakefektifan koping
c. Gangguan citra tubuh
d. Gangguan identitas personal
e. Ketidakberdayaan
f. Keputusasaan
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Harga diri rendah Tujuan Jangka Panjang : 1. Mengidentifikasi
Harga diri klien meningkat
situasional kemampuan dan aspek
dalam menghadapi masalah
positif yang masih
berat yang dialami klien.
dimiliki klien dan
Tujuan Jangka Pendek : membantu klien menilai
1. Klien dapat
kemampuannya
mengidentifikasi 2. Membantu klien
kemampuan dan aspek dalam memilih kegiatan
positif yang dimiliki sesuai kemampuan klien
2. Klien dapat menilai 3. Melatih kegiatan
kemampuan diri yang yang sudah klien pilih
dapat digunakan sesuai dengan
3. Klien dapat memilih
kemampuannya
kegiatan sesuai 4. Memabantu klien
kemampuan agar dapat
4. Klien dapat melatih
merencanakan kegiatan
kegiatan yang telah dipilih
yang sudah dipilih dan
dilatih oleh klien dan
beri kesempatan pada
klien untuk
mencobanya.
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika.
Satya, J. 2004. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif: